MEYAKINKAN

481 45 2
                                    

"Tidak pernah ada luka yang akan sembuh dengan cepat diwaktu duka" begitu yang mengambarkan perasaan mahalini sekarang. Pelan pelan ia coba bangkit. Nuca dengan sabar mengembalikan kepercayaan mahalini.

Malam itu mereka mahalini dan nuca makan malam bersama di puncak bogor, mereka sengaja ingin berlibur sejenak makan malam dan menginap di villa nuca yang waktu itu mereka singgahi dengan keluarga nuca menginggat besok pun juga weekend.

Mereka makan malam di sebuah gubuk makan yang menyuguhkan pemandangan indah sekali banyak kerlap kerlip lampu kota dapat dilihat dari ketinggian serta bintang bertaburan dilangit malam ini.

"Lin, makan dulu ya liatin akunya nanti lagi" ucap nuca mengoda mahalini yang sedari tadi memandangi wajahnya

"Eh apaan sih pd bgt manusia satu ini" ucap mahalini gengsi lalu memalingkan wajah

"Iya iya udah, sini aku suapin, aaaaa" ucap nuca menyodorkan sendok pada mahalini

"Nucaaa, kaya anak kecil" ucap mahalini kesal tapi tetap melahapnya

"Gapapa dong, kamu lucu kalo gitu. Aku suka"jawab nuca tersenyum, mahalini yang mendengar itu tersipu malu.

Setelah makan malam mereka pulang ke villa nuca, karena sudah cukup larut mereka langsung menuju kamar mereka. Malam itu villa hanya mereka berdua karena nuca lupa memberitahu bibi bahwa mereka kesana malam ini maka bibi tidak menginap disana dan sebab itu mahalini tidak berani tidur sendiri jadi ia memutuskan tidur dengan nuca.

Mereka merebahkan tubuhnya dikasur setelah membersihkan diri. Nuca asik bermain game diponselnya lini yang sengaja menganggu nuca merebut ponselnya lalu melingarkan tangannya pada tubuh nuca yang setengah bersandar dikasur.

Sambil memejam kan matanya namun tetap berbicara dengan tersenyum mahalini bergumam "sayang, aku beruntung punya kamu, kamu mau sabar meyakinkan aku lagi. Terimakasih banyak aku bahagia"

Nuca yang mendengar itu tentu saja lebih bahagia, kesabarannya selama ini membuahkan hasil. Nuca membelai rambut mahalini dan berkata "sekalipun dunia mau runtuh, aku tidak peduli. Aku akan tetap mencintai kamu"

Mahalini mengeratkan pelukannya pada pinggang nuca. Nuca yang iseng mengelitik mahalini dan mereka bercanda saling balas membalas "udah sayang ampun geli aku capek" kata mahalini sambil terkekeh lelah. Mereka berehenti dengan posisi saling memandang cukup dekat. Tatapan mata yang menyaratkan beribu ketulusan dan kasih sayang semakin dalam tatapan itu semakin terasa jantung mereka berdegub lebih kencang.

Nuca membelai pipi mahalini, memajukan wajahnya dan menyelipkan rambut mahalini ditelinga sambil membisikan "jangan aku kamu tinggal sendiri, aku tidak akan sanggup tanpa kamu"

Pipi mahalini merona mendengar ucapan manis itu. Tanpa aba aba nuca mencium kening mahalini, turun kehidung dan tentunya mengecup bibir mahalini. Awalnya lini gelagapan namun pelan tapi pasti ia bisa mengikuti nuca bahkan membalasnya. Nuca merubah posisi lini menjadi tiduran disampingnya, wajah nuca menyasar ke leher mahalini dan mencium dalam dalam aroma tubuh wanita terkasihnya. Mereka larut malam itu, namun mereka masih bisa mengendalikan apa yang mereka lakukan. Mahalini menikmati setiap sentuhan yang nuca berikan. Ia merasa nyaman dan tenang dengan apa yang dilakukan nuca .

Esok harinya, mahalini terbangun lebih dulu dengan nuca yang memeluknya berhadapan, ditatapnya bulu mata lentik kekasihnya, wajah tegasnya sungguh kedamaian yang luar biasa pagi ini ia rasakan

"Udah ngeliatin akunya, ngak ilang kok gantengnya" ucap nuca mengeratkan pelukannya pada mahalini

"Eh udah bangun sayang, dah awas aku mau mandi dulu" jawab lini.
"Hmm" jawab nuca yang kembali memejamkan mata dan menarik selimut.

Saat melewati kaca mahalini melirik dan kaget melihat tanda merah banyak bertengger di lehernya sontak ia teriak "nucaaa gara gara kamu leher aku merah2 semua!!! awass yaa"

Nuca mendengar itu hanya tertawaa dengan tingkah lucu mahalini. Setelah mandi mereka bersiap siap dan tentu saja lini sudah berusaha menutupi kissmark dilehernya dengan make up yang ia bawa. Menjelang malam mereka sampai dijakarta, perjalanan ini cukup melelahkan karena mereka terjebak macet berjam jam.

*hai readers, terimakasih sudah membaca cerita ini. Mohon maaf masih banyak kesalahan. Cerita ini hanya fiksi tidak perlu dikaitkan dengan kenyataan. Jangan lupa tinggalkan jejak dan tunggu part selanjutnya. Happy reading :) *

Aku dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang