1 • Surga Dunia

26.2K 1K 128
                                    

Gerbang sekolah SMA Unggulan dari pagi hari sudah sangat ramai dimasukki oleh para orang tua murid, karena hari ini adalah hari pembagian raport kenaikkan kelas.

Para murid pun tetap wajib datang bersama orang tuanya, namun ada yang berbeda dari mereka, Kayra, siswi kelas sebelas itu mengajak salah satu penjual nasi uduk di perempatan jalan.

Bukan, itu bukanah orang tua Kayra.

Kayra lahir dari orang tua yang sangat berkecukupan, bisa dibilang hartanya tidak akan habis tujuh turunan tapi tetap saja orang tuanya tidak berhenti bekerja.

Bahkan mereka sampai membuat perusahaan yang dipimpinnya go-internasional. Itulah yang membuat mereka tidak sempat mengambil raport putri tunggalnya.

Jangankan mengambil raport, pulang ke rumah saja bisa dihitung jari dalam setahun.

Dulu, Kayra sangat mempermasalahkan hal itu. Karena ia juga hanya seorang anak yang membutuhkan kasih sayang, namun semakin berjalannya waktu Kayra lelah sendiri, mencoba tidak peduli dengan sikap orang tuanya yang hanya memikirkan materi.

"Woy, Ra! Kali ini lo bawa siapa lagi?" sapa teman dekatnya yang bernama Angga.

Kayra menghampiri cowok beralis tebal itu, ia pun duduk di bangku kantin sebelah Angga, "Tukang nasi uduk perempatan," jawabnya enteng, "Ortu lo mana? Biar sekalian gue kenalin sama Bu Jinem ini, kali aja kan mereka butuh nasi uduk buat sarapan tiap pagi,"

"Ngawur aja lo," celetuk Angga, "Nyokap gue masih otw, katanya lagi bilang staffnya dulu buat handle kerjaan dia,"

Kayra mengangguk, "Btw, yang lain mana?"

Angga mengangkat bahunya, dari tadi ia juga sedang menunggu Lana dan Hitto.

"Kebiasaan ya tuh dua bocah ngaretnya barengan terus," ucap Kayra, ia sampai lupa kalau Bu Jinem ia anggurin, "Bentar ya, bu, masuk ke kelasnya bareng bareng aja,"

"Iya, Neng, gapapa," Hanya itu jawaban Bu Jinem.

Kayra yang belum memakan apapun berdiri untuk memesan makanan, karena Angga sudah makan dan Bu Jinem pun sama. Akhirnya Kayra memesan semangkuk bubur ketan hitam dan roti tawar.

"Kayraaaa!" Teriakkan suara cempreng itu membuat Kayra hampir tersedak, ia segera meminum teh hangatnya.

"Bacot banget sih, lo, Na!"

Lana hanya terkekeh, ia pun duduk di samping Kayra, matanya melirik ketan hitam dengan kuah santan milik Kayra, kayaknya enak.

"Cobain, Ra,"

Kayra hanya memutar kedua bola matanya, sudah menjadi kebiasaan bagi Lana saat Kayra makan, gadis berbadan kurus itu selalu ingin mencicipinya.

"Eh, Lana, lo dateng sendiri?" tanya Angga.

Setelah menelan bubur ketan hitamnya, Lana menjawab, "Menurut lo?"

"Si Hitto kok kayak perawan sih, lama bener," cetus Angga, melihat jam menunjukkan pukul setengah sepuluh, sudah tiga puluh menit dari pengambilan raport.

"Hitto kan cowok, masa perawan sih?" beo Kayra nampak bingung dengan perkataan Angga.

Angga menepuk jidatnya, ia lupa kalau salah satu sifat Kayra adalah lemot.

"Maksudnya kayak cewek, Ra. Cewek kan biasa dandan dulu, lama, cowok kan enggak, harusnya gak selama cewek dong," jelas Angga membuat Kayra mengangguk paham.

Lana melirik ibu ibu yang duduk bersebrangan dengannya, "Wali lo, Ra?"

Kayra mengangguk, "Tukang nasi uduk perempatan," jelasnya tanpa perlu ditanya lagi.

Teenage Mom [Stopped]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang