8

333 64 7
                                    

Ketika rasa ingin tau itu dapat membawamu kepada kematian yang menyakitkan............







______________________________________








Menakutkan...

Sangat........ Sangat...... Menakutkan

Itulah pikiran pertama kali yang terlintas di otak mina ketika mendengar suara Brian . Suara itu biasa saja, diucapkan dengan sangat lembut, tetapi entah kenapa terasa menakutkan.

Brian bilang apa tadi? Ah iya! Album foto...

Dengan sedikit gemetar, mina mengambil album foto itu dan meletakkannya kembali di atas meja.
Brian tersenyum puas melihatnya, ia menoleh ke arah album foto yang berada di atas meja sesaat sebelum kembali beralih menatap mina dengan tajam.

“brian  apa maksud semua ini? Kenapa kau”
“Ssstt ...” Masih tetap tersenyum  Brian meletakkan telunjuknya pada bibirnya sendiri, memintanya untuk berhenti bersuara. “Saat aku bilang kita akan berbicara, berarti aku yang akan bicara, bukan kau sayang.”

Bibir mina pun gemetar, ia makin gelisah bahkan bulu kuduknya terus saja merinding. Kenapa Brian terasa berbeda? Padahal di matanya ia melihat wajah Brian dan tidak ada yang berubah darinya. Ia tetap tampan, tetapi lelaki ini terlalu banyak tersenyum, senyuman yang aneh sedikit keji, dan auranya terasa begitu berbeda.

“Bertanya-tanya ya Mina sayang?”  Brian kini terkekeh pelan.
Mina menggeleng, namun secepat kilat kembali mengangguk, ia kebingungan. Mina kembali mencoba untuk membuka mulut dan menyerukan suaranya.
“Ssstt ...” Brian meletakkan jari telunjuk lagi di bibirnya.

“Kita tidak akan membuat kegaduhan dan membangunkan seisi rumah, iya kan? Ini sudah tengah malam,” suara Brian berbisik pelan, binaran matanya penuh dengan candaan, seperti anak kecil yang mengajak temannya berkompromi yang melakukan suatu kenakalan rahasia.

Mau tak mau mina pun menahan suaranya, menunggu. Suasana dikamar ini sungguh sangat mencekam, sementara briwn  terus saja berdiri di situ menatapnya dengan senyuman manis yang diberikan olehnya.
“Sebenarnya ini di luar rencana, aku tidak ingin melakukan semuanya secepat ini.” Lelaki itu melirik kembali pada album foto yang berada di atas meja itu,

“brian  akan marah, akan tetapi seperti yang aku bilang tadi, ketika rasa ingin tahumu membawamu memasuki teritorial terlarang.. kau... bisa... terbunuh,” perkataan terakhir itu diucap penuh dengan tekanan.

Mina mengernyit, Brian akan marah? Apa maksudnya? Bukankah lelaki yang sedang berbicara dengannya ini adalah Brian? Apa maksud perkataan  Brian tadi? Mina mencoba mencerna, tetapi otaknya yang gelisah tidak bisa di ajak berpikir.

“Kita harus memikirkan sesuatu, mencari jalan keluar untuk permasalahan ini,” Brian bersedekap dada, berpura-pura serius. “Hmm... kita bisa menggunakan pisau, tapi darahnya terlalu banyak, dan aku sedang tidak ingin merepotkan diri dengan membersihkan darah yang berceceran.. lagi pula aku juga harus menggali lubang untuk mengubur mayat di belakang. Hmm... tidak, pisau terlalu merepotkan. Aku harus memakai cara yang lain.” Dahi brian berkerut seolah-olah tengah berpikir.

“Aku harus membuatnya seperti kecelakaan yang tidak disengaja,” tiba-tiba Brian menatap tajam tepat ke arah manik kelam mina sambil tersenyum lebar, ia lalu melangkah maju mendekati mina .

Seperti mendapatkan sebuah peringatan dari otaknya, secara otomatis mina melangkah mundur, tapi kemudian langkahnya terhenti kala menabrak sebuah meja di belakangnya.
“Ah, aku mendapatkan sebuah ide bagus, kecelakaan dengan tersetrum di dalam bath up sepertinya menyenangkan, tidak akan ada darah, paling cuma sedikit kesakitan tetapi aku jadi harus merelakan bath up di rumahku ini jadi tidak terpakai lagi selamanya.” Dahi Brian berkerut seperti tidak senang. Lalu ia tersenyum lebar kala mendapatkan sebuah ide yang luar biasa cemerlang.

from the dark side (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang