Pagi itu diawali dengan teriakan histeris dari seorang pelayan, dan kemudian semuanya berjalan dengan begitu membingungkan bagi dowoon
Dia terbangun karena teriakan itu, dan langsung keluar kamar, mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi. Di pintu, dia berpapasan dengan brian yang sepertinya terbangun juga oleh jeritan itu, bersama-sama dan dengan beberapa pelayan lain mereka melangkah ke asal suara jeritan itu dan keributan mulai terdengar di bawah sana.
“Apa-apaan ini?” ucap brian melangkah di depan dowoon, jelas sekali jengkel dengan keributan yang mengganggu tidurnya. Lalu di ujung tangga langkahnya mendadak terhenti hingga membuat dowoon menabrak tubuhnya, “Oh Tuhan! Tidak ...” kata brian dan berusaha mencegah dowoon untuk menengok, “Jangan dilihat.”lanjutnya Akan tetapi, dowoon sudah terlanjur melihat. Di bawah sana, di ujung paling bawah tangga, ibunya terlentang dengan posisi aneh. Tangan dan kakinya patah, mencuat dengan arah berlawanan, darah menggenang di belakang kepalanya, dimulutnya, di wajahnya, di dagunya hingga membasahi gaun putihnya. Dan matanya melotot penuh ketakutan.
Seketika Tubuh dowoon langsung lunglai ke bawah, hingga Brian harus menopang tubuhnya. “Telepon polisi!” dowoon lamat-lamat mendengar suara Brian yang memberikan perintah kepada beberapa pelayan yang mulai berkerumun, “Panggilkan dokter juga!” perintah Brian lagi, lalu kemudian kesadaran dowoon menghilang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dowoon pun terbangun dikamarnya, dengan dokter membungkuk di atasnya, memeriksanya, tampak lega ketika melihat dia sadar. “Dia sudah sadar Tuan kang .”ujar sang dokter Mendengar itu Brian berjalan mendekat, ia tampak pucat dan cemas. “Kau tidak apa-apa?” kecemasan tampak jelas dimatanya, emosi pertama yang dilihat dowoon dari Brian sejak perkenalan pertama mereka. “mina~~...” lirih dowoon pelan.
Brian menggenggam kedua tangan mungil dowoon, tampak merasa sedih, “Aku menyesal dowoon ah, aku sangat-sangat menyesal... Aku tidak tahu kenapa semua ini bisa terjadi, polisi ada di bawah, dan menurut mereka mina terpeleset di tangga, mungkin semalam ia mengantuk saat ia akan mengambil minum ke dapur, jadi dia... Mungkin ...” ucap Brian tidak bisa menjelaskannya, suaranya makin tertelan. “Aku menyesal dowoon, aku menyesal karena tidak menemani ibumu ke bawah.” lanjut Brian dengan ekspresi sedih
Dowoon mengamati kesedihan dimata brian , terlihat air mata mengalir dari sudut matanya. Kini ibunya telah tiada. Seberapa pun buruknya hubungan mereka berdua, yoon mina tetap ibunya, dan dowoon masih selalu menyimpan harapan kalau suatu saat nanti ibunya akan mencintainya.
Tapi Sekarang mina telah tiada, dan harapan dowoon seolah-olah dipadamkan dengan kejam. Tangis pilu dowoon pun muncul, semula hanya isakan pelan, tapi makin lama makin keras tak tertahankan, dan Brian pun langsung merengkuhnya memeluknya guna menenangkan dirinya. Mereka berdua berpelukan dalam kesedihan.
Brian melangkahkan memasuki kamarnya, ia letih. Dowoon baru saja tertidur, dokter terpaksa memberikan obat penenang karena dowoon tidak henti-hentinya menangis. Polisi sudah membawa jenazah mina ke rumah sakit untuk di autopsi lebih lanjut, para pelayan langsung bergerak cepat dengan instruksi sungjin kepala pelayan. Karpet yang penuh darah langsung diganti dengan yang baru dan yang lama disimpan bersama barang-barang lain yang diminta untuk diserahkannya kepada aparat kepolisian.