5

376 65 2
                                    


Ketika kau merasa mimpi adalah nyata dan nyata adalah mimpi


































Dowoon tersentak lalu membuka kedua matanya. Keringat dingin mengalir di dahinya, dan ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Sejenak kehilangan memori karena dia tidak mengenali kamar yang ia tempati kini.

Lalu dia mulai sadar, ini bukan kamarnya namun ini adalah kamar tamu milik  brian, calon ayah tirinya.
Dengan gugup dowoon mengusap keringat di dahinya,
mimpi itu ... mimpi itu terasa begitu nyata sekaligus aneh, tetapi dowoon tak tahu itu kenangan masa kecilnya atau hanya bunga tidur semata.
Dowoon pun mendudukan dirinya di tepi ranjang lalu menuang air ke gelas dari teko kaca yang terletak di meja samping tempat tidurnya. Setelah meminum  air tersebut.

Dowoon pun kembali memejamkan matanya. Ia menghirup napas dalam lalu menghembuskannya.
Dowoon kembali membuka matanya, perasaannya mulai tidak tenang, seperti ada yang terus menerus mengawasinya di kegelapan. Menunggu sesuatu terjadi, tapi sesuatu seperti apa?

Dengan putus asa dowoon mengernyit, mengingat-ingat mimpi anehnya tadi. Itu benar-benar mimpi yang aneh ...
Setelah mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan yakin bahwa hanya dirinya sendirilah yang berada di kamar ini,  dowoon  pun kembali membaringkan tubuhnya dan mencoba memejamkan matanya lagi.


Dowoon menyanggah perasaan di hatinya, ia mengatakan bahwa itu hanya bunga tidurnya karena ia tidak biasa tidur di kamar yang bukan kamarnya sendiri. Iya, itu cuma mimpi—mimpi buruknya.
Tapi kata-kata itu terus saja terngiang-ngiang dalam benaknya.
“Kau milikku dowoon, jangan lupakan itu.”

Dowoon terbangun di dini hari  , masih fajar dan sinar matahari mulai menembus gorden kamarnya dengan malu-malu.

"Hey, kamar ini indah sekali" Pikir dowoon

Dowoon baru menyadarinya sekarang, kemarin ia terlalu lelah sehingga tidak sempat melihat ke sekeliling.
Kamar ini bernuansa biru laut yang terlihat nyaman, semua ornamen dari karpet bulu yang tebal, gorden dan tempat tidur semuanya bernuansa biru laut . Bahkan dinding-dinding dan kusen jendela serta atapnya semuanya berwarna biru laut . Entah apa yang dipikirkan si tuan rumah mengenai kamar ini

Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dari luar.
“Masuk,” sahut dowoon sambil mengernyitkan keningnya,

"Siapa yang mengetuk pintu di pagi buta begini" Pikirnya

Ternyata yang masuk adalah seorang pelayan, masih muda, mungkin seumuran dengannya. Ia terlihat agak gugup.
“Tuan muda dowoono, saya—euhmm diperintahkan kemari untuk melayani Anda.”
Dowoon kembali mengernyit, melayaninya? Seumur-umur dia tidak pernah dilayani oleh siapa pun, apalagi oleh pelayan. Hal ini terasa sangat baru baginya.
“Tidak usah, saya bisa melakukannya sendiri.” dowoon mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencari-cari tasnya. Untung saja ia membawa pakaian ganti, sungjin sudah memperingatkannya akan kemungkinan mereka menginap di akhir pekan ini.

"Tapi berada di mana tasnya ?" Batin dowoon sambil mata yang masih mencari
Pelayan  itu seolah-olah tidak peduli dengan perkataan dowoon. dia melangkah ke arah lemari yang indah dan juga berwarna biru gelap iyu.
“Saya akan menyiapkan perlengkapan mandi tuan muda, dan ini semua—pakaian tuan muda dowoon sudah disiapkan di sini.” Dia lalu membuka lemari pakaian itu.

Dowoon seketikaternganga.
Di dalam lemari itu terdapat banyak pakaian bermerek serta pakaian formal, mungkin puluhan dan semuanya digantung dengan rapi dibalik plastik pembungkus yang masih baru. Tidak mungkinkan pakaian itu untuk dirinya? Pelayan itu pasti salah.
“Ti—tidak mungkin pakaian-pakaian ini untukku, kamu pasti salah.” kata dowoon sambil berusaha mengatasi rasa gugupnya.
“Mungkin .. mungkin ini milik tuan kang.” lanjut nya
Dengan tegas pelayan itu menggeleng, “Saya mendapat instruksi langsung oleh kepala pelayan. Mari, saya akan menyiapkan air dan peralatan mandi Anda.” kata sungjin pada dowoon

from the dark side (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang