~Kenangan~

1.1K 91 9
                                    

"Pa, mama kenapa bisa kayak gini?" Ujar Arvin begitu sampai di depan ruang UGD.

"Papa juga gak tahu, papa baru dapat kabar dari pihak rumah sakit" ujar Revano Aleric selaku papa Arvin.

Arvin meninju dinding membuat Nadine dan papanya tersentak kaget. Laki-laki itu duduk di bangku yang ada di depan ruang UGD. Tatapan matanya menyiratkan kekhawatiran yang mendalam.

Nadine pergi dari sana, menghampiri seorang suster, dan meminjam obat-obatan. Setelahnya, ia langsung kembali ke sana. Gadis itu duduk di sebelah Arvin.

Tangannya meraih tangan laki-laki itu membuat ia menoleh. Dengan telaten, Nadine mengobati tangan Arvin yang terluka.

"Gue tau lo khawatir tapi bukan kayak gini cara ngelampiasinnya, kalau kayak gini sama aja lo nyakitin diri lo sendiri. Kalau mama lo ngeliat lo kayak gini, pasti dia sedih"

Ucapan Nadine berhasil menenangkan Arvin, entah kenapa, rasa khawatirnya sedikit berkurang.

Dokter keluar dari ruang UGD begitu Nadine selesai mengobati tangan Arvin.

"Dok, bagaimana kondisi istri saya?"

"Pasien baik-baik saja, lukanya tidak terlalu parah, ia akan membaik dalam beberapa hari"

"Apa kami bisa menjenguknya?" Tanya Arvin.

"Bisa, tapi setelah pasien dipindahkan ke ruang inap. Kalau gitu saya permisi dulu"

"Makasih dok"

Rania Aleric-mamanya Arvin di bawa ke ruang rawat, Arvin, Nadine, dan Revan masuk ke dalam.

"Ma, mama cepat bangun ya. Arvin gak mau mama kenapa-napa"

🍏🍏🍏

Setelah menjenguk Rania, Nadine dan Arvin berjalan ke luar rumah sakit.

"Makasih ya lo udah mau nemenin gue" ujar Arvin yang dibalas anggukam oleh Nadine.

"Kalau gitu, gue balik ya"

"Gue anter"

"Gak perlu kok, lagian gue tahu lo masih mau nemenin mama lo"

"Lo serius?"

"Iya, gue balik dulu"

"Thanks ya"

Nadine tersenyum lalu meninggalkan rumah sakit, kebetulan gadis itu sudah memesan taxi online. Nadine kembali ke sekolah karena mobilnya masih di sekolah dan sekarang masih jam sekolah.

Sesampainya di sekolah, ia langsung menuju kantin, menghampiri kedua sahabatnya.

"Kita butuh penjelasan"

"Hah?" Binggung Nadine.

"Arvin, dia siapa? Kenapa lo gak pernah cerita sama kita"

"Ooh, kalian inget gak sih waktu gue cerita kalau gue ketemu cowok nyebelin di jembatan yang dia bilang kalau gue mau bunuh diri?" Tanya Nadine yang membuat kedua sahabatnya mengangguk.

"Nah, itu Arvin"

"Tapi bukannya kalian gak dekat, terus kok tiba" bisa jadi dekat?"

"Ya awalnya enggak, terus waktu itu gue,.." Nadine menceritakan pertemuan mereka di taman, saat gadis itu menangis dan Arvin memberinya tissue.

NADINE (Completed)✔✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang