Chapter 20

106 9 4
                                    

Rara merapatkan pelukannya pada Yudha, membenamkan wajahnya di dada bidang Yudha yang tanpa mengenakan baju apapun.

Mengingatnya, membuat Rara merasa malu, pipinya merona. Ya, tepat sekali, baru saja semalam Rara menyerahkan mahkota berharga miliknya yang ia jaga selama ini pada suaminya yang sangat ia cintai. Yudha dan Rara melakukannya semalam, tanpa ada gangguan apa pun dari teman-temannya.

Setelah acara barbeque an semalam, tanpa Rara ketahui, Yudha telah menyiapkan kencan romantis kecil didalam kamarnya. Dan berakhir mereka berdua melakukan nya dengan penuh nikmat dan kenyamanan, menghilangkan hawa dingin yang melanda, memberikan kehangatan satu sama lain. Sungguh, Rara tak akan pernah melupakan malam pertamanya dengan Yudha.

"Kenapa hm?" Tanya Yudha dengan suara seraknya khas bangun tidur.

Rara mendongak, lalu sedikit merenggangkan pelukannya memberikan sedikit jarak agar Rara dapat memandangi wajah Yudha yang tampan di pagi hari.

Rara menggeleng pelan, lalu tersenyum manis menatapnya. "Selamat pagi." Sapa Rara, mengecup pipi kanan Yudha sebentar lalu menjauh kan kembali wajahnya yang bersemu merah.

"Selamat pagi kesayangan." Balas Yudha, lalu merapatkan kembali tubuh polos nya dengan Rara yang sama-sama polos, membuat Rara memekik tertahan, lalu membenamkan wajahnya kembali ke dada Yudha.

"Kenapa? Masih malu-malu sama aku? Gausah malu, aku suami kamu dan aku udah liat semuanya." Unar Yudha dengan lembut sambil mengelus rambut Rara dengan penuh kasih sayang.

Rara mengangguk, "aku mau mandi." Ucapnya pelan.

"Masih sakit ya?"

Rara mengangguk lagi, "gerak sedikit juga sakit." Jawab Rara, lalu menunduk kan kepalanya menatap dadanya yang nampak bercak kemerahan bekas ulah Yudha semalam.

"Hari ini kita bakal keliling kan? Bagian bawah aku sakit banget, udah gitu leher sama dada aku banyak kiss mark ulah kamu. Nanti kalau yang lain lihat, pasti aku diketawain." Ujar Rara dengan sendu seraya menatap Yudha.

Yudha gemas sendiri melihat wajah Rara yang memelas padanya yang terlihat sangat menggemaskan dimatanya. Yudha tak tahan untuk tidak mengecup bibir Rara sejenak.

"Gemes banget si. Tenang aja, nanti aku bilang sama yang lain kalau kamu lagi gaenak badan. Karena besok kita pulang, kalau mau kamu sama aku balik je Jakarta nya lusa aja."

Rara menggeleng cepat, "gamau, kalau kamu sampai ga ikut hari ini. Kan kamu yang paling antusias buat lihat-lihat pemandangannya. Kamu ikut aja, aku bakal tetep di villa. Dan aku bakal balik sama yang lain besok."

"Kamu yakin?"

Rara mengangguk. "Iya kamu tenang aja. Aku cuma disini juga gak masalah, pemandangan kebun teh dibelakang kebun juga bagus banget kok. Asalkan nanti kamu harus kasih liat aku foto pemandangan nya nanti ya?"

Yudha mengela nafas pasrah, lalu mengelus rambut Rara lagi. "Kalau ada apa-apa bilang sama aku ya Ra."

"Iya sayang." Balas Rara.

"Apa tadi? Coba bilang lagi." Pinta Yudha.

"Iya sayang. Udah ih, ayo bantu aku ke kamar mandi, gerah banget lengket pula." Ujar Rara merasa risih akibat tubuh nya yang lengket sisa semalam.

"Kan itu hasik dari cinta kita." Balas Yudha sambil menaik turunkan alisnya.

Rara memutar bola matanya jengah. "Udah ayo bantuin ih."

"Iya sayang." Ucap Yudha, lalu turun dari tempat tidur tanpa mengenakan sehelai benang pun membuat Rara langsung menutup matanya dengan pipi memerah. Lalu Yudha langsung menggendong Rara yang masih berbelit dengan selimut. Menggendong nya dengan hati-hati ala bridal style menuju kamar mandi yang ada didalam. Lalu mereka mandi bersama, tanpa melakukan hubungan badan karena Yudha kasihan melihat Rara yang kesakitan akibat ulah nya.

KEIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang