-3-Alaskar

34.7K 2.1K 35
                                    

"mencoba berbagai cara demi melupakan mu"

Pukul 08.00 pagi, gadis manis periang itu masih tergeletak diatas kasur hitam miliknya dengan keadaan setengah sadar. Jangan ditanyakan lagi apa yang ia lakukan semalaman kemarin, entah sudah berapa tetes air mata yang keluar dari bola mata yang indah itu.

Sunyi, pagi hari yang biasanya ia sambut dengan kegembiraan dan keceriaan kini telah redup. Rutinitas pagi membuka handphone dan melihat apakah Dava masih ada dibumi, kini telah sia sia.

Yang ada dipikiran Febri saat ini hanya melupakan dan membuang jauh jauh perasaaan untuk Dava selama ini.

Febri bangun dari tempat tidurnya, berjalan keluar kamar menuju kamar mandi rumahnya. Bahkan tidak ada niat untuk melihat dirinya dicermin, karena sudah dipastikan keadaannya saat ini buruk sekali.

"Febri!!"

Panggilan itu membuat Febri yang hendak masuk kedalam kamar mandi, mengurungkan niatnya. Sudah dipastikan itu suara Vania, dan dipastikan Vania bersama Sila.

"Paan" singkat Febri dengan suara lesu

"E-em ituu" gugup Sila dan menyenggol bahu Vania

"Makan makan yuk, kan kemarin batal" sambung Vania

"Ga selera. Gue mau mandi" setelah mengatakan itu, Febri memasuki kamar mandi dan membersihkan diri beebrapa menit.

Sekarang Febri sudah ada didepan pintu kamarnya, ia sengaja berhenti karena mendengar kegaduhan didalam sana. Febri memandangi sekeliling rumah tapi tidak ada siapa siapa disana, sepi seperti biasanya.

'ceklek'

Febri membuka pintu. Dilihatnya Vania dan Sila sedang membuka dan mengacak acak isi lemari miliknya.

"Ngapain lo berdua!" teguran Febri yang lumayan keras, bahkan tidak digubris sama sekali oleh keduanya

Febri berjalan kearah kasur miliknya, disana sudah terdapat berbagai foto foto yang menampakkan sosok lelaki yang sudah ia tangisi semalaman kemarin, Dava.

"Ngapain dikelu-"

"Gue sama Sila berniat mau buang semua foto foto cowo ga guna ini" ucap Vania memotong pembicaraan Febri

"Kenapa?" ucap Febri dengan ekspresi bingung

"Lo gak kasihan sama diri lo sendiri? Cinta boleh, tapi bego jangan" ucap Sila

Febri melotot tak terima "Lu ngatain gue bego?"

"Emang iya!" seru Vania dan Sila bersamaan

Febri hanya pasrah melihat kedua sahabatnya mengeluarkan satu persatu foto foto Dava yang ada didalam lemarinya. Setelah beberapa saat, semua foto itu sudah terkumpul diatas kasur hitam milik Febri.

"Buang kemana?" tanya Febri

"Masalah itu gampang, sekarang gue bawa sekalian gue sama Sila pamit" ucap Vania disertai anggukan Sila

Febri mengantar kedua sahabatnya sampai depan gerbang.

***

Saat Febri hendak merebahkan dirinya keatas kasur, tak sengaja ia menghadap kearah cermin yang berada dipojok kamar.

"Gue ga boleh gini terus! Gue harus jadi diri gue sendiri tanpa sedih sedih mikirin orang lain yang ga mikirin gue!"

Monolog Febri sembari menghadap cermin yang menampilkan betapa buruknya ia saat ini

Febri memoles sedikit bedak diwajahnya, memberi lipbalm dibibirnya agar tidak terlihat pucat, mengucir kuda rambutnya menjadi lebih rapi. Sekarang penampilannya jauh lebih baik dari sebelumnya. Hanya saja masih terlihat matanya yang sedikit sembab

Tanpa pikir panjang, ia merebahkan dirinya di atas kasur hitam kesayangan miliknya. Membalas pesan pesan masuk yang sedari tadi pagi belum ia balas.

Ada salah satu pesan yang sangat menarik dan membingungkan, pesan itu dari Aldi. Temannya sewaktu SD, mereka memang dekat disekolah dlu, sebatas TEMAN

ALDI

Feb
Febri

FEBRI
Paan

ALDI
Mau gabung geng motor gue ga? Butuh member cewe ni

Febri sempat berfikir, geng motor memang didominasi oleh lelaki. Namun apa salahnya bergabung menambah teman, ia juga berfikir dengan lebih seringnya ia asik dengan dunianya nanti, pasti itu akan membuatnya melupakan Dava sedikit demi sedikit

FEBRI
Boleh

ALDI
Nusul sini ke Babe, gue sama yang lain udah disini

Babe, salah satu tempat tongkrongan yang diandalkan oleh beberapa geng motor disana. Tidak hanya geng motor yang diikuti Aldi saja, ada beberapa geng motor lainnya juga menjadikan Babe sebagai tongkrongan

Garis bawahnya adalah tempat tongkrongan babe tergolong murah. Mereka yang sedang mengalami krisis uang, dipastikan akan memilih tempat itu untuk menghabiskan waktu diluar

FEBRI
Ga ada motor, jemput

ALDI

Otw

Setelah percakapan singkat itu, Febri bersiap diri. Ia menggunakan switer berwarna coklat muda dengan gambar sepatu hitam ditengahnya dan celana jins panjang. Rambut pirangnya dibiarkan terurai begitu saja

Menunggu beberapa menit akhirnya Aldi sampai, Febri tau itu karena ada panggilan yang masuk dari Aldi barusan. Dengan langkah seribu gadis itu turun kebawah, kebetulan dirumah tidak ada siapa' jadi tidak perlu ijin

"Heh Jamal!" sapaan itu membuat pandangan Aldi pada ponselnya teralihkan

"Sialan. Masih aja jail"

Febri hanya menunjukkan cengir kudanya "Gas ni?"

"Gas lah! Eh btw, kok lo makin cakep si" goda Aldi

"Iyalah, semua itu harus ada perkembangan. Gak kaya lo, muka gitu gitu aja" ejek Febri dengan bangganya

Mereka memecah jalanan kota sore itu yang ramai sembari bercerita suasana ketika SD dulu. Sangat lucu bila diingat. Memori mereka kembali lagi dimana Aldi yang terjatuh ke selokan akibat menginjak tali sepatunya sendiri, Febri yang sangat mudah dikelabui karena sifat lemot dan lugu gadis itu

"Ayo masuk" ajak Aldi dan Febri hanya mengangguk angguk

Ketika memasuki ruangan itu, banyak suara bising laki laki yang sedang mengobrol, tertawa, mengumpat, dan semacamnya.

Aldi membawa Febri ke salah satu meja yang berada di pojok ruangan. Tatapan dari para pengunjung lainnya, membuat Febri sedikit risih

"Njir ngapain dipojok begitu si" bisik Febri pada Aldi

"Mereka emang suka mojok, apalagi kalo sama cewek"

Febri refleks menabok punggung datar lelaki disebelahnya itu, sedangkan Aldi hanya terkekeh singkat

"Bercanda. Lagian kalo mereka apa apain lo, gue yang bakal maju"

"Maju nolongin gue?"

Aldi geleng geleng kepala "Maju buat pergi duluan dari sini"

"Anj-"

Ucapan Febri terhenti ketika salah satu dari kedua orang yang terlihat disana berdiri. Lelaki dengan kulit putih, tubuh tinggi, dan rambut layaknya artis Korea itu tersenyum manis kearah Febri

"Mau kemna?" tanya Aldi pada orang itu

"Kamar mandi. Ikut?"

"Najis!"

Febri dan Aldi duduk di kursi panjang. Febri dapat melihat jelas orang yang duduk dihadapannya itu sedang bermain ponsel, tapi apakah ia tidak menyadari kehadirannya sama sekali

Jangan lupa tinggalin jejak kalian yaa, vote setiap part...

Makasih 🖤✨

DAVI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang