"bertahan tapi terluka, atau
menyerah sampai sini saja"***
Febri berjalan malas menuju pintu utama rumahnya, menebak nebak siapa yang datang disiang ini.
Ceklek
Pintu terbuka, dua sosok perempuan berambut hitam pendek tengah berdiri disana. Mereka adalah Vania Anjani dan Sila Putri, sahabat dekat Febri
"Hadeh" malas Febri. Selalu saja dua sahabatnya itu menganggu hari hari bersantai Febri, seperti sekarang ini
Febri sudah bersiap menutup pintu, namun terhenti ketika tangan Vania dengan sigapnya menahan pintu
"Apa apaan si lo feb, gue sama Sila jauh jauh kesini bukannya disuruh masuk, dasar" omel Vania dengan tatapan tajam
Karena tidak ingin membuat keributan, akhirnya Febri memilih mengalah untuk kali ini. Gadis itu membuka kembali pintu rumahnya lebar lebar, dan tersenyum lebar walau terpaksa
"Masuk tuan putri"
***
Kamar bernuansa biru yang semula tertata rapi, kini sudah berantakan tidak karuan.
Ketiga remaja perempuan tadi tengah bersiap menonton film romansa yang sudah febri siapkan di laptop miliknya sejak beberapa hari lalu.
Entah sudah berapa banyak nama hewan yang mereka sebut, mulai dari A sampai Z tidak ada yang terlewatkan.
"Wah wahh kambing! sialan banget tu cowok!" seru Vania menggebu gebu
"Sumpah kalau gue jadi ceweknya, udah gue pites sampai ilang tu cowok" sahut Sila
Sedangkan Febri hanya diam, sibuk memperhatikan drama yang sedang memuncak didalam film itu
Satu jam berlalu, film selesai dengan keadaan sad ending- membuat ketiga perempuan itu meneteskan air mata, sedikit lebay emang kedengarannya, namun itulah mereka.
"Kenapa si itu cowok gampang banget ngambil keputusan" omel Sila masih tidak menerima ending dari film yang baru saja mereka tonton
"Emang. Lagian lo juga si feb, nyari film yang bener dikit ngapa" ucap Vania menyalahkan Febri
Febri yang merasa tersalahkan langsung memukul kuat lengan Vani
"Babi. Udah untung gue cariin"
"Njir kaga usah main tabok" kesal Vania sembari mengusap usap lengannya
"Udah gini aja, besok besok mending Vania aja yang nyariin film" ucap Sila diangguki Febri
"Kaga ah, males"
"Halal untuk ditikam" ucap Sila geram
"Udah, udah. Mending sekarang bantu gue beresin ni sampah semua" Seru Febri yang sedang membawa leptop dan menunjuk beberapa tisu dan bungkus chiki
***
Setelah membereskan semuanya, kini Vania dan Sila hendak berpamitan pulang. Hingga Vania tidak sengaja melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam
"Woi itu jam lo bener kan feb?!!" Tanya Vania nyolot
Febri mengikuti arah pandang Vania, lalu mengangguk "Bener" jawabnya
"Jam 11 malem ini?!"
"Yaiya lah, masa 11 siang"
"Gue ga berani pulang sendiri anjr, deket komplek habis ada orang meninggal. Mana sepi lagi jalannya" ucap Vania berbidik ngeri
Sila yang sedari tadi diam hanya menunggu keputusan apa yang akan diambil mereka malam ini, toh Vania juga penakut orangnya, jam 11 aja udah larut malem banget bagi Vania
"Nginep rumah gue?" tawar Febri yang sedang bersender didekat pintu
Vania dan Sila hanya mengangguk angguk pertanda bahwa mereka menjawab 'iya'
Pukul 02.00 dini hari ketiga gadis itu belum juga tidur. Bercanda dan bercerita yang tidak penting terus mereka lakukan, sampai akhirnya Vania membuka pembicaraan masalah cinta Febri
"Gimana perjuangan lo ke Dava sekarang?" tanya Vania disertai anggukan penasaran Sila
"Nyerah" singkat Febri lesu
"Kenapa gitu?" tanya Vania dan lagi lagi disertai anggukan Sila
"Engga mungkin, engga bakal, engga akan, dia suka sama gue"
"Buat apa gue berjuang" lanjut Febri
Vania dan Sila saling pandang, bingung juga kasihan dengan sahabat mereka satu ini. Febri menyukai Dava sudah sejak kelas 10 SMA atau lebih tepatnya awal masuk sekolah, namun selalu saja perempuan perempuan beruntung lainnya yang mendapatkan Dava
Dava Aditama lelaki bertubuh tinggi, tampan, berkulit tidak terlalu putih, anak basket, nakal namun mengerti batas. Lebih jelasnya Most wanted sekolah mereka, siapa perempuan yang tidak mengenal atau tidak menyukainya- pasti tidak ada
"Terus lo bakal nyerah gitu aja sampe sini?" tanya Vania masih membahas soal Dava
Sila yang sedari tadi diam mengambil guling hitam polos yang ada didekatnya, ia letakkan dipangkuannya agar lebih nyaman mendengar curhatan atau keluhan yang akan Febri lontarkan
"Gue belum tau" hanya itu yang Febri lontarkan dari mulutnya
Terlihat jelas diwajah Febri bahwa dia sedang gelisah antara terus berjuang atau menyerah saja. Semua pilihannya nanti pasti akan ada resiko yang diterima
Hai gais!🌠
Jangan lupa tinggalin jejak dengan cara klik gambar bintang dibawah yaa 🖤
Bagian satu aja udah dibuka dengan masalah yang membingungkan, pantengin terus cerita DAVI yaa 👉🏻👈🏻
lofyu all✨
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVI [END]
PertualanganBACA DAN PANTENGIN TERUS SAMPEK ENDING!! ✨ •Alleta Febriana.✨ Wanita dari keluarga kaya raya namun terkesan sederhana. Memiliki berbagai sifat dalam dirinya yang dapat berubah sewaktu waktu. Kadang bertingkah seperti bocah, kadang jutek dan cuek, ka...