"Aku pikir, setelah aku menuliskan semua hal tentangmu, tentang kita dan juga rasa sakit ini, memori itu tidak lagi tersimpan rapi di otakku..." Gendari akhirnya menangis tersedu-sedu dari teras kamarnya yang berada di lantai 32. Seiring dengan jatuhnya air mata, ingatan akan kencan pertama bersama sang mantan pun terputar di benaknya.
"Kita mau jalan-jalan ke mana sih, Kak?"
"Kebun Raya Bogor."
"Hah? Serius, Kak?"
"Kapan pernah aku nggak serius sama kamu?"
"Bukan gitu, Kak. Tapi di sana kan ada Jembatan Merah." Gendari pun menjelaskan perihal mitos yang telah didengar dan juga dipercayainya. "Katanya, kalau ada sepasang kekasih yang ngelewatin jembatan itu, mereka pasti putus loh, Kak."
"Kamu percaya sama hal yang nggak masuk akal begitu?" Gendari menganggukkan kepalanya dengan mantap.
"Gendari... Gendari... Kamu kenapa lucu banget, sih? Aku jadi gemes sama kamu tahu, nggak?"
"Loh, kok malah dibilang lucu?" protes Gendari yang kemudian memanyunkan bibirnya. Melihat hal itu, Alan justru mencubit kedua pipi sang pacar hingga Gendari berteriak kesakitan.
Setelahnya, proses negosiasi pun terjadi. "Kita ke Kebun Binatang Ragunan aja yuk, Kak," tawar Gendari dengan suara dan wajah yang dibuat semanja dan seimut mungkin.
"Aku nggak mau pacaran dilihatin sama hewan gitu."
"Ke Taman Mini Indonesia Indah aja, gimana?"
"Kita bukan anak TK lagi, Gendari Sayang."
"Oh, bagaimana kalau ke Dufan aja?"
"Mahal, Sayang."
"Ke pantainya aja, yuk, Kak. Gratis kok."
Alan menghela napasnya sejenak. "Sejujurnya, aku pilih tempat itu tuh karena mau sekalian ngajak kamu makan soto mie Bogor." Di detik itu juga, mata Gendari langsung berbinar.
"Bisa minta risol yang banyak juga, kan?" tanyanya yang langsung diangguk oleh Alan yang kini terkekeh-kekeh lantaran melihat kelakuan pacarnya itu.
Sesampainya mereka di sana, Alan langsung mengajak Gendari mengelilingi cagar alam yang memiliki luas sebesar 87 hektar itu. Setelah Alan berhasil membujuk Gendari untuk melintasi dan berfoto bersama di atas Jembatan Merah, maka agenda berjalan-jalan sambil mengabadikan setiap sudut dengan lensa kamera itu pun berakhir.
"Kalau kita sampai putus, bagaimana, Kak?" tanya Gendari sembari melihat-lihat hasil jepretan mereka berdua di kamera Alan.
"Cieee... kayaknya ada yang sudah sayang banget nih sama aku..."
"Iiiih! Kak Alan nyebeliiin banget sih!" Gendari pun berjalan cepat, meninggalkan Alan yang sedang tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.
Setelah berhasil menyamai langkah, Alan lalu meraih tangan Gendari dan menggenggamnya. "Aku jamin kita nggak bakal putus," ucapnya dengan mantap.
"Kalau kita sampai putus?"
"Kamu boleh membenci aku seumur hidup kamu."
Tanpa aba-aba, Gendari pun memeluk tubuh Alan dari samping. "Gendari sayang Kak Alan!" teriaknya hingga membuat beberapa orang menoleh ke arah mereka berdua.
"Alan juga sayang Gendari!" balas Alan dengan volume suara yang tak kalah besarnya.
Dengan tawa yang terus berderai, keduanya pun melangkahkan kaki menuju kedai soto mie yang dimaksud oleh Alan tadi.
Saat pesanan mereka sudah sampai, "Semua risol aku buat kamu nih." Alan pun memindahkan potongan demi potongan risol ke mangkuk Gendari.
"Terima kasih, Pacar," ucap Gendari sembari bertepuk tangan.
Usai mengiakannya, Alan berkomentar. "Kalau dilihat-lihat, kamu tuh bukan makan soto mie. Tapi, soto risol."
Lanjut di Storial😘💞
.
.
.
Kak Rurs with💎
![](https://img.wattpad.com/cover/238012768-288-k1554.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Labirin Kala & Rasa ✔️ (Sudah Terbit)
General FictionLabirin Kala & Rasa "Mengisolasi nostalgia, mendegradasi cela dan mengekspansi karsa" Gendari berpikir bahwa mengabadikan kegagalan kisah cintanya di dalam novel adalah cara terbaik agar dirinya bisa berpaling dari Akalanka Bachtiar dan semua hal ya...