.
“Kamu kok bisa menjelaskan prinsip teori mekanika kuantum dan kucing Schrodinger dengan lancar dan benar?”
“Ya, gini-gini saya punya otak kali, Pak.” Seakan tidak mendengar perkataan Gendari, Hugo mengulang lagi pertanyaannya.
“Hmmm... saya bisa karena sudah mempelajarinya semalam suntuk, Pak.”
Hugo langsung menggeleng dengan tegas. “Saya ini dosen...”
“Siapa bilang Bapak pilot?”
“Gendari dengarkan saya dulu.”
“Siap, Pak! Siap!” Gendari memberikan posisi hormat pada Hugo hingga pria itu sempat berdecak sebelum melanjutkan perkataannya.
“Sebagai seorang dosen, tentu saja saya tahu mana orang yang sekadar tahu dan orang yang benar-benar paham. Mana yang baru membacanya tadi Subuh dan yang sudah mengendapkan ilmunya di kepala selama bertahun-tahun, Gendari.”
“Kalau pada kenyataannya ilmu itu sudah ada di otak saya sejak harga kerupuk masih seribu dapat delapan, terus Bapak mau apa? Mau protes?” Belum sempat Hugo menanggapinya, “Apakah menurut Bapak, saya tidak pantas untuk mengetahuinya? Oh, atau memang sebodoh itukah saya di mata Bapak?”
“Saya tidak pernah berpikir seperti itu, ya, Gendari,” bantah Hugo tegas.
“Oh, ya? Terus apa maksud Bapak mengatakan novel saya tidak memiliki impak nyata untuk melawan kelembamam Bapak? Hanya ingin berkomentar, hah? Big bullshit, Pak!”
Lanjut di Storial ya!
Terima kasih sudah mengikutinya 💞
.
.
.
Kak Rurs with💎
KAMU SEDANG MEMBACA
Labirin Kala & Rasa ✔️ (Sudah Terbit)
Ficción GeneralLabirin Kala & Rasa "Mengisolasi nostalgia, mendegradasi cela dan mengekspansi karsa" Gendari berpikir bahwa mengabadikan kegagalan kisah cintanya di dalam novel adalah cara terbaik agar dirinya bisa berpaling dari Akalanka Bachtiar dan semua hal ya...