🕊️Dibunuh atau dilecehkan?🕊️

240 36 12
                                    

Suasana sepi dan mencekam menghiasi sekitar gubuk tua yang terletak di tengah hutan ini. Angin berhembus cukup kencang dan menghantarkan hawa dingin, tetapi hal itu tak menghentikan aktivitas pemuda yang sibuk dengan pisau di tangannya. Ia baru saja mendapatkan buruan, wanita mantan pekerja malam. Ya, mantan karena ia baru saja menghentikan pekerjaannya dengan meregang nyawa beberapa jam yang lalu.

"Alvaro Pradipta!" Teriakan temannya membuat Varo berdecak kesal.

"Kau ngapain, sih, teriak-teriak nyebut nama lengkap aku!" bentak Varo.

Alvaro Pradipta pengusaha muda yang memiliki paras tampan, fasilitas mewah nan megah, tapi jomlo? Dia tidak ingin memiliki pasangan di usianya saat ini. Lagi pula percuma memiliki pacar tapi tidak jodoh. Itu pendapatnya. Dia terlahir dari keluarga kaya sejak kecil. Sebelum papanya meninggal, papanya menitip pesan agar ia mau meneruskan bisnis yang telah dikembangkan oleh Papanya itu.

"Itu, ada orang mau datang ke sini!" Sebut saja Kelvan Jaya. Teman sekaligus saudara bagi Varo. Hanya saja sifat Kelvan sangat kekanak-kanakan, bahkan memegang pisau saja dia sudah takut.

"Berapa orang?" tanya Varo.

"Satu, kayaknya sih cewek!"

"Kau gak usah teriak-teriak juga kali, Van!" bentak Varo.

"Kalau cewek, ya, tinggal bunuh aja, apa susahnya sih?" sambung Varo dengan santai.

Bunuh lagi? Sadis amat sih punya temen. Pikir Kelvan.

"Tapi, kayaknya dia lagi di kejar-kejar sama preman deh, Var." Perkataan Kelvan membuat tangan Varo yang tadinya membereskan mayat mantan pekerja malam itu terhenti dan mendatangi Kelvan.

"Tangan kau bau banget sih, cuci dulu sana!"

"Heh, bawel amat sih!" Varo pun mencuci tangannya pakai sabun agar bau darah mayat itu hilang. Lalu kembali menghampiri temannya yang bobrok itu.

"Tolong!" Teriakan gadis yang sedang berlari kencang itu sampai ke telinga Varo. Teriakannya seperti seseorang yang teraniaya.

"Tangkap dia. Jangan sampai perempuan murahan itu bebas!" teriak bos preman itu.

"Aku bukan perempuan murahan, dasar bajing*n!" balas gadis itu. Rambutnya acak-acakan, pakaiannya tersobek di bagian pundak kanan. Sepertinya dia ingin di lecehkan.

"Tangkap dia!" geram bos preman itu. Gadis itu semakin melajukan larinya. Saat melihat ada mobil di dekat gubuk yang sebentar lagi dia gapai, gadis itu makin mempercepat larinya. Berharap akan ada yang membantunya.

"Tolong. Siapapun tolong aku!" teriak gadis itu.

Varo yang melihat begitu banyak preman langsung membungkus mayat itu dalam sebuah karung dan membakarnya. Setelah itu dia menitipkan kunci mobilnya kepada Kelvan.

"Kau ke mobil sekarang, biar aku yang atasi masalah ini," ujar Varo sambil menepuk pundak temannya itu. Dengan cepat Kelvin mengangguk dan berlari menuju mobil sembari duduk di bangku depan, untuk menyetir.

"Tolong aku. Pa--para preman itu, ingin melecehkan ku," ucap gadis berpakaian robek di bagian bahunya tersebut dengan nafas tersengal-sengal.

"Aku menolongnya atau membunuhnya," gumam Varo sambil menatap wajah letih Alisha.

Alisha Princessa, gadis sederhana yang memikat banyak hati pria bila melihatnya. Tidak, kecantikannya tidak ingin di pamerkan, tapi banyak sekali orang yang beranggapan buruk tentangnya. Mereka fikir dengan wajah Alisha yang cantik, Alisha mampu merayu pria mana pun, dan meminta uang kepada mereka.

Dengan istilah lain, Alisha sering sekali di cap wanita murahan dan wanita matre. Setiap kali mendengar ucapan itu telinga Alisha serasa panas bagai di bakar api. Dia adalah anak dari pasutri Rara dan Rizki. Namun, sayang sekali Rara meninggal saat Alisha berusia delapan bulan.

Cinta Alisha {Tahap Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang