Mengenakan gamis berwarna coklat muda dan jilbab kuning lembut, Hafsha terlihat begitu cantik. Hafsha telah hadir di rumah Arvan sejak setengah jam yang lalu. Ia terlihat sibuk merapikan anak-anak panti asuhan yang baru saja datang. Ada sekitar 30 orang dengan dua orang pengasuhnya. Ruang tengah yang cukup luas itu tiba-tiba terasa sesak. Semuanya duduk di atas karpet dan terlihat sudah tidak sabar menunggu acara dimulai.
Aqila terlihat selalu mengekori ke mana pun Hafsha berjalan. Sementara Bude Ratih, Bi Yum dan Mbak Asih sibuk merapikan hidangan di halaman belakang. Meski untuk makan siang, Bude telah memesan katering. Tetapi ketiganya masih juga tidak berhenti mondar mandir ke sana ke mari. Hanya Aryan yang terlihat duduk tenang di kursi. Di depannya ada sebuah meja dengan kue besar di atasnya. Kue yang dihias dengan gambar bola itu tanpa hiasan lilin. Karena Aryan sudah mendengar dari gurunya di sekolah jika tiup lilin bukanlah budaya Islam. Begitu lembutnya hati Aryan dan Aqila, sehingga mereka begitu mudah menerima ilmu dan nasihat yang diberikan oleh guru-guru mereka di sekolah. Dan apa yang telah mereka dapatkan itu, selalu mereka sampaikan kepada Arvan. Meski banyak hal yang belum bisa diterima oleh Arvan.
Setelah merasa semuanya duduk dengan rapi, Hafsha mengajak Aqila untuk duduk di samping Aryan. Mereka masih menunggu Arvan untuk memulai acara. Tepat ketika Hafsha dan Aqila duduk di samping Aryan, Arvan masuk bersama Rena. Aqila langsung memeluk Hafsha begitu melihat papanya datang dengan wanita yang beberapa waktu lalu telah membuat sang papa memarahinya. Hafsha menepuk-nepuk pundak Aqila dengan lembut memberikan ketenangan.
Rena dengan balutan gaun berwarna hijau lumut terlihat begitu cantik. Rambut sepunggungnya tergerai dengan indah. Perempuan dengan dandanan lumayan seksi itu mendekati Aryan, menyerahkan bungkusan kado yang cukup besar dan menyalami bocah laki-laki yang hari ini genap berusia 7 tahun. Aryan mengucapkan terima kasih dan meletakkan kado dari Rena di samping kursinya.
Arvan memanggil Bude Ratih, Bi Yum dan Mbak Asih. Lalu laki-laki itu meminta Hafsha untuk segera memulai acara. Hafsha pun bangkit dan membuka acara. Perempuan yang terlihat sangat anggun itu membuka acara dengan mengucapkan basmallah lalu diikuti dengan ucapan salam. Semua anak-anak panti menjawab salam Hasfa dengan penuh semangat.
Hafsha lalu meminta salah seorang anak panti untuk membacakan surat Ar-Rahman. Pengasuh Panti Asuhan Nurul Ilahi menugaskan salah seorang anak untuk maju ke depan. Lalu alunan surat Ar-Rahman pun mengalun dengan merdu dan syahdu. Semua yang hadir menyimak dengan tenang.
Selesai pembacaan ayat suci Alquran, acara dilanjutkan dengan pembacaan doa. Kembali salah seorang anak panti maju ke depan. Anak laki-laki berusia sekitar sembilan tahun itu membaca doa dengan begitu fasih. Selain mendoakan keselamatan bagi semua yang hadir, dia juga mendoakan kebaikan dan keberkahan bagi Aryan sekeluarga. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sambutan yang disampaikan oleh Arvan.
Dan acara yang paling ditunggu-tunggu oleh anak panti pun tiba, pembagian amplop oleh Aryan dan Aqila. Hafsha meminta anak-anak berbaris dengan tertib. Anak-anak mulai menyalami Arvan, Rena, Aryan, Aqila dan Hafsha. Aryan dan Aqila lalu membagikan amplop yang telah disediakan oleh Arvan. Anak-anak menerimanya dengan perasaan bahagia dan gembira. Amplop seperti ini hanya satu dua kali dalam setahun bisa mereka dapatkan. Dan biasanya pengasuh panti mengizinkan mereka untuk menyimpan serta menggunakan uang tersebut untuk kebutuhan mereka masing-masing. Apakah itu untuk jajan atau membeli barang-barang yang mereka inginkan.
Aryan dan Aqila memang meminta acara ulang tahun dirayakan bersama anak-anak panti. Cerita dari guru-guru mereka di sekolah dan kunjungan ke panti di bulan suci Ramadhan beberapa bulan lalu telah menyentuh hati mereka. Mereka ingin berbagi kebahagiaan dengan anak-anak yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya itu. Arvan yang menyadari sering tidak punya banyak waktu untuk anaknya, sebisa mungkin selalu berusaha untuk memenuhi keinginan-keinginan anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DITALAK TANPA ALASAN (JUDUL DI NOVEL UNTAIAN DOA HAFSHA)
General FictionTiba-tiba Hafsha diantar ke kampung halamannya dan dipulangkan kepada sang ayah. Adam, laki-laki yang telah menikahinya dua tahun lalu, menalaknya tanpa alasan. Sebenarnya apa yang terjadi pada Adam? Lalu bagaimana kisah Hafsha selanjutnya?