1. Langit dan Bumi

849 143 291
                                    


"Aku selalu merindukan langit, tapi aku tak yakin bisa meninggalkan orang-orang yang kusayang di bumi"

-Ghaza Asyiqos Sama'-

☁️

Ghaza Asyiqos Sama', Ghaza si perindu langit. Uminya bilang, itu adalah nama yang almarhum abinya berikan. Nampaknya, nama itu tidak sekedar nama, buktinya Ghaza benar-benar tumbuh menjadi pemuda yang selalu merindukan langit, katanya Ghaza ingin cepat-cepat ketemu abi.

Ada dua wanita yang sangat ia cintai di bumi ini. Yaitu Ummi dan adiknya. Mereka berdua adalah dua orang yang membuatnya ingin terus bertahan  di Bumi, walau rindunya pada langit sudah tak tertahankan.

Awalnya, hidup Ghaza tak ubahnya seperti air mengalir, tenang dan menyejukkan. Namun, menginjak usia 18 tahun, entah mengapa dirinya dipertemukan dengan seorang gadis yang sifatnya berbanding terbalik dengan dirinya. Perbedaan keduanya layaknya langit dan bumi. Jujur saja, Ghaza pusing pada gadis yang baru dikenalnya beberapa hari lalu di kelas 11 itu.

Gadis itu bernama Hagia Shopia, orang-orang memanggilnya 'Gia Gila'. Si Encan bilang, nama Hagia Shopia terlalu bagus untuk cewek yang bobrok seperti Gia. Gia sendiri dalam bahasa latin artinya bumi, itulah mengapa Gia sadar ia sangat jauh berbeda dengan laki-laki bernama  Ghaza yang akhlaknya setinggi langit itu.

Sebelum mengenal Gia, Ghaza tidak pernah akrab dengan satu orang perempuan pun kecuali umi dan adiknya, Ghazira. Makanya, ia kira sifat perempuan di dunia ini akan semanis perempuan di rumahnya, nyatanya ekspektasinya pecah begitu ia mengenal gadis itu.

Sebetulnya, Gia sudah tahu Ghaza dari kelas 10, tapi baru di kelas 11 ini lah mereka saling mengenal karena kebetulan di kelas 11 mereka satu kelas.

Jika kalian bertanya apa perbedaan antara Ghaza dan Gia, mungkin tulisan ini tidak akan pernah selesai, pasalnya perbedaan mereka begitu kontras. Ghaza memiliki sifat dingin, ia juga dijuluki Akhi kasep di sekolahnya karena sifatnya yang alim banget.

Sedangkan Gia, memiliki sifat yang bobroknya gak ketulungan. Tidak heran dia dijuluki gila di seantero SMA-nya. Tapi, jangan salah sebobrok-bobrok nya Gia, Gia gak pernah meninggalkan sholat lima waktu kok, ia juga gak pernah pacaran meskipin banyak cowok yang menembaknya, katanya ia gak mau pacaran sebelum dapet laki-laki yang gantengnya seganteng Jeno NCT.

Gia udah nemu laki-laki  yang gantengnya seganteng Jeno NCT di kelasnya. Tapi sayang, Jeno di kelasnya susah banget di deketin, habisnya dia alim banget. Jangankan bersentuhan dengan lawan jenis, natap matanya aja gak pernah.

"Harus ghodul bashor!" begitu kata orang yang mirip Jeno itu. Tapi Gia gak ngerti, apa artinya.

☁️☁️☁️


"Jenooooo!!!" teriak Gia pada laki-laki yang sudah siap menancap gas motornya itu.

"Gue bukan Jeno! Jangan panggil gue nama itu mulu Hagia!"

"Iye-iye, Ghaza!" dengusnya.

"Mau ngapain panggil-panggil gue? Gue mau ngajar ngaji keburu telat!"

"Lo mau tega aja nih sama gue? Liat nih seragam gue basah semua, sepatu gue juga basah! Gara-gara lo!"

"Ya siapa suruh ngintip di toilet cowok! Jadi kena siram satu ember kan?"

"Ih suujon banget sih lo, gue gak ngintip! Gue itu nyari pel soalnya di toilet cewek kagak ada!"

Ghaza jadi merasa bersalah karena telah menyiram Gia satu ember. Dilihatnya seragam putih abu Gia yang sudah basah kuyup, rambut Gia yang mengurai panjang juga masih bercucuran air, ditambah lagi sepatunya yang hanya ia jinjing. Tapi, tidak mungkin ia membonceng Gia, bukan mahram! Itu prinsip yang selalu ia pegang.

Perindu Langit [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang