Part 7 | Kagum

353 27 12
                                    

Jangan lupa vote and comment yaa...

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



≪━─━─━─━─====== • ✠ • ======─━─━─━─━≫

Keesokan paginya, terlihat semburat jingga di ufuk timur. Sang mentari mulai menampakan wujudnya. Terlihat senyum ceria terukir di bibir seorang gadis yang baru saja bangun dari tidurnya setelah semalaman ia terlelap dari tidurnya.

Ia masih begitu bahagia akan kejadian yang menimpanya tadi malam. Ia di tolong oleh kakak kelas paling ganteng di sekolahnya, kemudian dibonceng dan diantar pulang ke rumahnya sambil memeluk Alvino dari belakang.

“Huaa ... gua masih gak nyangka bakal bisa sedekat itu sama Kak Al. Selain ganteng, dia itu baik banget!” teriak Ervina kegirangan.

“Hmm Minggu-Minggu enaknya jogging. Mumpung masih jam setengah enam.”

Setelah itu, ia bergegas mandi, kemudian sarapan.

Pukul enam, Ervina berangkat jogging. Ia mengenakan celana selutut khas untuk jogging beserta kaos polos berwarna ungu berlengan pendek, sepatu berwarna putih, dan rambut yang ia ikat. Sehingga, kakinya yang putih mulus pun terlihat.

Ia berlari santai ke alun-alun kota Malang sendirian.

Tak terasa telah tiga puluh menit ia jogging. Setelah lelah mengelilingi alun-alun kota Malang, ia membeli minum pocari sweat di toko seberang jalan.

“Mas, beli pocari sweat.”

“Berapa, Mbak?”

Dua apa satu, ya? Dua aja, deh. Yang satu bisa aku bawa pulang, batin Ervina.

“Dua, Mas.”

“Ini, Mbak, lima belas ribu.”

“Ini, Mas,” ucap Ervina seraya menyodorkan uang.

Setelah selesai membayar, Ervina mengambil kantong plastik berisikan dua botol pocari sweat. Kemudian, ia kembali ke alun-alun kota dan duduk di bangku taman yang terletak di dekat air mancur yang merupakan pusat alun-alun kota.

Ia meletakkan kantong plastik di sebelahnya dan mengambil satu botol untuk ia minum.

“Ahh segar ... ditambah lagi dengan angin sepoi-sepoi dan pemandangan air mancur di depan gua. Rasanya lebih sejuk,” ucap Ervina sambil terus menyeruput minuman.

“Tapi ... lebih indah lagi kalau pemandangan seperti ini dinikmati berdua. Apaan, sih?! Gua ngayal banget, deh!”

Tiba-tiba, Ervina merasakan bangku yang ia duduki bergoyang—menandakan ada orang yang duduk di sebelahnya. Namun, mata Ervina malas untuk melihat kedatangan orang tersebut. Ia lebih memilih untuk memperhatikan sekitar di sebelah kanan tubuhnya.

“Hmm bosan,” ucap mereka bersamaan.

“Eh?” ucap mereka lagi.

Karena penasaran, Ervina menolehkan wajahnya. Ternyata, orang yang duduk di sebelahnya juga ikut menoleh, dan ...

Jeng jeng jeng!

Oh ... no! Mereka saling menatap dan terkejut.

“Kak Al?!”

“Lu?!”

“Kok, Kak Al di sini?”

“Lu juga di sini?”

My Lovely Ketos [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang