Prolog.

10.5K 1.3K 117
                                    

"To!"

Haruto terkejut akibat tepukan bahu di pundaknya. Padahal pemuda tersebut sedang asik-asiknya berada di alam mimpi.

"Hm, kenapa?" Tanyanya sembari melepaskan earphone putih yang tersangkut pada telinganya.

Doyoung tanpa membuang waktu lagi, pemuda tersebut langsung memberikan tumpukan buku ke Haruto. Untung saja Haruto dengan sigap menerima, kalau tidak sudah dipastikan buku tersebut akan berserakan.

"Ini lo bawa ke perpustakaan, sekalian lo taruh yang bener sesuai tempatnya."

Haruto merotasikan kedua matanya, malas banget. Kenapa harus dirinya?

"Kenapa gue sih? Kan yang lain ada."

"Enggak, pokoknya lo. Lo tidur mulu, kerja kelompok kaga." Ujar Doyoung dengan decakan di akhir kalimat.

Hal itu membuat Haruto segera bangkit dari duduknya, pemuda keturunan Jepang tersebut langsung menuju perpustakaan dengan malas.

"Permisi?"

Kosong, bahkan penjaga perpustakaan saja tidak ada. Sekolahannya memang bukan tempat banyak siswa ambisius, justru sebaliknya. Maka Haruto tidak heran jika mendapatkan keadaan perpustakaan kosong.

Tanpa membuang waktu panjang lagi, Haruto pun dengan telaten mengembalikan buku yang dipinjam tadi ke tempat semula.

Hiks... Hiks... Hiks...

Suara tangisan berhasil membuat Haruto memberhentikan kegiatannya. Pemuda tersebut melirik ke sekitar, namun nihil, hanya dirinya yang berada di ruangan tersebut.

Haruto yang sudah biasa dalam kondisi seperti ini, lantas ia melanjutkan kegiatan. Ia berusaha untuk acuh tak memperdulikan apa yang baru saja di dengar.

Hiks...

Suara itu semakin jelas dengan dirinya yang semakin berada di pojok ruangan. Dengan rasa penuh penasaran, Haruto pun mendekati sumber suara tersebut.

"Loh?"

Keningnya seketika berkerut kala melihat seorang siswa menangis dengan berlutut di sudut ruangan.

"Eh–? Lo kenapa?"

Haruto semakin mendekati diri, pun ia berjongkok agar dapat setara dengan siswa tersebut.

Detik demi detik, siswa dengan rambut coklat tersebut akhirnya mengangkat kepalanya.

"Lo bisa lihat gue?"

"Maksudnya?" Tanya Haruto dengan menatap wajah siswa tersebut heran.

Siswa tersebut justru tersenyum kecil, walaupun wajahnya kini terlihat kacau akibat terus menerus menangis, tapi kalau Haruto akui senyuman siswa di hadapannya kini terbilang manis.

"Lo bisa lihat gue? Setelah dua tahun gue mati, akhirnya ada yang bisa lihat gue."

Kalimat barusan berhasil membuat Haruto membeku. Dugaan pertamanya berarti betul, bahwa suara tangisan tersebut bukan dari manusia.

Namun Haruto menepis pikiran tersebut kala melihat bahwasanya yang menangis adalah siswa, bukan hantu menyeramkan yang biasa ia lihat sehari-hari.

Tapi nyatanya, dihadapannya kini adalah sesosok hantu.

Sosok yang ia hindarkan.

Untuk memastikan lebih dalam, Haruto pun mengangkat tangannya guna mengelus pucuk kepala siswa tersebut.

Disaat itu juga, Haruto membulatkan matanya. Tangannya menembus, seperti seolah dia hanya mengelus angin.

"Watanabe Haruto, tolong bantu gue. Gue mohon."

"Kok lo tau nama gue?!" Jelas kaget, padahal dirinya belum berucap banyak hal, salah satunya perihal nama.

Hantu siswa tersebut justru terkekeh sesaat melihat ekspresi terkejut Haruto.

"Ada di nametag lo, aduh, dasar."

Haruto melirik sekilas ke nametagnya, ah benar, kenapa ia bisa keliatan bodoh di depan hantu.

Kini Haruto menghela nafasnya, rasa penasaran pada dirinya berakhir ia harus berurusan dengan hantu tersebut. Mau tidak mau, ia harus membantunya, karena dia sendiri lah yang membuat terjerumus dalam lingkaran permasalahan ini.

"Apa yang bisa gue bantu?"













Hantu tersebut menatap serius ke arah Haruto, "Tolong cari siapa yang bunuh gue."


Hi! Kembali lagi dengan penulis amatir hehehe. First time buat ff bxb, pair lama nih ingin kembali dilayarkan hehehe. Semoga suka, ya!

[✓] Ghost - HAJEONGWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang