O6.

4.9K 1.1K 195
                                    

"Kebiasaan ini setan datang ngagetin."

Jeongwoo hanya terkekeh, hantu tersebut kini duduk diatas pembatas. Pun, ikut menatap ke bawah tempat dia ditemukan tak bernyawa.

"Woo, gue nemu satu petunjuk lagi."

Mendengar hal itu, Jeongwoo langsung mengalihkan pandangannya yang tadinya ke bawah kini ke arah Haruto.

"Woah? Apatuh?"

"Yang bunuh lo kayanya orang yang tidak suka akan kehadiran lo, seperti sirik atau apalah."

Jeongwoo yang mendengar ucapan Haruto hanya menganggukkan kepalanya pelan.

"Enggak usah buru-buru, To." Ucap Jeongwoo dengan memberikan senyuman kecil.

Haruto yang melihat senyuman tersebut alhasil ikut tersenyum juga. Seolah senyuman Jeongwoo menular hingga dirinya.

"Senyuman lo manis banget, Woo."

"Eh?"

Haruto sadar, ia baru saja keceplosan. Pemuda Jepang tersebut langsung panik, seperti ketahuan mencuri.

"I-itu, apasih. Maksudnya, permen gue manis nih." Ujarnya cepat sembari mengeluarkan satu permen karet dari sakunya.

Jeongwoo yang melihat ekspresi Haruto hanya terkekeh pelan. Ia tidak sebodoh itu yang mudah dikelabui.

"Eh, lo ngebolos ya?"

Haruto hanya menganggukkan kepalanya, pemuda tersebut fokus mengunyah permen karetnya. Jeongwoo menggelengkan kepalanya pelan, kelakuan manusia jaman sekarang ada-ada saja.

"Kenapa lo bolos deh?"

"Mau sama lo."

Jeongwoo membeku.

"Iya, gue mau sama lo. Park Jeongwoo."

Jeongwoo lantas menatap Haruto, ia menatap dalam mata pemuda Jepang tersebut untuk mencari kebohongan. Namun nihil, tidak kebohongan dalam diri Haruto.

"Lo ini setan kan Woo? Tapi aneh, saat sama lo gue ngerasa hangat bukannya dingin saat bersama setan lain."

Jeongwoo tidak menjawab, pemuda Park tersebut mencerna apa yang dikatakan Haruto barusan.

"Gue nyaman di dekat lo, Park Jeongwoo."

Deg.

Deg.

Deg.

Jeongwoo akui dia ini sudah mati, seharusnya ia tidak dapat merasakan detakan jatungnya kembali. Aneh, ini benar-benar aneh.

Manusia bernama Haruto tersebut berhasil membuat Jeongwoo kembali merasakan detak jantung.

Memang aneh, tetapi itulah yang dirasakan Jeongwoo.

***

"Bisa-bisanya lo bolos To."

Haruto tidak peduli, ia justru langsung meraih tas miliknya dan menyangkutkan di pundak sisi kiri.

"Kalau di ajak ngomong tuh jawab, berasa ngomong sama batu gue." Cibir Junghwan dengan menghela nafas di akhir kalimatnya.

"Berisik, gue mau balik."

Benar, setelah mengucapkan kalimat tersebut Haruto langsung melesat pergi keluar ruangan kelas.

"Haruto tunggu anjer!" Pekik Junghwan sembari mengejar Haruto yang sudah melangkah lebih awal meninggalkan dirinya.

Bruk.

Junghwan menabrak punggung Haruto karena tiba-tiba pemuda Jepang tersebut berhenti.

"Anj-"

"Husst!" Haruto meletakkan jari telunjuknya di depan bilah bibir Junghwan. Haruto mengisyaratkan Junghwan untuk diam.

"Kenapa?" Tanya Junghwan dengan berbisik-bisik.

"Gue denger suara yang mencurigakan dari ruangan ini." Jawab Haruto dengan berbisik juga dan jari telunjuknya menunjuk ke arah ruangan musik.

Junghwan hanya menganggukkan kepalanya pelan. Kemudian kedua pemuda tersebut berjalan mendekati pintu dengan hati-hati layaknya seorang maling.













"Sampai kapan kita diam? Gue rasa seseorang akan tahu kasus itu sebenarnya. Maksud gue, akan tahu bahwa Jeongwoo itu dibunuh, bukan bunuh diri."

Haruto membeku, ia kenal betul siapa pemilik suara tersebut.

"Ini suaranya..."

"Kak Yoshi?"

[✓] Ghost - HAJEONGWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang