O2.

5.6K 1.2K 235
                                    

"Ngelamun mulu lo!"

Suara pekikan berhasil membuat Haruto kembali pada alam sadarnya. Pun, pemuda tersebut langsung melirik ke sebelahnya dimana Jeongwoo berada sebelumnya.

Ckk, hantu tersebut ternyata sudah menghilang. Kebiasaan, datang tiba-tiba dan menghilang sesuka hati.

Tanpa disadari, Junghwan kini sudah duduk tepat di sebelah Haruto. Lebih tepatnya, tempat dimana Jeongwoo tadi berada.

"Kenapa lo? Gue lihat nih ya, hari ini lo bengong terus. Di koridor bengong, disini juge bengong." Ujar Junghwan, kemudian pemuda tersebut meminum susu coklatnya.

Haruto hanya menghela nafasnya, "Gue lagi banyak pikiran, Hwan."

Junghwan mengerutkan keningnya, "Mikirin apa, lo? Utang kantin?"

Haruto menggelengkan kepalanya, membuat Junghwan semakin bingung apa yang dipikirkan Haruto.

"Gue bisa lihat mereka tetapi kenapa gue tidak pernah dipertemukan oleh kedua orang tua gue?"

Junghwan paham, paham maksud apa yang dikatakan Haruto. Junghwan pun tahu tentang kemampuan Haruto ini.

"Gini ya Hartono, lo tuh pernah belajar agama enggak sih?"

Haruto tak menjawab, Junghwan hanya bisa menghela nafasnya.

"Lupa, lo absen mulu."

"Ckk, ngenina gue lo?"

Junghwan kini terkekeh sesaat, kemudian pandangannya ia alihkan ke langit.

"Gini, To. Kenapa lo tidak dipertemukan? Jawabannya simple, mereka sudah tenang. Lo tahu, yang sering lo lihat, itu mereka yang masih memiliki urusan."

Ahh, Haruto paham. Ia sebenarnya paham dari lama akan hal tersebut, namun ia terlalu denial. Selalu berharap agar ia dipertemukan oleh kedua orangtuanya.

"Dah, nih permen karet. Biar enggak oversinting lo, jelek banget najis."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Junghwan mendapatkan jitakan di kepalanya. Siapa lagi kalau bukan Haruto pelakunya?

"Eh Wan." Ucap Haruto sembari membuka permen karet pemberian Junghwan.

"Kenapa?" Balas Junghwan sembari mengisap sisa susunya.

"Lo tau kasus pembunuhan dua tahun lalu? Korbannya bernama park Jeongwoo kalau enggak salah." Lanjut Haruto, kemudian pemuda tersebut memasuki permennya ke dalam mulut.

"To..."

"Hm?"




"Itu kasus bunuh diri, disini, di tempat kita bersandar. Dia jatuhin tubuhnya dari lantai 4 ini ke bawah..."

***

Baru pertama kali Haruto seketika merasa pusing cuman gara-gara masalah hantu doang. Ia merutuki dirinya, kenapa harus dirinya?!

Tapi setelah dipikir-pikir, apa yang dikatakan Junghwan masuk akal.

"Nih ya, To. Yang bunuh diri itu emang biasanya gentayangan. Karena arwah mereka tidak diterima."

Itulah jawaban Junghwan kala dirinya menanyakan mengapa ia melihat sesosok hantu tersebut.

Haruto hanya bisa memijatkan keningnya selama perjalanan menuju markas. Selepas ini, ia akan mengatakan kepada Jeongwoo bahwa dia meninggal bunuh diri.

"Dor!"

"ANJIR BANGSAT!"

Haruto terkejut, bahkan sampai kejengkang ke belakang. Hal tersebut membuat Jeongwoo tertawa puas, bahkan hantu tersebut memegang perutnya.

Bagaimana tidak terkejut? Jeongwoo tiba-tiba muncul dengan keadaan kebalik. Iya, hantu tersebut berjalan di langit-langit atap membuat kepalanya berada di bawah dan kakinya di atas.

"Hehehe maaf uto." Ucap Jeongwoo kala ia sudah berjongkok di hadapan Haruto.

Haruto masih kaget, pemuda Jepang tersebut bahkan sampai pegang jantungnya.

'gue masih hidupkan?' itulah pertanyaan untuk dirinya sendirinya.

"Sumpah, Woo. Lo bisa enggak sih enggak usah ngagetin kalau datang? Gue tuh orangnya kagetan." Jelas Haruto sembari bangkit dari duduknya.

Jeongwoo hanya tersenyum, seolah apa yang ia lakukan bukanlah sebuah dosa. Hal tersebut membuat Haruto merotasikan kedua matanya.

Menit kemudian, Haruto melihat sekilas. Sepi. Ok, dia akan langsung to the point.

"Woo."

"Iyaa?"

Haruto menarik nafasnya, jujur, ia tidak tega mengatakannya kala melihat ekspresi semangat dari Jeongwoo.

"Lo meninggal bunuh diri, bukan dibu-"











"Bukan! Gue yang alami, gue yang rasakan kalau gue dibunuh, Haruto. Cuman sekolah kotor, dia tutupin kasus ini dan membuat rumor gue bunuh diri."

[✓] Ghost - HAJEONGWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang