PROLOG

489 140 119
                                    

Hai
Aku kembali membawakan cerita baru🌹
Kisah Dea, gadis yang candu dengan darah. Tentu ada penyebabnya dong.

Semoga suka, jangan lupa tinggalkan jejak
Komentar juga Vote. Kalau suka, tertarik, share ya! Agar teman-teman kalian juga tau dan mungkin saja tertarik🌹

Aku tau kalian baik🌹
Menghargai, kalian pasti bisa Melakukannya bukan? Jangan dilihat dari prolog yaa

Selamat membaca, salam dari Author pencinta warna pastel😘

Ramenin dengan komentar yaa🌹🌹
Nanti kalo rame aku kasih hadiah 😘

••

༶♛ •┈┈⛧┈┈•♛༶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

༶♛ •┈┈⛧┈┈•♛༶


Kertas lecek itu kini mendarat tepat di ujung kaki seorang wanita berambut pendek dengan kumis tipis yang menambah kharismanya. Tangannya terulur meraih kertas itu, iris birunya jelas melihat tulisan tangan yang tergurat pada kertas itu yang ditulis menggunakan bolpoin biru.

Kesepakatan. Semoga pilihan yang aku pilih saat itu tidak merugikan banyak pihak, astaga siapa lagi jika bukan para sahabatku. Perkumpulan gelap ini sementara membuat ku bahagia, tapi tidak terbebaskan. Mungkin bahagia saja tidak akan cukup, tapi aku menginginkannya. Aku akan 'selalu' bisa menyelesaikan tugasku—aku yakin.

Tulisan pada kertas itu terlihat sedikit memudar, menandakan bahwa sudah ditulis sejak lama. Wanita dengan jas hitam itu tersenyum, kemudian memasukkan kertas itu ke dalam saku kanannya.

"Apa pun yang terjadi, kamu akan selalu dalam pengawasan ku," Ia berbisik pelan, tak ada seorang pun yang mendengarnya. Angin sore berembus pelan menerpa scrafnya yang menjuntai ke belakang. Sesekali rambut pendeknya juga bergerak-gerak ditiup angin. Ia mendudukkan diri di bangku kampus yang berjarak 1 meter dari tempatnya berdiri.

Sesuatu bergetar di saku jasnya, pertanda seseorang mencoba untuk menghubunginya melalui jaringan telepon, spontan tangannya segera meraih benda pipih yang sedari tadi bersemayam di saku jasnya—seseorang menghubunginya.

"Kenapa kau begitu pelit, Adikku tersayang?" Seseorang di seberang sana memulai percakapan.

Wanita itu mengendus kesal, "ada apa?"

"Kamu masih sama ternyata, aku yakin kamu telah mengawasinya sejak lama. Dan bagaimana dengan perusahaan kakak kebanggaan ku?"

"Tentu saja. Baik, aman terkendali."

"Cepat katakan," bujuk seseorang di seberang.

Zarch Dealin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang