Hinata melangkah masuk ke dalam kelas barunya. Ia berusaha mengabaikan beberapa pasang mata yang menatapnya kini--oh, atau mungkin bukan. Menatap kedua pemuda di belakangnya, lebih tepatnya.
"Hinata mau duduk di mana?" tanya Naruto dengan akrab--jika tidak mau dibilang sok akrab. Hinata merapatkan bibir, mengeluh dalam hati. Sayang sekali, Hinata bukan tipe orang yang bisa galak kepada orang yang baru dikenal. Hinata masih belum berani memarahi Naruto secara frontal, biarpun lelaki itu sudah mengganggunya sejak tadi.
Sasuke terlihat seperti hendak membuka mulutnya, namun ia tahan. Pemuda itu sepertinya gatal ingin menggeplak kepala Naruto yang benar-benar sok akrab, terlebih lagi saat melihat respon Hinata yang nampak tidak nyaman. Sederhananya, Naruto yang berbuat, Sasuke yang menanggung malu.
Hinata memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Naruto dan langsung berjalan ke salah satu kursi kosong di barisan kedua dari depan. Naruto dengan tak tahu malunya berjalan mengikuti Hinata dan menaruh tasnya di kursi di belakang Hinata. Sedangkan Sasuke terlalu malas untuk memprotes, pemuda itu duduk di sebelah Naruto lalu tanpa banyak bicara mengeluarkan sebuah novel dari tasnya dan mulai membaca.
Hinata berdoa dalam hati agar Naruto berhenti mengajaknya bicara, dan doa itu sepertinya terkabul. Naruto lebih memilih mengeluarkan ponselnya untuk bermain game online di sana, dan Hinata sangat mensyukuri hal itu.
"Anu, ini ada yang nempatin?"
Hinata menoleh, menatap seorang gadis cantik yang berdiri di dekat kursi di sebelahnya. Hinata menggeleng seraya tersenyum ramah. "Kamu boleh duduk di sini."
Gadis itu berterima kasih kemudian menaruh tasnya di sana dengan segera. Usai duduk di sebelah Hinata, gadis itu mengubah posisi jadi agak menyerong agar bisa menatap Hinata. "Hai! Lo Hinata Hyuuga dari kelas X-1, kan?" tanyanya ceria. Hinata mengangguk pelan, meski agak terkejut gadis itu bisa tahu asal kelasnya.
"Oh, ini Hinata yang itu???"
Belum usai keterkejutan Hinata yang pertama, kini gadis yang duduk di depan Hinata memutar badannya dan bertanya dengan antusias. Wajahnya cantik, rambutnya merah panjang.
"Loh iyakah Hinata yang itu?" Teman semejanya, seorang gadis berkulit agak gelap dan rambut pendek berwarna putih terlihat sama antusiasnya. "Sar! Hinata OSN duduk di belakang kita!"
Gadis berambut merah tadi mengangguk dengan ekspresi haru. "Masa depan kita selamat, Ryu. Gue pikir gue bakal mati, bego di IPA pake masuk kelas IPA segala. Ternyata Tuhan memberi kita penyelamat!"
Keduanya lalu saling berpelukan dengan perasaan lega.
Hinata hanya mampu meringis. Dirinya benar-benar tidak menyangka kalau namanya terkenal seperti itu. Hinata pikir murid-murid di sekolah ini tidak akan peduli jika ada yang memenangkan Olimpiade Sains Nasional, Hinata pikir murid-murid sekarang hanya memikirkan urusan percintaan saja.
Tapi, ya, sekolah ini tidak pernah memenangkan olimpiade tersebut selama bertahun-tahun. Kedatangan Hinata di sekolah ini seolah menjadi angin segar bagi para guru dan juga kepala sekolah yang sudah haus akan prestasi akademik di sekolah ini. Jadi wajar saja jika nama Hinata terkenal, guru-guru pasti akan membicarakannya di mana-mana. Hinata saja yang tidak menyadari hal itu.
Gadis di sebelah Hinata tertawa kencang melihat dua orang di depan yang berpelukan itu. "Kenalan dulu ego, baru ngerusuh," katanya sebelum tersentak sendiri. "Eh, gue juga belum kenalan, anjir."
Gadis berambut merah itu memeletkan lidahnya ke teman semeja Hinata. "Huu! Bego teriak bego. Btw gue Sara. Salam kenal," katanya sempat mengatai gadis di sebelah Hinata namun secepat kilat segera beralih ke Hinata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Healer [Naruto x Hinata] ✔
FanfictionNaruto dan Hinata. Dua murid SMA yang kebetulan berada di kelas yang sama. Dua murid SMA yang sama-sama memendam luka. Dua murid SMA yang saling jatuh cinta. *** "Call me everytime you need to." "I want to be your healer." ** [R13+] ; TW // harsh...