(Re-publish)
"Makanya jadi orang jangan ceroboh, Neng!"
Gadis berambut pendek itu menghela napas gusar secara samar-samar. Kepalanya agak tertunduk, sebenarnya juga merutuki kebodohannya sendiri. Bisa dibilang, selama 14 tahun ia hidup, hari ini merupakan hari paling sial bagi Hanabi Hyuuga.
"Ini jadinya gimana?!"
Kali ini Hanabi mengangkat kepalanya, menampilkan ekspresi agak kesal. "Ya makanya saya bilang, ini bayar 20 ribu dulu. Sisanya saya ambil dulu ke rumah."
"Lagian, dompet kok ditinggal-tinggal." Si tukang fotokopi makin mendumel saja sembari memegang makalah milik Hanabi yang sudah ia fotokopi dan jilid.
Ya, Hanabi tau tindakannya itu ceroboh, tapi dia kan tidak sengaja. Gadis itu sudah kesal bukan main sejak tadi, namun ia menahannya dan berusaha tetap sopan.
"Ya udah sono ambil duitnya. Jilidnya ditinggal di sini tapi, kalo dibawa ntar takutnya lu nipu."
'Sumpah. Ni orang dibogem boleh gak ya?'
Hanabi memutar bola matanya sesaat. "Iya. Lagian saya les di sini. Mau kabur ke mana juga," katanya sebal. Makin sebal mengingat kenyataan bahwa gerai fotokopi ini ada di dalam area tempat bimbelnya. Yang berarti dia harus sering-sering melihat wajah masam si tukang fotokopi yang super menyebalkan.
"Dih, kagak nanya gua lu les di sini apa kagak. Sono ambil duitnya."
'Si bangs-astagfirullah ya Allah kotor banget hati gue kabanyakan ngumpatin ni orang.'
"Anu...."
Hanabi menoleh, melihat seorang pemuda berdiri di belakangnya. Buru-buru gadis itu menyingkir. "Eh maaf," katanya agak menunduk.
Pemuda itu tersenyum. "Kakak bayarin aja, ya?"
"Hah?" Hanabi melongo.
"Pulpen gel satu, sama bayarin kurangnya dia." Si pemuda malah tak menunggu jawaban Hanabi dan langsung mengeluarkan uang dari saku kemeja dongkernya.
"Nah gitu dong cepet, jadi 20 ribu."
Hanabi mengerjap. "Anu, Kak-"
Pemuda itu mengambil pulpennya dan makalah milik Hanabi, kemudian langsung menggandeng gadis itu yang sontak melotot lebar. Pemuda itu menarik Hanabi agar berjalan bersamanya.
Di tengah keterkejutan Hanabi, si tukang fotokopi masih sempat berseru, "Lain kali jangan ceroboh lagi, Neng! Masih muda juga!"
"Si anju, bacot banget." Melupakan keterkejutannya, Hanabi melirik sinis sembari bergumam kesal. "Pengen banget tu orang gue pukul dadanya sampe bunyi 'deg'."
Pemuda itu tertawa. "Kamu baru di sini, ya? Dia emang senyebelin itu orangnya."
Hanabi menoleh. Tak menjawab, pandangan Hanabi malah jatuh ke arah telapak tangannya yang masih digenggam. Gadis itu kemudian menatap wajah pemuda itu.
Sadar akan hal itu, si pemuda langsung menarik tangannya dan terkekeh canggung. "Eh, hehe. Maaf, ya. Kamu liat di atas? Mendung. Kakak ngerasa kasian kalo kamu harus bolak-balik cuma gara-gara tukang fotokopi rese itu."
Hanabi lagi-lagi tak menjawab, membuat pemuda itu lanjut berbicara. "Oh ya, nama Kakak Toneri. Toneri Otsusuki. Uangnya boleh kamu ganti kapan aja kalo kita ketemu lagi," ucapnya diakhiri dengan senyuman. Namun melihat tak adanya jawaban dari Hanabi, pemuda itu jadi khawatir.
Apakah gadis itu membencinya?
Toneri mengerjap panik.
Padahal ... Hanabi terdiam karena terpesona dengan ketampanan wajah Toneri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Healer [Naruto x Hinata] ✔
FanficNaruto dan Hinata. Dua murid SMA yang kebetulan berada di kelas yang sama. Dua murid SMA yang sama-sama memendam luka. Dua murid SMA yang saling jatuh cinta. *** "Call me everytime you need to." "I want to be your healer." ** [R13+] ; TW // harsh...