10 - Pers

654 97 13
                                    

Naruto mengelus kepala Hinata sesaat setelah dirinya menutup pintu mobil. "Yakin gak mau nginep di rumah sakit aja?" tanyanya khawatir. Sang supir taksi online segera melajukan mobilnya sesaat kemudian.

Hinata menggeleng. "Aku udah pernah ngalamin yang lebih parah dari ini," jawabnya berbisik pelan. Rahangnya belum bisa bergerak bebas, masih terasa sakit nampaknya.

Naruto merapatkan bibir, merasa prihatin melihat keadaan gadis itu, sekaligus nyeri membayangkan seseorang yang ia sukai dipukuli hingga berakhir seperti ini. "Kabarin Hanabi dulu, gih."

"Nanti aja, kalo aku udah mendingan," tolaknya. "Maaf, ya, udah bikin kamu bolos hari ini."

Naruto menggeleng, kembali mengelus rambut sang gadis. "Gak papa. Makasih udah percaya dan manggil gue."

Hinata mengalihkan pandangan, mengerjap-ngerjap berusaha mengontrol matanya yang mulai terasa panas. Tidak, ia tidak boleh menangis. Ia sudah cukup merepotkan Naruto hari ini.

"Oh ya tapi gue jadi inget, gue belom ngabarin siapa-siapa." Naruto tertawa kemudian merogoh saku celananya. Benar saja, ponselnya itu sudah dihujani oleh banyak sekali notifikasi.

102 missed call from Sasuke

27 unread chat from Sasuke

10 unread chat from Shion

280 unread chat from group 'IPA 2 JOS'

Dengan bijaksana, Naruto membuka chat dari Sasuke terlebih dahulu. Ia tahu pemuda itulah yang paling mengkhawatirkannya, meski isi chat darinya kebanyakan hanya berupa 'lo di mana tolol' dan 'woi'.

Naruto: by
Naruto: baby

Sasuke: anjing
Sasuke: lo di mana setan
Sasuke: sok bolos segala, mau jadi badboy lo

Naruto: gak lah kan aku boboiboy

Sasuke: jawab anjing
Sasuke: untung bu tsunade baik ya ngebolehin kita buka hape buat ngehubungin lo
Sasuke: tau diri dikit bangsat

Naruto: SABAR DONG AH KASAR BANGET SIH
Naruto: yang jelas gue bolos untuk hal yang penting, udah gitu aja

Sasuke: kalo gak lo kasih tau gue gak akan percaya

Naruto: ck. bentar
Naruto: gue mastiin dulu boleh ngasih tau apa nggak


"Hin," panggil Naruto, membuat Hinata yang tengah bertukar pesan dengan Kiba itu menoleh dengan gerakan pelan. "Gue ... boleh ngasih tau Sasuke tentang lo?"

Hinata terdiam. Naruto mengerti gadis itu perlu berpikir terlebih dahulu, karena itu ia sabar menunggu.

"... Boleh." Meski ragu, Hinata akhirnya memberikan jawaban. "Kamu juga boleh ... kasih tau anak kelas yang lain."

Naruto membulatkan matanya tak percaya. "Hin? Serius?" tanyanya kembali memastikan. Ia tahu Sasuke tidak akan memberitahu siapapun, mengingat perangainya yang enggan bicara hal yang tidak penting itu. Tapi yang lain? Naruto tak yakin.

Hinata mengangguk pelan. "Anak kelas kita ... baik semua. Gak ada yang sinis kayak temen kelas sepuluhku, atau kasar kayak temen SMP-ku," kata Hinata teramat pelan. "Aku gak masalah kalo ada yang ngebocorin soal ini..... Aku juga udah muak mendem semuanya sendiri terus."

Naruto menatap gadis itu sendu. Tangannya masih ia letakkan di kepala si gadis, berusaha menyalurkan segala kekuatan yang ia miliki.

Tapi ... gadis itu memang kuat. Naruto tidak bisa membayangkan sejak kapan Hinata mendapat kekerasan seperti ini, dari ayahnya sendiri--hal ini ia dengar saat Hinata ditanyai oleh dokter bagaimana kronologi dari semua luka yang ia dapat di wajahnya. Masih banyak hal yang belum Naruto mengerti, tapi untuk saat ini, pemuda itu ingin fokus merawat Hinata hingga gadis itu pulih sepenuhnya.

Be A Healer [Naruto x Hinata] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang