Kiba mengetuk pintu kelas XI MIPA 2, membuat beberapa siswa yang sedang membereskan alat tulis mereka melirik sekilas. Namun sisanya tetap tak peduli dan mengobrol ramai satu sama lain. Kimimaro selaku ketua kelas mendekat, kebetulan ia juga mengenal Kiba karena mereka berada di ekskul yang sama.
"Ada keperluan apa, kapten?" tanya Kimimaro menyebutkan jabatan Kiba sebagai kapten futsal. Kiba terkekeh.
"Mar, tolong panggilin si Naruto dong, gue mau langsung teriak tapi ntar gak sopan di kelas orang," katanya sambil melirik Naruto yang bukannya pulang malah masih sibuk main tabok-tabokan tangan dengan Ryuzetsu.
"Sans aje udah, teriak aja sesuka lo. Emang ini hutan rimba kok bukan kelas IPA," jawab Kimimaro kelewat santai. Pemuda itu kemudian kembali duduk di kursi guru dan memainkan ponselnya.
Kiba merapatkan bibir. Mau tak mau berteriak juga, "WOI NARUTO!"
Naruto menoleh, namun dengan kurang ajarnya kembali bermain dan tak memperdulikan Kiba.
"Si tolol." Kiba tak tahan untuk tidak mengumpat. "NARUTO! SINI BEGO!" teriak Kiba marah-marah kini.
"Apa sih ah." Naruto dengan bete beranjak juga. Sementara Hinata di tempat duduknya diam-diam memperhatikan mereka. Kiba ke sini ingin menemui Naruto alih-alih Hinata? Hm, patut dicurigai.
"Lo anterin Hinata pulang hari ini," kata Kiba tanpa basa-basi begitu Naruto berdiri di hadapannya. "Gue harus latihan sampe maghrib. Bentar lagi mau turnamen soalnya."
Naruto sumringah. "Okeee siappp! Kenapa gak bilang dari tadi sih lu hahaha." Pemuda itu menabok pelan lengan Kiba dengan akrab.
"Yang dipanggilinnya susah banget siapa ya anjing."
"Iya maap udah sono latihan lagi, mangat Kiba." Naruto mengedipkan matanya dengan genit. "Hinata aman sama gua."
"Apanya yang aman?" Hinata muncul secara mendadak dari belakang Naruto.
"Nat, nanti balik sama Naruto, ya." Kiba kini beralih ke Hinata. Sebelum gadis itu sempat memprotes, Kiba melanjutkan, "Gue harus latihan sampe maghrib. Lo nunggunya kelamaan kalo sama gue."
Hinata akhirnya mengangguk. "Hati-hati pulangnya. Jangan sampe kecapekan, nanti kecelakaan."
"Iye, Nata." Kiba menepuk kepala Hinata beberapa kali kemudian berpamitan, "Dah, ya."
Setelah kepergian Kiba, Naruto melirik pada Hinata. Gadis itu balas meliriknya, membuat Naruto langsung nyengir karena salting.
"Mau pulang sekarang?"
Hinata mengangguk. Gadis itu membalikkan badan dan berpamitan pada Shion yang masih asyik dengan ponselnya di sana, "Shion, aku duluan ya!"
Shion di kursinya menoleh. Kemudian mengangguk dan mengacungkan jempolnya. "Good luck, Nar!"
"Kok malah Naruto, sih?" Hinata mengernyit. Naruto tertawa.
"Ayo," kata Naruto lalu berjalan duluan. Pemuda itu melirik Hinata yang entah kenapa terlihat murung. "Kok kayak gak seneng gitu mukanya, padahal mau pulang bareng cowok terganteng di IPA 2," celetuknya yang langsung membuat Hinata menoleh dan mencibir.
"Bukannya Sasuke ya?"
"Oh lo lebih suka Sasuke daripada gue, Hin? Oh. Oke fine."
"Haha. Menurutku gak ada yang lebih ganteng antara kamu sama Sasuke. Kalian sama aja. Cuma bedanya, Sasuke diem sedangkan kamu berisik."
"Terus kenapa tadi nyebut Sasuke?" Naruto masih menolak untuk percaya.
"Hasil pengamatanku aja sih, lebih banyak yang suka sama Sasuke dibanding kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Healer [Naruto x Hinata] ✔
FanfictionNaruto dan Hinata. Dua murid SMA yang kebetulan berada di kelas yang sama. Dua murid SMA yang sama-sama memendam luka. Dua murid SMA yang saling jatuh cinta. *** "Call me everytime you need to." "I want to be your healer." ** [R13+] ; TW // harsh...