"Hanabi? Kamu nggak papa?"
Samui, pelatih klub voli putri di SMP Konoha itu bertanya khawatir ketika melihat gadis berambut coklat pendek itu memeluk dirinya sendiri dengan wajah yang terlihat gelisah.
"Kamu kedinginan, ya? Mantelnya kurang anget?" Samui menempelkan punggung tangannya ke dahi Hanabi. "Kalo sakit bilang, Han, bentar lagi kita mau pemanasan lalu latihan pagi."
Hanabi menggeleng. "Aku cuma merinding kak, gak tau kenapa. Perasaanku nggak enak." Gadis itu menggedikkan bahunya beberapa kali.
"Aku bikinin cokelat panas, ya? Biar suasana hati kamu enakan," tawarnya yang dibalas oleh anggukan dari Hanabi.
"Makasih banyak ya kak," kata Hanabi. Samui tersenyum dan mengangguk.
'Feeling gue kenapa sih....'
'Tiba-tiba gue takut Kak Hinata kenapa-napa.'
'Ayah nggak mungkin pulang lagi kan dalam waktu dekat? Kakak nggak akan kenapa-napa, kan?'
'Tuhan, tolong lindungi Kakak.'
Hanabi resah. Gadis itu mencoba mengirim chat ke ponsel kakaknya, namun pesannya tak kunjung dibaca. Hanabi melirik penunjuk jam di ponselnya. Di jam-jam ini biasanya Hinata tengah sibuk bersiap untuk berangkat ke sekolah. Mungkin karena itu dia tidak mengecek ponselnya.
Hanabi menghela napasnya. Berusaha tenang.
Hanabi: kak kiba
Hanabi: kak hinata berangkat bareng kak kiba kan?Kiba: yah, kagak han
Kiba: hari ini tim futsal gue dispen seharian jadi ntar gue datengnya agak siangan
Kiba: gue dah nawarin nganter Hinata si tapi dia bilang nanti dia naik ojek aja. gamau ngerepotin gue katanyaHanabi: oh...... gitu ya
Kiba: emang kenapa Han?
Hanabi: gak papa kok, mastiin doang
Hanabi: semangat futsalnya kak kibs <33Kiba: semangat juga volinya Hana <3
"Nih, Han." Hanabi mendongak, Samui sudah kembali dan menyerahkan secangkir minuman hangat kepadanya.
"Makasih, kak."
Hanabi meniupi minuman cokelatnya, berusaha menenangkan diri dan menjernihkan pikirannya.
'Kak Hinata pasti baik-baik aja.'
Di sisi lain, Hinata yang tengah dikhawatirkan oleh adiknya itu kini sedang memakan roti selainya dengan riang. Gadis itu sesekali meneguk susunya, sesekali juga melirik ke arah jam dinding. Memastikan dirinya tidak akan terlambat karena belum memesan ojek online.
Hinata menaruh rotinya yang sudah tinggal setengah saat ia mendengar suara pintu rumahnya yang diketuk berkali-kali.
"Sebentar," kata Hinata agak kesusahan membuka kunci pintu. Namun, sedetik setelah pintu rumah itu terbuka, Hinata menyesali keputusannya. Seketika.
"Oh? Hinata?" Pria itu mengangkat alis. Tatapannya santai namun terlihat kejam. "Lama nggak jumpa, ya. Kamu pasti nggak nyangka saya akan tiba-tiba pulang, kan?"
Hinata melangkah mundur perlahan. Kakinya gemetaran. Sorot matanya ketakutan, bagaikan seekor rusa yang sebentar lagi akan dimangsa oleh sang raja hutan.
"Saya balik ke sini karena ada dokumen rumah sakit yang ketinggalan. Saya juga nggak nyangka bakal ketemu kamu, Hinata."
Hinata meneguk ludah. Matanya mulai berair. Ia ingin sekali berteriak meminta tolong, namun tenggorokannya tercekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Healer [Naruto x Hinata] ✔
FanfikceNaruto dan Hinata. Dua murid SMA yang kebetulan berada di kelas yang sama. Dua murid SMA yang sama-sama memendam luka. Dua murid SMA yang saling jatuh cinta. *** "Call me everytime you need to." "I want to be your healer." ** [R13+] ; TW // harsh...