"Shiooonnn."
Shion mendecak, kemudian berbalik. Naruto yang sejak tadi mencolek punggungnya kini malah tersenyum tanpa rasa bersalah.
"Apaan, sih?"
"Shi, lo gak tau Hinata ke mana?" Naruto bertanya sambil memanyunkan bibirnya. Timbul rasa ingin meninju dalam diri Shion melihat wajah itu. Tapi gadis itu menahan diri. Naruto melanjutkan, "Gak biasanya jam segini dia belom dateng. Biasanya kan dia subuhan di sini," katanya dengan asal.
"Tau. Tapi gak mau ngasih tau." Shion memeletkan lidah kemudian kembali menghadap depan. Naruto berdecak.
"Lo mau jajan apa, bilang sama gue."
Shion melirik dan mengerling. "Bener, ya? Janji?"
"Iye." Naruto mengangguk berani.
"Chicken pop di prapatan depan ya," pinta Shion. Naruto sudah hampir mengangguk namun Shion melanjutkan, "Tiga porsi."
"Lo ngerampok, jing???" Naruto mendelik marah. "Ya gue tau gue yang nawarin tapi kira-kira dong!"
"Mau nggak???" sahut Shion sewot. "Gue kan mau ngasih ke orang rumah juga!"
"Cih. Dasar wanita matre." Naruto dengan berat hati mengiyakan. "Yaudah. Gue beliin."
"Asik." Gadis itu terkikik senang. "Hinata dispen. Bentar lagi mau ikut OSN," jawabnya sembari kembali menghadap ke depan.
"Lah iya??? Kok gak ada pengumumannya anjir?" kata Naruto tak tahu menahu soal itu.
"Belom kali. Lo-nya aja gak sabaran," sahut Shion cuek.
Benar saja, beberapa menit kemudian Bu Tsunade selaku wali kelas datang dan memberi pengumuman sekaligus wejangan agar anak-anak kelasnya mendukung Hinata yang semoga saja akan mengharumkan nama sekolah untuk yang kedua kalinya. Naruto menganga kesal mendengarnya. Begitu Bu Tsunade keluar, Naruto segera menusuk punggung Shion dengan pulpennya.
"APA ANJIR???" Shion berseru marah.
"Chicken pop-nya batal! Tau gini gue gak beli informasi dari lo anjir mana lo-nya morotin banget," ucapnya sebal. Shion melotot tak terima.
"Janji adalah hutang, ya!" katanya sewot.
"Gak! Gak mau!"
"Oh oke. Pengen gue hasut Hinata biar benci sama lo, nih?"
"Bajingan." Naruto mengumpat. Rasanya ingin mencakar wajah gadis itu yang justru terlihat meremehkan.
"Jadi? Kesepakatan tetep jalan?"
Naruto menghela napas kesal sekaligus pasrah. "Iya, anjeng."
Shion tersenyum riang. "Good boy."
***
"Mau kemana, Shi?" tanya Sara dengan mulut yang agak penuh, sibuk mengunyah roti.
"Mau ke perpus. Ngecek aja takutnya Hinata lupa makan," jawab Shion sembari memeluk kotak bekalnya.
"Ih, ikut!" Ryuzetsu yang tadinya sudah membuka mulut jadi memasukan kembali bihun telurnya ke dalam plastik kemudian bergegas berdiri. "Sar, ayo ikut juga," ajaknya yang dibalas dengan anggukan Sara.
"Mau ikut jugaaa!" Naruto tiba-tiba sudah nimbrung dengan tangan yang memegang kantong plastik berisi beberapa buah roti bakpau.
Shion mengangguk saja. "Itu Sasuke gak sekalian?"
"Hooh. Biasanya juga kemana-mana berdua mulu kayak Adit sama Denis." Ryuzetsu ikut menyeletuk.
"Biarin aja dia mah, gue tinggal bentar doang. Gak bakal kangen," kata Naruto santai. Tak menyadari bahwa Sasuke sudah menatapnya tajam dari kursinya. Sayangnya, pemuda itu terlalu malas untuk mengklarifikasi dan lebih memilih fokus memakan bekal yang dibuatkan oleh sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Healer [Naruto x Hinata] ✔
FanfictionNaruto dan Hinata. Dua murid SMA yang kebetulan berada di kelas yang sama. Dua murid SMA yang sama-sama memendam luka. Dua murid SMA yang saling jatuh cinta. *** "Call me everytime you need to." "I want to be your healer." ** [R13+] ; TW // harsh...