EXTRA 01 - Shion dan Rumah

836 77 1
                                    

(Re-publish)







"Non, udah pulang?"

Gadis cilik dengan rambut pirang dan bola mata keunguan yang tengah merentangkan tangannya seolah menjadi seekor burung yang sedang terbang itu menoleh. Ia mengangguk, berlari kecil dan menghambur memeluk pinggang si penanya.

Wanita itu mengeluarkan sebuah saputangan dari saku celana, kemudian mengelap bawah hidung si gadis cilik yang agak basah. "Non, minum obat lagi, ya?"

Sontak, gadis kecil itu menggeleng kencang. "Obatku udah habis! Harusnya aku udah sembuh!"

"Tapi ini masih meler hidungnya..."

"Gak maooo!" Ia langsung merengek, membuat wanita di hadapannya menghela napas dengan pasrah. "Bibi, aku laper. Bibi masak bakwan jagung, gak?"

Wanita itu menggeleng. Melihat bahu kecil itu mulai menurun murung, ia buru-buru melanjutkan, "Tapi bahan-bahannya ada kok di kulkas! Bibi masakin, ya."

"Yeeeyyy!" Tubuh mungilnya melompat kecil akibat rasa gembira yang meluap-luap. "Aku mau ajak Sora makan bareng, ya!" ujarnya menyebutkan anak laki-laki yang merupakan teman bermainnya. Wanita itu mengangguk. Gadis kecil tadi hampir saja menggerakkan kakinya untuk beranjak dari sana, namun sebuah suara dari arah tangga menarik perhatiannya.

"Shion?"

Tubuh mungil itu mematung. Melihat sang ibu menghampirinya sembari menggeret sebuah koper merah.

Wanita itu berjongkok, menepuk pelan puncak kepala si anak. "Shion, tinggal di sini sama Papa, ya. Jangan nakal, oke? Mama akan ngunjungin Shion tiap beberapa minggu sekali."

Kepala Shion dianggukkan pelan. "Hati-hati di jalan, Ma," ujarnya pengertian. Meski dalam hati sangat ingin berteriak untuk menahan, nyatanya yang ia lakukan hanya diam. Shion merasa pendapatnya tidak akan mengubah apapun. Keputusan kedua orangtuanya adalah mutlak.

"Akhirnya ... Mama sama Papa misah beneran?" Gadis kecil itu mendudukkan diri di salah satu kursi di dapur. Ibunya sudah pergi, entah pindah ke mana. Shion sama sekali tidak tertarik untuk bertanya. Hubungannya dengan sang ibu pun tidaklah dekat seperti anak dengan orang tua pada umumnya.

Wanita yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah itu merapatkan bibir sesaat. "Non Shion gak jadi manggil Mas Sora?"

Shion menggeleng lesu. "Bi...."

"Iya?" tanya Bibi sambil mengaduk adonan.

"Aku mau jadi anaknya Bibi Koharu aja.... Bisa gak?"

Bibi terkekeh. "Kenapa, Non? Orang tua Non kan kaya, bapak Non artis. Ngapain malah mau jadi anak saya?"

Shion mencuatkan bibirnya kesal. "Terus kenapa kalo kaya?! Mama sama Papa gak sayang sama aku. Cuma Bi Koharu sama Om Homura yang peduli sama aku."

Bibi tersenyum.

"Meskipun Non bukan anak kandung saya, saya bakalan tetep selalu sayang sama Non Shion."




***




Gadis kecil itu kini telah beranjak remaja. Ia meletakkan kantung plastik di genggamannya kemudian merebahkan diri di sofa dengan santai. Dikeluarkannya ponsel berwarna rosegold dari saku rok abu-abunya. Ia cekikikan sendiri, mengirim pesan chat pada seseorang.

Shion: dah sampe rumah dengan selamat belum?

Naruto: tadi sempet nyusruk di got bentar

Shion tertawa.

Naruto: canda
Naruto: btw makasih karena sudah memeras kantong gue hari ini

Shion: sama-sama
Shion: padahal sebenernya gue mampu mampu aja sih beli sendiri
Shion: cuman seru aja liat lo tak berdaya gitu, gak tau kenapa

Be A Healer [Naruto x Hinata] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang