BAB 13-HARI YANG MELELAHKAN

882 107 11
                                    

Eilaria yang berada dalam posisi menghadap pria itu sambil mengangkat satu tangannya, memasang ekspresi terkejut, seolah-olah ia telah mendengar berita bahwa dunia akan berakhir dalam hitungan jam.

Alvian pun juga sama terkejutnya dengan Eilaria, dia sampai menangkupkan wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Sedangkan orang yang menerima tamparan Eilaria, hanya diam sambil mengelus pipinya yang memiliki cetakan telapak tangan, sebelum ia menoleh kembali untuk menatap orang yang menamparnya dengan senyuman dingin.

"Apa aku pernah melakukan kesalahan kepadamu, Eila?"

Orang yang menerima tamparan Eilaria, yaitu Raiyan bertanya dengan ekspresi bingung.

"Ti-tidak. Ja-jadi..."

Eilaria menjawab dengan terbata-bata karena ia sama sekali tidak bisa berpikir dengan jernih, bahkan hanya untuk segera meminta maaf.

"Sepertinya ini salahku karena telah mengejutkanmu. Maafkan aku."

Raiyan meminta maaf dengan tulus sambil menundukkan sedikit kepalanya, bisa terlihat di wajahnya bahwa senyumannya menghilang dan digantikan dengan ekspresi bersalah.

Hal itu membuat suasana di ruangan tersebut semakin berat hingga akhirnya Alvian berlari dan berlutut di hadapan Raiyan.

"Mohon ampuni tindakan kurang ajar adik saya!! Ini kesalahan saya karena tidak bisa mendidiknya dengan benar. Beri kami belas kasihanmu, Yang Mulia."

Setelah melihat Alvian yang berlutut selama beberapa detik, Eilaria akhirnya berhasil mendapat kesadaran dirinya lagi dan seketika ia menyadari tentang seberapa parahnya situasi yang sedang terjadi.

Di sisi lain, Raiyan kehilangan senyumannya lagi karena terkejut atas tindakan Alvian yang begitu tiba-tiba.

"A..MAAF RAI! AKU TIDAK SENGAJA! Eh..?"

Perhatian kedua pria itu langsung menuju ke Eilaria, menyadari kesalahannya, Eilaria langsung memperbaiki perkataannya.

"Ah...maksud saya, maafkan saya Pangeran, eh, bukan Yang Mulia, a...maksud saya Putra Mahkota?"

.

.

.

"Pfftt...Hahahaha...!"

Terdengar suara tawa meledak dalam ruangan itu.

"Astaga, reaksimu lucu sekali Eila. Sudah kuduga, tidak ada ruginya aku kabur dari istana untuk menemuimu."

'Kau kabur dari istana hanya untuk menemuiku?'

adalah apa yang dipikirkan Eilaria. Tapi, baik Alvian maupun Eilaria tidak ada yang berani berbicara dan menunggu Raiyan berhenti tertawa.

Ketika Raiyan sudah kembali tenang, di saat itulah, Eilaria kembali meminta maaf lagi pada Raiyan.

"Sudah tiga kali kamu meminta maaf padaku hari ini, Eila. Itu sudah cukup. Aku tidak akan memintamu bertanggung jawab ataupun memberikan hukuman padamu."

Eilaria dan Alvian menghela nafas berat setelah mendengar bahwa mereka dimaafkan.

"Terima kasih atas kemurahan hati anda. Saya benar-benar terkejut tadi, hingga tak sengaja menampar anda. Jujur, itu hanya gerakan refleks tubuh saya. Saya tidak bermaksud menampar anda."

"Sudah cukup, Eila. Lagipula, tidak biasanya kamu berbicara begitu sopan di hadapanku."

Eilaria hanya diam dan tidak menanggapi Raiyan. Karena ia tidak ingin memperpanjang masalah.

CANCEL MY ENGAGEMENT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang