BAB 7-MENUNTUN KE PERTEMUAN

1.7K 229 3
                                    

"KYAAAAAA!! Ekhem..ekhem...KYAAAAAA PAPA TOLONG AKU!! ALVIAN!!! IBU!!! Uhuk uhuk...!"

'Sial! Karena terus berteriak sejak tadi, tenggorokanku jadi kering.'

Eilaria yang berada di atas bahu monster tanpa kepala itu, akhirnya menyerah untuk berteriak.

'Sebenarnya kemana mereka akan membawaku pergi?! Urgh! Aku mual.'

Eilaria mulai merasa mual dan lama-kelamaan ia ingin muntah. Seketika ia menjadi penasaran, kenapa tiba-tiba perutnya terasa mual.

'Karena bau monster yang menjijikkan? Karena guncangan saat dibawa di bahu monster? Atau karena tubuh lemahku sudah lelah?'

Bukannya memikirkan cara untuk melarikan diri dari kedua monster itu, Eilaria malah memikirkan hal lain yang tak berguna sambil memasang ekspresi serius.

Kedua monster bertubuh seperti manusia tanpa kepala dengan aura gelapnya itu tidak kunjung berhenti, tidak peduli seberapa keras Eilaria berteriak atau memukulnya.

'Aku tidak bisa mengalihkan pikiranku ke hal tak berguna sekarang! Aku harus segera mengatasi rasa mual ini. Apakah jika mereka membiarkanku duduk dan beristirahat sejenak, rasa mual ini akan hilang?'

Batin Eilaria sambil berusaha mendongakkan kepalanya ke atas agar isi perutnya tidak keluar melalui mulutnya.

Namun, tak peduli cara seperti apa yang dicoba Eilaria untuk mengusir rasa mual itu, ia semakin ingin muntah sekarang.

Eilaria pun akhirnya memberanikan diri untuk berbicara dengan monster yang membawanya, berharap dia mengerti dan mau menuruti keinginannya.

"Pe-permisi, tu-tuan tanpa kepala?"

Tidak ada reaksi dari monster itu dan mereka tetap berjalan. Wajah Eilaria bertambah pucat, bukan karena takut tapi karena dia menahan rasa mualnya.

"Se-sebenarnya aku merasa mu-mual dan ingin mu-muntah. Ja-jadi, bisakah kita berhenti se-sejenak?"

Monster itu tetap berjalan dan mengabaikan apa yang dikatakan Eilaria. Ia jadi berpikir bahwa monster yang membawanya ini tidak mengerti bahasa manusia.

Selain itu, ia juga penasaran atas dasar apa para monster ini membawanya, beberapa kemungkinan muncul di benaknya.

'Apa karena monster ini merasakan hawa keberadaan manusia sehingga mereka membawaku bukan membunuhku? Tidak, tidak, Alvian ada di sana, pasti bukan karena itu.'

Tak peduli sekeras apapun Eilaria berpikir, ia tidak menemukan jawaban, kenapa hanya dirinya yang menjadi target?

Eilaria juga berpikir bahwa kedua monster ini sangat kuat sehingga bisa menembus dan masuk ke dalam area sihir pelindung yang telah ayahnya buat, terlebih mereka bisa memakai sihir saat masih di dalam area sihir pelindung Duke.

'Tidak hanya menembus sihir pelindung robot tampan, kedua monster ini masih bisa menggunakan sihir ilusi setelahnya, apa para monster ini lebih kuat dari robot tampan? Atau...hal ini disebabkan karena usia robot tampan yang semakin menua? Ei...tidak mungkin, robot tampan selalu terlihat muda, tampan dan kuat, tak peduli berapapun usianya.'

Di saat Eilaria berpikir seperti itu, rasa mualnya tak dapat dikendalikan lagi, sehingga ia buru-buru meminta dilepaskan agar bisa mengambil napas dan meredakan rasa mualnya sejenak.

"Tu-tuan hu-"

Eilaria langsung menutup mulut karena ia benar-benar ingin muntah saat itu juga. Tapi, ia pun bertekad untuk tetap menahannya dan meronta meminta dilepaskan kali ini.

"...LEPASKAN AKU, SIALAN! KAU TAHU?! SEKARANG INI, AKU MERASA SANGAT MUAL DAN INGIN MUNTAH! JADI, TURUNKAN AKU! HEI! KAU! MAU AKU MUNTAHIN DAGING BUSUKMU ITU, HAH?! MUNTAHANKU INI BUKAN MUNTAHAN BIASA, KARENA MUNTAHANKU INI BISA MEMANGGIL ROBOT TAMPAN YANG SANGAT KUAT UNTUK MELENYAPKAN KALI-HUEKKKK-HUEEKKKK....!"

CANCEL MY ENGAGEMENT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang