BAB 1 PERKENALAN

60 4 1
                                    

Namaku Athena Paradiza, panggil saja aku Athena. Aku merupakan lulusan dari salah satu sekolah fashion terkenal di Jakarta. Setelah lulus, aku juga melanjutkan sekolahku lagi dengan jurusan yang sama, fashion design di Paris, salah satu kiblat Mode di dunia.

Saat ini usiaku 29 tahun dan berprofesi sebagai seorang perancang busana. Selain aktif di media sosial, saat ini aku juga mempunyai 4 buah butik offline yang ada di 2 kota di Indonesia, Jakarta dan Surabaya. Selain itu aku juga rutin mengikuti event peragaan busana dan lumayan sering diundang untuk berbagai acara talkshow maupun diskusi tentang dunia fashion dan kecantikan.

Aku adalah seorang anak tunggal yang masih tinggal bersama ayah dan ibuku. Ayahku adalah seorang dosen sekaligus ilmuwan dan peneliti di bidang fisika. Sedangkan ibuku adalah mantan penari tradisional yang sekarang masih aktif mengajar seni tari di sebuah sanggar di kota Surabaya.

Waktu kukecil ayahku selalu mengarahkanku ke dunianya, dunia ilmu pengetahuan. Tapi aku sama sekali tidak berbakat menjadi seorang ilmuwan seperti beliau. Aku lebih cenderung mewarisi bakat seni ibuku. Pada awalnya ayahku tidak menyetujui keinginanku menjadi seorang fashion designer. Tapi karena beliau lelah memaksaku, akhirnya beliau merestui dan mendukung karir fashion-ku.

Kalian pasti bertanya-tanya, bagaimana ayah dan ibuku bisa bersatu sementara mereka memiliki latar belakang profesi yang sangat berbeda? Jawabannya ada pada namaku, Athena.

Ayah dan ibuku bertemu di kota Athena, Yunani. Saat itu ayahku sedang menempuh studi S3-nya dan ibuku sedang mengikuti pertunjukan seni budaya disana. Mereka bertemu secara tidak sengaja di sebuah event kebudayaan yang kebetulan ibuku menjadi salah satu perwakilan dari Indonesia. Mereka kemudian saling tertarik dan menjalin hubungan hingga akhirnya menikah. Saat aku lahir, mereka memberiku nama Athena karena kota itu sangat berkesan untuk mereka berdua.

Bicara tentang pernikahan, aku sendiri belum menikah. Kenapa aku belum juga menikah? Karena aku benar-benar fokus dengan bisnis dan karirku. Aku membangun sendiri bisnisku mulai dari nol selama kurang lebih 5 tahun ini dan sekarang perlahan tapi pasti usaha yang kubangun sudah mulai berkembang pesat. Aku sangat mensyukuri itu.

Selama ini aku sama sekali belum memikirkan pernikahan dan masih menikmati kesendirianku. Kadang aku juga tergelitik melihat teman-temanku yang rata-rata sudah menikah dan mempunyai anak di usia sepertiku. Tetapi kembali lagi, aku benar-benar menyerahkan masalah jodohku kepada Tuhan. Aku tau Dia akan mengirimkanku jodoh di saat yang tepat nantinya.

Tapi tidak begitu dengan ayahku. Suatu hari ayahku mulai cemas akan masa depanku. Dia mengkhawatirkanku yang belum juga bekeluarga di usiaku yang sudah sangat matang ini. Dia memintaku menikah dengan anak sahabatnya. Perjodohan? Ya, bisa dikatakan seperti itu.

Laki-laki pilihan ayahku itu adalah Prayoga Wijaya. Usianya 3 tahun lebih tua dariku. Dia seorang pengusaha muda yang sukses dan tentu saja berpenampilan menarik. Hari ini aku pertama kali bertemu dengannya dan sekarang dia sedang duduk di hadapanku.

"Hai, Athena. Aku Yoga." Yoga mengulurkan tangannya memperkenalkan diri.

"Athena." Aku membalas untuk berjabat tangan dengannya.

Dia terlihat sangat formal dengan setelan jas dan sepatu pantofel yang dikenakannya. Sebenarnya aku kurang menyukai penampilan yang terlalu kaku saat suasananya sedang santai seperti nongkrong di kafe sore ini.

"Maaf, aku langsung kesini dari kantor dan tidak sempat berganti pakaian yang lebih santai." Dia terlihat agak gugup.

Hah? Apakah dia bisa membaca pikiranku?

"Sama sekali nggak masalah."

Aku berusaha membuatnya santai karena jelas dia gugup bertemu denganku. Tapi yang kulihat dari tampangnya justru sebaliknya, sepertinya dia bukan tipe pria yang mudah gugup berdekatan dengan wanita, malah sebaliknya, dia benar-benar memiliki potensi menjadi playboy.

"Aku yakin kau sudah mengetahui rencana perjodohan kita." Aku memulai pembicaraan langsung ke topik pembahasan.

"Ya. Aku menerimanya."

"Apa? Bukankah kau harus memikirkannya terlebih dahulu?"

"Aku sudah memikirkannya. Aku akan menerimanya."

Apa orang ini sadar dengan perkataannya? Bagaimana mungkin dia tidak punya perlawanan sama sekali dan menerima begitu saja rencana perjodohannya?

"Kau bahkan tidak mengenalku."

Aku mencoba menggoyahkan keputusannya yang menurutku agak tergesa-gesa.

"Aku mengenalmu."

Dia benar-benar keras kepala. Sungguh.

"Pfffttt... Terserah kalau begitu." Aku pasrah.

"Athena, kamu lucu." Dia mulai tersenyum.

"Apanya yang lucu?"

"Aku suka wajahmu saat kesal." Dia tertawa kecil.

Sepertinya Yoga mulai terlihat santai dan tidak gugup seperti pertama kali melihatku tadi. Aku mulai sedikit menyukainya.

"Kenapa kamu belum menikah?" Entah mengapa aku sangat penasaran dan ingin tau mengapa pria yang mapan dan menarik sepertinya belum juga menikah.

"Karena aku baru bertemu denganmu. Kalau kita bertemu dan dijodohkan 5 tahun yang lalu, mungkin aku sudah menikah dan memiliki anak sekarang."

Aku memutar bola mataku dengan kesal dan menganggap perkataannya sebagai bualan. Apa dia memperlakukan semua wanita seperti itu? Bagaimana bisa aku menikah dengan laki-laki genit seperti dia?

"Hahaha... kamu lucu, Athena." Kali ini dia tertawa terbahak-bahak dan menganggapku lelucon yang jenaka.

"Bisakah kau berhenti menertawaiku dan mulai bicara serius denganku?"

Aku tidak tahan dengan sikap anehnya dan tidak mengubah ekspresi kesalku sedikit pun. Dia mulai menghentikan tawanya dan menyadari kemarahanku.

"Baiklah... aku akan serius kali ini. Jadi kau adalah seorang perancang busana? Aku sudah melihat karya-karyamu di halaman web-mu. Aku dapat info dari ayahku kemarin."

"Ya... dan kau adalah seorang pengusaha? Apa kau adalah CEO atau semacamnya?"

Aku merasa seperti berada di dalam sebuah novel online yang sering kubaca. Apa nasibku seperti itu? Dijodohkan dengan CEO?

Yoga kembali tertawa. Kali ini tawanya lebih lepas dari sebelumnya. Aku benar-benar salah mengiranya. Aku pikir dia orang yang dingin dan cuek. Pikiranku ternyata benar-benar sudah dipengaruhi novel-novel itu. Pfffftttt...

"Apa aku terlihat seperti CEO? Aku hanya membantu ayahku bekerja di perusahaannya."

Aku menghirup minuman cokelat panas yang kupesan tadi. Yoga memesan kopi dan dia juga sedang meminumnya.

"Kau suka cokelat?" Yoga bertanya.

"Ya, sangat. Kau suka kopi?"

"Ya. Tapi aku lebih menyukaimu."

Jawaban yang lagi-lagi membuatku memutar bola mataku. Apa dia selalu seperti ini? Sebentar, apa aku harus menikah dengan laki-laki seperti ini?

"Kau harus menikah denganku." Kata Yoga seakan-akan kembali bisa membaca pikiranku.

Aku hanya bisa terus menggerutu di dalam hati, apakah ayahku sudah tau kalau pria yang dijodohkannya denganku ini adalah pria yang super genit? Bagaimana bisa dia ingin menyerahkan putri satu-satunya ini kepada pria seperti itu?

Baiklah, aku menyadari aku memang agak terlambat menikah, tapi apa ini tidak terlalu buru-buru? Apa ayahku tidak memilih-milih dulu sebelum menjodohkanku dengan Mr. Playboy Potential ini?

Ya Tuhaaaannn... tolonglah hamba-Mu ini...

WHEN ATHENA MEET YOGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang