Bayu menuntun Aini dengan sangat cepat.
Dia merasa kesal dengan Aini karena tertawa dengan lelaki lain.
Sampai dirumah Bayu langsung menuntun Aini kekamar.
Sampai dikamar dilepasnya tangan Aini dan diapun pergi kebalkon merenung seorang diri."Kak Bayu kenapa sih aneh banget,?" kata Aini dalam hati.
"Sebaiknya aku tanya saja ada apa? Apa aku buat salah yang tak aku ketahui?"Aini menghampiri Bayu. Namun Bayu malah menghindar dan pergi keluar kamar.
"Kenapa sih itu orang," kata Aini sedih.
Bayu pergi duduk didepan kolam ikan ditaman belakang rumah, tempat biasa dia menghabiskan waktu sore bersama Aini.
Entah kenapa perasaan Bayu masih kesal pada Aini. Dia benar-benar cemburu Aini tertawa bersama lelaki selain dengannya."Siapa sih lelaki itu?" geram nya.
"Bukankah Aini tak punya teman ataupun sanak saudara disini selain Bik Yanti? Lalu lelaki itu siapa? Rasanya tidak mungkin jika orang baru kenal bisa dekat seperti itu, sedangkan denganku saja suaminya butuh waktu lama untuk bisa sedekat ini." penuh tanda tanya dihati Bayu.Aini menyibukkan dirinya membantu Bik Yanti dibawah menyiapkan makan malam, dia ga mau ambil pusing dengan sikap Bayu yang aneh hari ini.
Waktu makan malam tiba, mereka berempat sudah berkumpul untuk makan. Pak Wijaya seperti biasa dengan sikapnya yang dingin tak banyak bicara namun Aini tetap melayani Papa mertuanya itu dengan baik.
Bu Ayu dan Pak Wijaya saling bertatapan, mereka seolah bertanya ada apa? Karena dilihatnya anak lelaki semata wayangnya murung dan tak bernafsu untuk makan.
Bayu hanya makan sedikit lalu pergi.
"Bayu permisi duluan Ma, Pa." pamitnya.
Aini hanya diam menunduk.
"Kalian bertengkar Aini?" tanya Bu Ayu lembut.
Aini hanya menggeleng lemah.
"Lalu kenapa?" tanya Bu Ayu lagi.
"Aini juga ga ngerti Ma, sore tadi Kak Bayu mangajak Aini pergi ke taman, sampai ditaman kak Bayu menyuruh Aini menunggu, saat itu kebetulan Aini bertemu teman lama tetangga dikampung dulu Ma, kami ngobrol sambil nunggu Kak Bayu datang, eh begitu dia datang dia langsung menarik tangan Aini pulang dan diam sampai sekarang ga mau bicara," terangnya pada Bu Ayu.
Pak Wijaya menatap kearah lain seolah pura-pura tak mau tau, tetapi sebenarnya dia mendengarkan.
"Teman kamu lelaki apa perempuan?" tanya Bu Ayu lagi
"Lelaki dan perempuan Ma, tetapi pas Kak Bayu datang yang perempuan sedang menelpon jadi kami hanya mengobrol berdua." jawab Aini lagi.
Bu Ayu tersenyum.
"Kamu benar tidak mengerti Bayu kenapa?" tanya Bu Ayu lagi.
Aini menggeleng tanda tidak mengerti.
"Suami kamu itu tandanya cemburu sayang, dia cemburu melihat kamu dengan teman kamu itu." kata Bu Ayu menjelaskan dengan tersenyum.
"Cemburu?" tanya Aini polos.
Bu Ayu menunduk dan tersenyum.
"Yaudah susul suami kamu, jelaskan yang sebenarnya supaya dia ga salah paham lagi." saran Bu Ayu.
"Baik Ma, nanti Aini jelaskan sama Kak Bayu setelah membereskan ini" kata Aini.
"Gak usah sekarang aja kamu susul Bayu dan jelaskan biar ga berlarut-larut. Ini biar Mama sama Bik Yanti yang bereskan." kata Bu Ayu.
"Baik Ma, Pa. Aini permisi dulu." pamitnya.
Bu Ayu mengangguk dan tersenyum.
Ditempat lain seorang pria sedang melamum memikirkan wanita yang dirinduinya bersama lelaki lain.
Daffa Pov.
Sore itu Difa memintaku menemainya jalan-jalan sore, dia mau ketaman lihat anak-anak main, memang dia sangat hobi sekali melihat anak-anak bermain karena itu mengingatkan dia pada masa kecilnya saat bermain bersama teman kesayangannya.
Aku asal saja berhenti disalah satu taman yang berada di salah satu komplek perumahan di Jakarta. Entah kenapa hatiku seolah menuntunku kesini.
Difa bergegas turun berlari kecil mengejar mamang penjual harum manis. Dia sudah dewasa tapi sikapnya masih saja seperti anak-anak. Karena memang Mama dan Papa selalu memanjakannya, begitupun dengan aku yang selalu mengikuti apapun yang dia minta. Aku sangat menyayangi Difa karena hanya dia adik satu-satunya yang kupunya.
Aku berjalan menyusulnya, namun tiba-tiba temanku Diandra menelpon dan kami terlibat pembicaraan cukup lama sedangkan Difa sudah menghilang entah kemana.
"Biarlah nanti aku cari setelah aku selesai menelpon.” Fikirku.
Selesai menelpon aku mencarinya ternyata sedang mengobrol dengan seorang wanita, entah siapa karena aku tak terlalu memperhatikannya.
"Difa kamu kemana aja sih, kakak cari-cari kamu tau." kataku kesal.
"Abis kakak sibuk telpon terus. Aku kan bete." jawab adikku.
"Ayok pulang..!" ajakku menarik tangan Difa dan berlalu pergi meninggalkan wanita itu.
"Kakak ga sadar aku lagi sama siapa?" Difa bertanya padaku sedangkan aku masih fokus membalas pesan Diandra diposelku.
"Kak, itu Kak Aini loh." kata Difa.
Aku terdiam sejenak.
Aku berbalik memandang wanita itu tengah memandang kami dengan tersenyum.
Senyum yang begitu manis memperlihatkan lesung pipi di sebelah kanannya. Senyum yang aku rindukans sejak lama.Aku berjalan mendekat kearahnya.
"Aini...!" Sapaku.
"Iya kak Dafa." Jawabnya lembut dan tersenyum.
"Kamu kenapa diam aja pas aku ajak Difa pulang? Kenapa ga manggi" kataku.
Dia tersenyum.
"Abis Kakak main bawa Difa pergi aja tanpa permisi dan sepertinya kakak juga sedang sibuk karena aku lihat pandangan kakak tidak lepas dari Hp." kata dia menjelaskan.
"Iyah kak Dafa emang nyebelin banget Kak, sibuk terus. Ga dirumah, gak di luar hp terus, aku aja sering dicuekin." cerocos Difa pada Aini.
Aini hanya tersenyum menanggapi.
Tiba-tiba hp Difa berbunyi sepertinya ada panggilan masuk.
"Aku terima telpon dulu ya Kak, kakak ngobrol-ngobrol dulu aja lepas kangen.hehe" kata Difa dan berlalu pergi meninggalkan kami.
Kami terlibat pembicaraan dan sesekali tertawa bersama mengenang masa lalu, namun tiba-tiba saja seorang lelaki datang menarik paksa Aini dan membawanya pergi.
Aini menuruti saja lelaki itu.
Aku berusaha memanggilnya namun lelaki itu semakin cepat membawa Aini pergi.
Aku hanya mampu menatap kepergiannya."Loh Kak Ainnnya kemana Kak?" tanya Difa begitu dia kembali.
"Sudah pergi dek dibawa sama seorang lelaki" jawabku lesu.
"Kok bisa?" tanya Difa.
"Kenapa kakak ga kejar? Atau kakak minta alamat sama nomor Kak Aini." kata Difa.
"Lelaki itu sepertinya marah, dia membawa Aini paksa de. Aku ga enak mau menghalanginya, takut salah tempat juga" kataku berusaha menjelaskan.
"Yaah gimana donk? Padahal aku masih kangen." kata Difa sedih.
"Sabar ya, nanti kakak cari tau dimana keberadaan Aini sekarang." hiburku.
Difa hanya mengangguk.
"Ayo pulang, sudah mau magrib." ajakku.
Kamipun kembali kerumah dengan perasaan sedih dan tanda tanya.
"Siapa lelaki yang bersama Aini itu?" kenapa Aini menurut saja apa yang dikatakan oleh lelaki itu? Aku harus cari tau semuanya. Aku yakin Aini tinggal tak jauh dari taman itu, karena aku lihat mereka hanya berjalan kaki." kata Dafa dalam hatinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti
Lãng mạnAini seorang gadis desa yang diajak oleh Bibinya untuk tinggal dan bekerja bersama pada majikannya tiba-tiba saja disuruh menikah dengan anak majikannya yang selama ini bersikap dingin dan acuh tak acuh. Aini terpaksa harus menjadi pengantin penggan...