Sejak kejadian sembilan tahun yang lalu. Gadis malang yang bernama Irena harus menelan luka di umurnya yang masih kecil hingga beranjak dewasa. Dibenci oleh kedua orang tuanya, diacuhkan oleh kedua kakak nya, jadi bahan bullying teman sekolahnya, dan dilukai fisik dan batinya oleh kekasihnya. "Ma, maafin Iren." lirih Irena. "Jangan panggil saya mama. Karena saya tidak sudih punya anak pembunuh seperti kamu!" tekan Nia menatap penuh benci Irena. "Pa, percaya Irena gak bermaksud buat celakain mama." mohon Irena kepada Farel. "Diam! Dengar suara mu saja saya jijik!" ucap Farel menusuk. "Kak Raka, kak Viona jangan jauhin Iren?" ujarnya ketakutan. "Kami berdua enggak sudi anggap lo adik." putus Viona, sementara Raka hanya terdiam. Satu-satunya semangat Irena untuk bangkit adalah Bintang ia, berharap kekasihnya itu, tidak meninggalkanya seperti keluarganya. "Bintan--" baru mau menyebut namanya sudah dihentikan oleh Bintang. "Gua gak bisa jauhin Viona." ucap nya begitu yakin. Harapan Irena sudah tidak ada lagi semua membencinya tetapi semenjak kedatangan Mako semangat untuk hidup telah dirasakan Irena.