Ada sebuah bus biru yang bertugas mengantar dan menjemput kami ke sekolah. Bus itu sudah tua, tipe bus milik pabrik swasta yang dihibahkan untuk transportasi anak sekolah. Aku harus terdampar di sekolah kumuh ini karena tawuran kolektifku. Kedua orang tuaku menyerah, lalu melemparkanku ke sekolah ini. Prinsip mereka adalah : Lebih baik dipindahkan ke sekolah terpencil daripada harus diDO. Jadi aku sampai di sekolah "ajaib" ini, tinggal bersama nenekku yang konvensional. Sekolah yang hanya terdiri dari sembilan kelas, dengan penghuni nggak kalah ajaibnya. Belum lagi nggak ada transportasi yang bisa membawaku pulang atau berangkat sekolah. Aku harus bertahan dengan segala kejahilan geng tengil ini.