16. Syafakillah

92 21 2
                                    

Karina tiba di depan gerbang rumah Yusuf. Arumi turun dari motor, membuka helm bogo milik Karina, dan menyerahkannya.

"Arumi, kamu baik-baik saja?"

Arumi mengangguk memberikan senyuman tipis. Ia tidak ingin membuat Karin khawatir.

"Makasih banyak, Karin. Kamu mau masuk dulu?" tawar Arumi.

"Sama-sama. Kapan-kapan saja. Sekarang kamu istirahat muhun. Aku mau pulang, assalamu'alaikum," pamit Karina menstater motornya.

"Hati-hati, ya. Wa'alaikumussalam."

~▪︎ Arumi Khairunnisa ▪︎~

Pakaian Arumi basah semua. Badannya menggigil, ia harus segera melepas pakaian tersebut. Mengeluarkan semua isi buku yang terkena guyuran air. Arumi menangis mendapat perlakuan dari kakak kelas geng rudal. Ia tidak habis pikir bahwa akan sejauh ini mereka berulah.

Membuka pintu rumah Arumi disambut oleh Tama kucing belang tiga miliknya. Tama menyambut Arumi begitu hangat dan itu tambah membuat Arumi sedih. "Tama ... hiks nenek, kakek, sohib-sohibku ... Rumi ka-kangen hiks." Sambil menggendong Tama Arumi menangis tersedu-sedu.

Penguat dikala gundah melanda yaitu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mengganti pakaian kemudian berwudu. Ia harus mengadu kepada Maha Kuasa. Selesai berwudu, Arumi mengambil kitab al-qur'an membaca dengan perlahan. Arumi membuka halaman 531 juz ke-27 surah ar-rahman. Dikala gundah Arumi suka sekali membaca surah ar-rahman itu mengingatkannya akan kakek yang selalu mengajarinya ilmu agama.

Dengan tarikan nafas diiringi bismillah. Arumi berusaha tenang dalam membaca. Tiap ayat yang dibaca semakin mengingatkan Arumi tentang perjalanan hidupnya selama ini. Mulai dari wajah yang berbeda sedari bayi, diejek oleh teman sekampung, ditinggalkan orang tua merantau, diasuh oleh kakek dan nenek, semuanya Arumi ingat.

Memori-memori indah yang tidak akan Arumi lupakan. Musibah yang ia terima dianggap sebagai kasih sayang dari Allah SWT. Dengan adanya cobaan ataupun musibah disitu bisa membuktikan apakah kita sebagai ummat Rasulullah SAW. Benar-benar cinta kepada Allah SWT.

Membaca kalimat Shadaqallahhul 'adzim sebagai pengakhir bacaan surah. Arumi menadahkan kedua tangannya, "Ya Allah ampunilah segala dosa orang tuaku, keluargaku, tetanggaku, dan seluruh dosa-dosa ummat manusia seluruh alam. Kuatkanlah hamba yang lemah ini Ya Allah. Hari ini Arumi mendapatkan suatu musibah yang mana membuat hati Arumi begitu berkecamuk." Doa Arumi terhenti karena tangisannya datang kembali.

"Robbana athina fiddunya hasanah wafil'akhiroti hasanah waqina adzabannar." Kalimat inilah sebagai penutup doa dari Arumi Khairunnisa.

Tama melihat Arumi begitu sedih, datang mendekat membelai kepalanya bersentuhan dengan tangan Arumi. "Tama, kamu pasti lapar," canda Arumi disela kegundahannya.

Arumi menuangkan makanan kucing bermerk miaw ke atas piring kecil. "Makan yang banyak Tama." Sesaat setelahnya kepala Arumi mulai pening mendadak badannya hendak merosot ke lantai. Sepertinya ini efek samping dari diguyur air.

Arumi kembali ke kamarnya. Pandangan mulai kabur, bayangan lemari menjadi banyak. Jalannya sempoyongan, bibir merah Arumi berubah menjadi pucat pasi begitu pula dengan wajah. Setelah sampai ke tujuan, Arumi mengistirahatkan diri di atas kasur.

~▪︎Arumi Khairunnisa ▪︎~

Keesokan paginya badan Arumi serasa remuk, kepalanya masih pening. Zulaiha yang berada di dapur sedang menyiapkan makanan merasa heran dengan putri semata wayangnya. Dari tadi pagi Arumi tidak kunjung turun untuk menyapa.

Naluri ibunya terpancing, ia menerka-nerka sesuatu pasti telah terjadi pada Arumi. Ia matikan kompornya, melepas apron masak lalu lekas menuju kamar Arumi.

Arumi Khairunnisa <TAMAT>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang