Siswa-siswi bertaburan keluar kelas. Berlenggang menuju gerbang untuk pulang. Ada juga yang malah berkumpul karena harus ekskul. Kata Farhan, hari ini Arumi sudah bisa bergabung bersama anak rohis lainnya, menyambung silaturahmi, berharap kehadirannya dapat diterima di sana. Untung Arumi sudah izin pulang telat kepada Yusuf dan Zulaiha tadi pagi.
Arumi tengah berdiri di selasar, menunggu seseorang datang. Terlihat Azmi baru keluar dari kelas sebelah. Arumi bersiap-siap untuk menyalami guru yang hendak melewatinya.
"Assalamu'alaikum, Pak," sapa Arumi sambil menyalaminya.
Azmi melirik sejenak. "Wa'alaikumussalam," jawabnya singkat, lalu melanjutkan langkah.
"Dasar si caper!" geram Anita dengan sorot mata tajam.
Tiba-tiba Anita mendorong bahu Arumi hingga mengenai tembok. Suara benturan nya membuat Azmi menoleh ke belakang.
"Eh, Arumi kamu oleng, ya. Hati-hati kalau berjalan," ucap Anita pura-pura membantu Arumi.
"Haha. Emang si Arumi lagi jalan?" bisik salah satu geng rudal kepada ketuanya.
Anita mencubit tangan temannya, kemudian mendesis, "Sst, diam lo. Gue enggak mau image gue jelek di depan guru."
Di depan agak jauh, Azmi tidak menggubris murid-muridnya itu. Sedangkan Arumi hanya menggelengkan kepala menyaksikan geng Anita. Untung saja Anita sedang membuntuti gurunya dengan membawa beberapa buku milik Azmi yang berhasil ia bujuk untuk membawakan nya ke ruang guru. Jika tidak, pasti akan meneruskan tingkahnya kepada Arumi.
Untuk mengusir rasa bosan, Arumi membuka buku pelajaran bahasa Inggris yang tadi disampaikan Bu Sherly di kelas. Materi mengenai 'conditional sentences' menarik untuk dipelajari karena membuatnya berpikir kemungkinan apa yang akan terjadi jika suatu perbuatan dilakukan. Jika yang dilakukan baik, maka kemungkinan yang terjadi akan baik. Begitupun sebaliknya.
"If I love you ...," gumam Arumi sambil melirik ke atas tanda berpikir. Berharap ada pangeran dari langit yang menjawabnya.
Arumi mencoba membuat contoh condition sentences type satu tentang cinta sesuai perintah Bu Sherly.
"Maka aku juga akan mencintaimu," celetuk seorang pemuda dari belakang Arumi.
Hati Arumi tersentak dengan lontaran kata dari suara yang familiar, siapa dia?
Arumi menonjolkan mata, lantas membalikkan badan. "Farhan?"
"Hahaha, bercanda. Lanjutannya salah, ya. Harusnya 'If I love you, you will love me too'. Eh, iya kah?"
Farhan masih terkekeh melihat ekspresi gadis pemilik bulu mata lentik itu. Jidat Arumi tampak berkilauan dengan keringat dingin yang belum lama keluar.
Arumi menyeka jidatnya dengan punggung tangan di iringi senyuman kikuk. "Ehe, iya benar kali. Enggak tahu juga, sih."
"Oh, iya. Maaf nunggu lama, kelasnya baru bubar. Yuk ke masjid, yang lain pasti sudah menunggu," ajak Farhan mensejajarkan badan dengan Arumi.
"I-iya, tidak apa-apa," sahut Arumi dengan nada canggung.
Kemarin Farhan bilang kalau Arumi harus bareng dengannya jika malu menemui anak rohis sendirian. Tentu saja Arumi setuju. Paling tidak, Farhan akan membantunya beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang nya.
Arumi memasukkan kembali buku bahasa inggris ke dalam tas. Mereka mulai melangkah bersamaan. Jarang-jarang Arumi berjalan berdua dengan ketua OSIS karena biasanya ada Karina yang berdiri di tengah.
Farhan menoleh ke arah kiri, mengamati raut mata dan cara jalan Arumi.
"Arumi, kamu kayak kaku gitu. Apa karena grogi pertama kali masuk grup rohis kami, atau ...," ujar Farhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arumi Khairunnisa <TAMAT>
Teen FictionArumi Khairunnisa, perempuan berparas tidak sempurna mencoba menguatkan diri ketika keluar dari desanya. Pindah ke kota demi mengikuti keinginan orang tua dan kisah SMA yang ia lalui berjalan di luar ekspektasi. Kali ini aku dan partnerku sedang be...