"Arumi!" panggil Zulaiha dengan keras.
Arumi yang lagi memberi makan Tama. Lantas berhenti mengamati kucingnya. Ia berpindah menuju arah panggilan. "Iya, bu ada apa?" tanya Arumi.
Zulaiha memasang wajah senyum, seperti tidak sabar untuk mengatakan sesuatu. "Ibu minta bantuan boleh?"
"Bantuan? Ibu mau Arumi bantu apa?"
"Um. Rencananya hari ini ibu mau masak sayur sop sama ayam goreng tepung. Tapi, ibu lupa beli bahan-bahannya. Kamu maukan bantuin ibu beli di pasar?" pinta Zulaiha penuh harap dengan anaknya.
Mendengar kata pasar. Arumi tertarik karena dengan ini ia akan jalan-jalan ke luar rumah. "Kesempatan emas!" bisik Arumi diam-diam.
Zulaiha mengangkat sebelah alisnya. "Apanya?" Arumi lupa kalau sekarang ia masih di hadapan sang ibu. "Eh, enggak! Boleh kok bu, catatan bahan-bahan nya ada kan. Arumi mau bantuin ibu," ujar Arumi mencegah kesalahpahaman terjadi.
Zulaiha tertawa gembira. "Alhamdulillah. Ini catatannya, uangnya kamu masukin tas. Hati-hati, ya."
"Siap komandan. Arumi berangkat, assalamu'alaikum!" pamit Arumi.
~▪︎ Arumi Khairunnisa ▪︎~
Hari Jumat yang cerah ini, banyak sekali kerumunan manusia mencari udara segar. Ada yang jogging, ke pasar, karena hari ini tanggal merah jadi banyak orang-orang keluar rumah.
Turun dari angkot yang ditumpanginya. Arumi sampai di pasar Ciawitali. Mata Arumi berbinar-binar melihat jajanan yang tersedia. Tapi, ia harus ingat tujuan utama, amanah dari sang ibu yaitu membeli bahan masakan.
"Assalamu'alaikum. Bu permisi satu ekor ayamnya berapa?" tanya Arumi kepada penjual ayam.
"Wa'alaikumussalam. 35 ribu, Neng," sahut penjual.
"Oh, muhun. Minta dipotong-potong, Bu."
"Sikat!" ucap ibu penjual itu bersemangat.
Pembelajaran baru bagi Arumi melihat ibu itu memotong ayam. Hanya dengan satu pisau ibu itu bisa memotong jadi beberapa bagian, tanpa merusak kualitasnya. Selesai memotong ibu itu membuat potongan ayam ke dalam plastik hitam. Dan menyodorkannya ke Arumi.
"Makasih, Bu."
"Muhun, sami-sami."
Perjalanan Arumi dilanjut dengan membeli bahan-bahan yang lain. Udara pagi memang sejuk. Bahkan Arumi yang memakai masker saja masih dapat menghirup udara yang sejuk.
Langkah Arumi terhenti di sebuah toko yang menjual bros. Dari kejauhan Arumi melihat satu bros berukuran kecil yang sangat lucu. Awalnya memang tidak ingin membeli, tapi ... karena Arumi ingin jadilah ia membeli. Bros bergambar buah ceri. Itu yang dibeli Arumi.
Di tengah perjalanan Arumi tidak sengaja bersenggolan dengan seseorang. "Astaghfirullah! Maaf," ujar Arumi. Seseorang memakai topi itu mendongak perlahan ingin melihat orang yang menabraknya tadi.
Keduanya membisu, karena saling mengenal satu sama lain.
"Farhan!"
"Arumi!"
Farhan dan Arumi saling melemparkan nama lawan bicara secara serempak. Karena kehebohan mereka orang-orang di pasar sempat menilik walau sejenak. "Sini, Rum. Ikut aku," ajak Farhan.
Mereka pun menepi di pinggir jalanan pasar. "Kamu ngapain ke sini?" tanya Farhan dahulu.
"Belanja bahan masakan," jawab Arumi jujur. "Kamu ngapain ke sini?" Sambung Arumi balik bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arumi Khairunnisa <TAMAT>
Fiksi RemajaArumi Khairunnisa, perempuan berparas tidak sempurna mencoba menguatkan diri ketika keluar dari desanya. Pindah ke kota demi mengikuti keinginan orang tua dan kisah SMA yang ia lalui berjalan di luar ekspektasi. Kali ini aku dan partnerku sedang be...