25. Goyah

92 20 17
                                    

Arumi tersentak dengan suara panggilan seseorang dari luar. Matanya perlahan terbuka. Menangkap cahaya lampu tumblr yang berkedap-kedip di dinding kamar. Terlihat jelas karena kamar masih redup. Pasalnya, gorden masih menutupi jendela. Arumi melirik ke arah jendela, terdapat bayangan terang menandakan hari sudah bukan subuh lagi.

"Ini sudah pagi?" gumam Arumi seraya mengerjap matanya.

Semalam Arumi lupa memasang alarm. Pantas saja ia tidak bangun dini hari seperti biasanya. Arumi baru ingat kalau dirinya tidak tidur sendiri. Ada seorang teman yang menemaninya tiga hari ini di rumah. Tetapi, tidak ada manusia di sampingnya. Kemana dia? Arumi pikir Karina sudah bangun duluan.

Di luar, ada perempuan yang membawakan susu hangat untuk Arumi. Sebelum pergi, Zulaiha beramanat agar membangunkan Arumi dengan dibawakan susu hangat setiap pagi. Dan saat ini ia sedang melaksanakan tugasnya.

"Neng, sudah bangun belum?" Lagi-lagi suara itu terdengar berulang kali. Sedari tadi Arumi tidak menanggapi karena belum bisa berkoneksi dengan baik. Biasa ... baru bangun tidur.

"I-iya. Bibi masuk aja," sahut Arumi setelah turun dari tempat tidur.

Perempuan itu masuk menghampiri Arumi yang sedang membereskan tempat tidur. Bibi meletakkan susu di atas nakas, lalu mengikuti Arumi yang berjalan membuka tirai jendela.

"Wah bener. Ini sudah siang, kendaraan juga udah ramai," gerutu Arumi memperhatikan jalanan dari balik jendela.

"Dari tadi saya bangunin eneng. Tapi, eneng kayaknya tidur pulas banget. Itu susunya jangan lupa diminum, Neng."

Arumi sontak mencari jarum jam. "Allahuakbar ... aku kesiangan, Bi!"

Arumi berlari mengambil kimono dan melesat ke dalam toilet di kamarnya. Bahkan Arumi tidak sempat menanyakan Karina dimana.

"Uluh. Neng tunggu dulu!"

Tiba-tiba pintu toilet tertutup rapat-rapat. Bibi pun terkesiap karena Arumi hilang ditelan pintu dengan sangat singkat.

"Nanti susunya aku minum. Makasih udah bawain. I love you, Bi!" teriak Arumi dari dalam.

Suara air mengguyur. Tidak lama, Arumi keluar dan segera berseragam, bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Di setiap gerak-geriknya, Arumi menyadari kalau Karina belum menampakkan diri. Barang-barangnya juga sudah tidak ada. Biasanya, sebelum berangkat sekolah apapun milik Arumi pasti selalu disandingkan dengan apa yang dibawa Karina untuk menginap.

Arumi meminum segelas susu yang masih hangat. Kemudian, berkaca diri untuk memastikan semuanya sudah tertib. Merasa ada yang beda. Perasaan Arumi tidak tenang dari mulai membuka mata hari ini. Mungkinkah Arumi tidak memulainya dengan mengingat Allah?

"Bismillahirrahmanirrahim. Semoga semuanya baik-baik saja."

Bibi sudah menunggu Arumi di meja makan. Niatnya jadi terlupakan karena harus menyiapkan sarapan. Gadis itu berjalan dengan cepat seolah dikejar makhluk berbahaya. Ular berbisa, misalnya.

"Bibi, sarapan abdi dibekal weh. Takut kesiangan soalnya."

"Muhun mangga, Neng."

"Oh, iya. Apa bibi tahu Karina kemana?" tanya Arumi seraya mengedarkan pandangannya.

"Tuh sampai lupa, hehe. Tadi kata Neng Karin dia ditelepon mamanya buat ke rumahnya sebelum berangkat sekolah. Dia enggak ngasih tahu eneng karena gak mau bangunin mungkin," jelas bibi mengatakan apa yang ia ketahui. Di samping itu, bekal makan dan minum Arumi sudah aman di dalam tas.

"Ooo, berarti aku harus naik angkot, dong. Aku berangkat ya, Bi. Assalamu'alaikum."

Arumi meninggalkan pembantu sewaan itu. Menunggu angkot lewat di depan gerbang rumahnya.

Arumi Khairunnisa <TAMAT>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang