02. Sahabat

375 67 170
                                    

Bruuk!

"Astaghfirullah!" teriak Arumi.

Tidak ada angin, tidak ada hujan Ezra tiba-tiba ambruk ke tanah. Semua yang melihat terkejut kala Ezra pingsan tiba-tiba.

Rio dan Reza mereka sebagai teman lelaki membantu membopong Ezra menuju UKS sekolah.

~▪︎ Arumi Khairunnisa ▪︎~

Terpampang raut khawatir dari wajah mereka. Beruntungnya Ezra hanya kelelahan saja, mungkin efek dari latihan olahraga tadi. Ezra ini anaknya gampang lelah, tidak hanya dalam hal beraktifitas, terlalu berfikir juga bisa membuat Ezra kadang cepat kehabisan tenaga.

"Alhamdulillah. Syukur deh, kamu enggak kenapa-napa, Zra," ujar Arumi dengan lega.

"Iya, Alhamdulillah," imbuh Melya diiringi anggukan dari ketiga teman lainnya.

Ezra yang menjadi pelaku kelelahan hanya terkekeh geli kala melihat ekspresi sahabat-sahabatnya yang terlihat khawatir itu. Sepertinya Ezra sudah baikan sekarang. Buktinya dia bisa tertawa, padahal sahabat karibnya sedang khawatir sekali saat ini.

"Pulang yok!" Ezra bangun dari posisi rebahannya, berdiri dengan penuh bara semangat.

"Wah, hebat ya! Sudah sembuh anaknya." Rio membuka suaranya, tidak habis pikir dengan Ezra si galak ini.

Arumi paham betul dengan adegan seperti ini, daripada tambah ribut. Arumi berdehem, "Ekhem, Sudah. Pulang, yuk," ajak Arumi sekali lagi.

"Berangkaat!" sorak mereka semua.

Mereka semua sudah berteman sejak sekolah dasar. Berbeda dengan Ezra. Untuk Ezra berteman dengan Arumi sudah terjalin sedari mereka bayi. Itulah alasan Ezra marah besar ketika ada yang mencoba mengganggu apalagi menyakiti Arumi.

Bagi Arumi ia bersyukur sekali memiliki sahabat yang mengerti akan keadaannya. Tidak peduli dengan cacat yang dimiliki Arumi, mereka tetap ingin berteman dengan Arumi apa adanya.

Untuk saat ini kehidupan Arumi terasa seperti di taman bunga yang penuh akan bunga-bunga segar. Betapa bahagianya ia saat ini.

Perjalanan pulang adalah momen yang paling dinantikan Arumi, karena ini merupakan momen yang sangat indah.

Mereka berlari di sekitaran sawah. Membelah tanah yang basah dengan sepatu mereka. Menertawakan pakaian cokelat mereka yang terkena cipratan lumpur bercampur tanah.

Saling berbagi tawa dan kehangatan bersama. Sampai suara adzan ashar terdengar barulah mereka menghentikan aktifitas bermain mereka.

"Sudah waktunya asar, guys. Balik dulu ya, yang cowo jangan lupa berjemaah di Masjid." Arumi melambaikan tangannya kepada sahabat-sahabatnya itu.

Walaupun bersahabat, rumah mereka tidaklah bertetangga. Arah rumah Arumi berbelok ke sebelah kanan, sedangkan yang lain mereka semua searah.

~▪︎ Arumi Khairunnisa ▪︎~

"Assalamu'alaikum. Arumi pulang."

"Wa'alaikumussalam. Arumi baju kamu kenapa kotor begini?" suara seorang nenek melantun kaget saat melihat pakaian cucunya yang penuh dengan lumpur.

Arumi membalas pertanyaan neneknya dengan senyum cerah dibalik maskernya. "Nek, Arumi ganti baju dulu. Habis itu nanti Arumi bantuin nenek," Berucap sambil mencium punggung tangan neneknya. Kemudian Arumi berlalu dengan gembira.

Di dalam kamarnya yang sederhana itu, Arumi tersenyum riang saat teringat bermain di tengah padang lumpur. Sambil mengambil posisi duduk, Arumi perlahan melepaskan masker yang selalu menutupi sebagian wajahnya.

Arumi Khairunnisa <TAMAT>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang