27. Kesempatan kedua

134 33 129
                                    

Siswa-siswi menyerbu gerbang sekolah untuk pulang. Farhan mengajak Arumi pulang bareng karena ia tahu Arumi butuh teman. Teman-teman di sekolah masih saja ramai membicarakan kekurangan Arumi. Jadi, sebagai sahabat Farhan berniat melindungi.

Sembari menunggu Farhan datang, Arumi mengerjakan tugas tambahan tadi. Sedangkan di sebrang sana, Farhan baru saja mengunci pintu kelasnya. Mendadak ia mendapatkan tepukan pundak dari belakang.

"Farhan," panggilnya.

Farhan berbalik badan. "Kulan. Aya naon, Liani?"

"Aku cuma mau ngasih tau kalau-"

Farhan segera memotong ucapannya. "Kamu pasti mau bilang seperti yang lain kalau aku sebaiknya jangan mau berteman sama Arumi. Leres?" ucap Farhan menerka omongan gadis yang membawa novel itu.

"Hey, aku emang gak suka sama Arumi. Tapi, aku masih punya hati kali. Mau denger gak? Ini mungkin penting buat kamu ketahui."

"Oo, maaf sudah su'udzon. Jika itu penting, why not? Sok atuh mau bilang apa?" tanya Farhan seraya melipat kedua tangan di dada.

Liani melirik ke seluruh penjuru arah untuk memastikan tidak ada orang yang diam-diam melihatnya seperti dirinya kemarin mengintip Karina.

"Yang nyebarin foto Arumi teh si Karina."

Farhan mendelik dan menelan saliva tanda serius mendengarkan.

"Aku denger sendiri saat dia di wc kemarin. Dah, takut ada orang yang liat."

Liani langsung melarikan diri. Tanpa menghiraukannya, Farhan langsung berinisiatif melakukan sesuatu setelah tahu kebenaran. Tunggu, apa Liani tidak mengada-ada? Tetapi, Farhan memperhatikan raut muka Liani yang serius dan hati-hati. Farhan juga ingat kalau kemarin Arumi bilang Karina menginap di rumahnya.

Farhan membuka whatsapp, menghubungi Karina agar tetap di dalam kelasnya. Karina tentu senang. Ia berpikir bahwa Farhan akan mengajaknya pulang bareng.

"Neng Rumiiiii," panggil Farhan dari luar kelas.

Arumi kaget dengan suara yang tiba-tiba muncul itu. Ia segera membereskan perlengkapan belajarnya dan keluar menghampiri Farhan.

"Hai, tuan putri. Ikut saya ke suatu tempat, yuk."

Arumi memutar bola matanya. Sekarang candaan Farhan sudah menjadi makanan yang harus Arumi santap setiap bertemu dengannya.

"Ke mana, Han?"

Huh, lagi-lagi Arumi menyahut dengan serius. Memang sulit mengajak Arumi bercanda agar sejalan dengan jurusan kelakarnya.

"Ayok, ikut aja. Penting buat aku dan kamu."

"Kayak mau ke KUA aja," gumam Arumi refleks.

"Apa?"

Arumi memasang wajah datar. "Gak, lupakan."

Farhan menggeleng kepala. Arumi pun membiarkan Farhan berjalan lebih dulu. Ternyata Farhan membawa Arumi ke kelas Karina —sebelas IPS tiga—yang sudah tidak ada penghuninya selain Karina. Arumi tidak mengerti mengapa Farhan membawanya ke sana. Karina langsung mematung ketika Farhan membawa perempuan yang Karina benci.

Melihat mimik Farhan membuat Karina menahan napas.

"Fa-Farhan, kenapa bawa Arumi ke sini? Bukannya kita mau pulang bareng?" tanya Karina

Tanpa menanggapi ucapan Karina, Farhan menginstruksikan Arumi agar maju bersemuka dengan Karina. Arumi menautkan kedua alisnya. Mengamati perilaku Farhan, tidak ada tanda-tanda ia sedang bercanda. Arumi pun menurut dan mencoba memandang teman di depannya. Walaupun rasa sakit masih ada saat tahu Karina sama seperti yang lain.

Arumi Khairunnisa <TAMAT>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang