12. Pengagum Rahasia

103 22 2
                                    

"Eh, lo! Si anak baru," panggil Anita dengan nada meninggi. Arumi mau tidak mau menghampiri anak yang selalu mengejek nya itu.

Anita menyerahkan segunung tumpukan buku. Lantas Arumi bertanya, "Ini kenapa?" Tanya Arumi sebelum salah paham terjadi.

"Alah, enggak usah tanya-tanya! Sana anterin ke ruang guru!" perintah Anita sambil memainkan permen di mulut. Mau tidak mau, Arumi harus mematuhi hal itu. 'Pahala Rum.'

"Okey, aku yang anterin." Akhirnya Arumi menyetujui dengan berharap imbalan pahala, Aamiin. Tumpukan buku itu banyak sekaligus berat, ditambah lagi ada buku paket berukuran tebal ditumpukan paling atas. Arumi berusaha menahan sekuat tenaga.

Karena tidak terlalu dapat melihat ke arah depan, Arumi tidak sengaja bertabrakan dengan seorang siswa.

Duakk ....

Tumpukan buku itu jatuh berhamburan. "Astaghfirullah!" pekik Arumi mengalihkan perhatian murid di sekitar. Tidak ada yang membantu Arumi untuk mengumpulkan buku-buku itu kembali. Tapi, siswa yang menabrak Arumi tadi dengan sigap membantu merapikan sekaligus membawakan. Arumi tidak mengatakan apa-apa. Ia termangap-mangap dibalik maskernya. Siswa itu dengan gesit membenahi dan meninggalkan Arumi.

Tatapan di sekitar mulai berubah. Arumi merasakan hawa mengejek akan keluar. Daripada membuat suasana hati tidak karuan lagi, Arumi memilih mengikuti siswa tersebut.

Arumi menunggu nya di depan kantor guru. Tidak lama siswa itu keluar, berlalu tanpa memperdulikan Arumi. Arumi hendak menyapa tapi, tidak sempat karena siswa tersebut langsung pergi begitu saja. Agak kesal memang. 'Nanti aja, ah,' ujar Arumi dalam hati.

Perjalanan Arumi balik menuju kelas dicegat oleh Farhan yang kini telah menjadi teman. "Rumi!" sapa Farhan dari kejauhan. Namun kali ini Arumi ingin sedikit bercanda dengan temannya tersebut. Ia bertingkah seolah tidak mendengar namanya dipanggil.

Dua kali Farhan menyebut Arumi, tidak kunjung juga sang empu nama mendatangi. Farhan pun berlari dari kejauhan menghampiri Arumi. "Kamu kok aku sapa enggak nyahut?"

"Yang harusnya nyamperin perempuan itu laki-laki," ucap Arumi sambil terkekeh lembut. "Enggak lah! Bercanda my friend," sambung Arumi kemudian.

"Bisa, ya. Sekarang bercandanya," goda Farhan sambil melipat tangan di depan dada.

"Ya, maaf. Memangnya kenapa?" Arumi langsung on point daripada bertele-tele.

"Ah, iya. Hampir lupa. Kata bang Rizal kamu diterima jadi anak rohis, besok nanti hari pertama kamu ikut rohis."

"Se-serius?! Aku diterima gabung grup rohis?" tanya Arumi antusias.

"Iya dong! Farhan." Sepertinya Farhan mulai menunjukkan sisi lainnya.

"Idih! Jangan jadi narsisisme."

"Jangan ganggu. Aku sedang berkhayal jadi orang hebat, Arumi," kelakar Farhan.

Karena percakapan yang cukup menggelitik bagi keduanya. Mereka tertawa lepas setelah Farhan mengatakan hal seperti itu. Namun apa kalian tahu. Di balik kebahagian seseorang pasti ada yang tidak senang melihatnya. Dan itu berlaku bagi Farhan dan Arumi sekarang. Saat mereka berbagi tawa seperti ini ada mata-mata yang sedang tidak senang melihat keduanya. Apalagi sedari tadi ada seseorang yang mengawasi Arumi Khairunnisa.

~▪︎ Arumi Khairunnisa ▪︎~


Bel pulang untuk anak SMA NEGERI 1 GARUT. Sudah berbunyi. Arumi merapikan segala perlengkapan bersiap-siap nanti di depan gerbang untuk menunggu angkot pulang.

Arumi Khairunnisa <TAMAT>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang