24. Yakin

101 36 111
                                    

Sudah dua hari Karina tinggal di rumah Yusuf demi menemani Arumi. Sebenarnya Arumi tanpa Karina juga tidak apa, karena ada seorang pembantu yang disewa Zulaiha demi menemani anak semata wayangnya. Namun Arumi, ia ingin lebih dekat bersama Karina, oleh sebab itu, Arumi mengajak Karina.

Dua hari yang lalu, wajah Karina keliatan sekali cemberutnya. Arumi pasti tahu bahwa kemarin itu Karina lagi merajuk, karena tidak diajak ke rumah Kak Aisyah. Sekarang Arumi dan Karina sedang berada di ruang makan.

"Rum, malam ini ... hari terakhir aku nginap, 'kan?" tanya Karin.

"Iya. Kamu mau lebih lama lagi? Boleh kok," jawab Arumi antusias.

Jauh dalam pikiran Karina, pertanyaan itu seharusnya menyinggung Arumi. Maksud Karina adalah ini sudah malam terakhir untuknya menginap, tapi Arumi tidak kunjung melepas maskernya.

Jujur saja Karina sangat risi jika melihat Arumi, apalagi kalau Arumi bersama Farhan si ketua OSIS. Perasaan marah itu tiba-tiba saja menyelimuti hati Karina.

Tentang wajah Arumi, bukan hanya Karina yang ingin tahu. Geng rudal juga kepo dengan wajah Arumi sebetulnya. Dengan sikap Arumi yang selalu menolak untuk melepas masker, Karina semakin yakin bahwa ada sesuatu yang masih disembunyikan Arumi. Dan Karina bergumam, "mungkin ini bisa menjadi kekalahanmu."

Arumi menengok ke arah sahabatnya. "Maksud kamu?"

Karina baru sadar kalau ia menggumamkan sesuatu yang tidak masuk di akal Arumi. Beruntung ia sekarang sedang memainkan handphone, jadi bisa teralihkan dengan alasan bermain game.

~▪︎ Arumi Khairunnisa ▪︎~

Sesampainya di sekolah, Arumi merasa Karina seperti berbeda. Dilihat dari tingkah laku, Arumi yakin Karina pasti marah dengannya.

Sebelum memulai belajar, Arumi ingin meminta maaf kepada Karina. Bagi Arumi tidak nyaman jika belajar, tapi masih ada perasaan lain yang mengganjal.

"Karin. Kamu marah sama aku?"

Karina menoleh dengan wajah datar. "Gimana bisa marah, aku aja baru nginep di rumah kamu."

Arumi menggaruk pipi dibalik masker. "Ahaha. Bener juga, makasih ya, Rin," ucap Arumi dengan tulus. Namun Karina hanya menjawab dengan anggukan, itupun tidak bersemangat.

Pelajaran pertama untuk kelas sebelas IPA dua adalah bahasa Indonesia. Bu Marlin pengajarnya, beliau hari ini tidak akan tergesa-gesa dari sebelumnya. Bu Marlin tampak bersemangat ingin membagikan ilmu kepada remaja-remaja di sekolah.

"Ada air ada ikan. Kalian ada yang tahu maksud peribahasa ini?" tanya Bu Marlin. Semua murid memutuskan untuk mengunci mulut sementara.

"Kalian enggak ada yang tahu apa maksudnya?" tanya Bu Marlin sekali lagi. Semua murid masih setia dengan mengunci mulut masing-masing.

"Anita, kamu tahu?" Bu Marlin melayangkan pertanyaan tidak terduga ke Anita.

"Eh! E-enggak tau, Bu," sahut Anita terbata-bata.

Bu Marlin memusut dada melihat kelakuan para muridnya yang sudah jelas tidak tahu apa-apa malah diam saja. Tidak ada yang berani menjawab, Bu Marlin menjawab pertanyaannya sendiri.

"Maksud dari ada air ada ikan itu dimanapun kita tinggal, rezeki akan selalu ada. Jadi kalian kalau ke rumah temen jangan takut kelaparan. Siapa tahu rezeki kamu ntar dikasih makan oleh temen," terang Bu Marlin dengan santai.

Semua murid memasang ekspresi mulut o. Artinya mereka baru tahu apa arti dari peribahasa yang diajukan oleh Bu Marlin. Begitu juga Arumi di balik maskernya ia juga ikut memasang ekspresi mulut o.

Arumi Khairunnisa <TAMAT>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang