22. Panti Asuhan

95 18 0
                                    

Jam pelajaran telah selesai.

Bel pengumuman sekolah berbunyi untuk mengakhiri pembelajaran hari ini. Pak Azmi mengakhiri kegiatan mengajarnya. "Baiklah semua. Karena waktu kita sudah habis, rapikan perlengkapan kalian. Berdoa dan pulang," tutur Pak Azmi yang sangat digemari para siswa.

"Iya, Pak," jawab mereka serempak.

Seisi kelas sibuk merapikan buku-buku mereka. Membuat ke dalam tas masing-masing. Pak Azmi juga ikut menata buku bahan ajaran yang dia bawa. Selesai merapikan diri, lalu mereka sama-sama membaca doa pulang demi keselamatan di jalan.

"Wabilahi taufik wal hidayah, tsumastalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Pak Azmi mengakhiri jam pelajaran hari ini.

Setelah Pak Azmi keluar dari ruangan, barulah para siswa menyusul keluar. Arumi berniat mendatangi Karina, ia ingin berterima kasih karena hari semalam. Dengan kehadiran Karina kemarin, hatinya sedikit lega.

Dari ujung jalan, Karina terlihat sambil membawa novel kesukaannya. Arumi melambaikan tangan. "Karin!" panggil Arumi.
Sang empu nama lantas menoleh. "Arumi!"

Mereka berlari dari arah berlawanan. "Ada apa, Rum?" tanya Karin lebih dulu.

Mata Arumi menyipit teduh tanda ia sedang tersenyum. "Aku cuman mau bilang makasih."

"Buat hari kemarin?" Tebak Karina tepat sasaran.

"Iya, makasiih banget."

"Ya ampun, Rum. Santai aja kali, lagian seru tahu jalan-jalan sama kamu," ungkap Karina.

"Kamu enggak pulang?" tanya Karina balik.

Arumi menggeleng. "Enggak, katanya hari ini ada kegiatan ngaji di grup rohis."

"Oh, okey. Aku duluan ya, Rum. Ada yang mau dibeli."

"Ah, okey. Hati-hati, ya."

"Assalamu'alaikum," pamit Karina.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," balas Arumi secara lengkap.

Punggung Karina perlahan menjauh meninggalkan Arumi. Arumi juga berbalik badan, lagipula ia harus ke musala sekarang juga.

Sesampainya di musala tempat biasanya grup rohis mengadakan tadarus. Arumi bingung, suasana di musala terlihat sepi, padahal habis jam sekolah juga langsung mulai tadarusnya.

"Dor!" teriak seseorang dari arah belakang.

"Astaghfirullah!" pekik Arumi kaget. Arumi hafal betul suara siapa gerangan yang mengagetkan ini. Dengan berbalik badan, Arumi berucap, "Farhan. Kamu kebiasaan banget ngagetin orang."

Farhan tergelak puas dengan ulahnya sendiri. "Ya, maaf. Habisnya kamu ngapain ngintip-ngintip gitu, entar dikira mau nyuri lagi."

"Hush, jangan sembarangan. Aku itu ke sini mau ikut tadarus, kamu sendiri yang bilang kalau hari ini ada kegiatan grup rohis," ungkap Arumi tanpa tahu sebenarnya.

Farhan tertawa lagi. Jadi, saat jam istirahat tadi Farhan bilang ke Arumi kalau hari ini jangan pulang langsung, katanya mau tadarusan di musala. Tapi, Arumi lupa perkataan Kak Aisyah tempo lalu kalau Farhan bercandanya sudah tingkat pro.

Arumi ingat dengan apa yang dikatakan Kak Aisyah. Mengingat hal itu ia malu dengan dirinya sendiri. Farhan puas menertawakan Arumi. "Kamu mah bercandanya enggak lihat sikon ih, aku 'kan jadi terkena tipu muslihatmu," gurau Arumi menutupi rasa malunya.

Farhan mengusap matanya yang berair. "Sudah, ah. Maaf, ya."

"Iya, ku maafin."

"O, iya. Rum, kamu inget enggak waktu kita menuju terminal di deket pasar?"

Arumi Khairunnisa <TAMAT>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang