"Bu, besok kita balik ya,"ucapku. Membuka suasana canggung di meja makan. Saat Dira hanya tertunduk tak ingin menatap wajahku yang duduk tepat di depan pandangannya.
"Bentar banget kak."pelik Rani kesal. Mungkin ia masih rindu dengan ku, kakak satu-satunya yang sudah lama tak datang mengunjunginya.
"Masih banyak kerjaan di Kantor Ran."suapan terakhirku menutup pertanyaan Rani. Membuat Ibu hanya tersenyum ke arahku dan Dira.
"Kalian akan baik-baik saja kan disana?"tanya Ibu, beliau mengkhawatirkan pertengkaran akan berlanjut saat Ibu tak ada untuk menasihati kami.
"Dira...."kata-katanya terputus. Sepertinya ia masih saja canggung denganku.
Suasana menjadi hening kembali. Dengan Ibu yang tiba-tiba pergi menaruh piring ke dapur. Meninggalkan aku dan Dira yang saling menatap. Tanpa tau bagaimana harus memulai dan menyudahi suasana saling diam yang telah kami buat.
"Kak, ngga mau ngajak kak Dira jalan-jalan ke alun-alun kidul?"ucap Rani. Seakan ingin memperbaiki hubunganku dengan Dira.
"Emang ada apa?" Dira mengerutkan dahinya. Menatap wajah Rani yang sedikit menyembunyikan tawanya.
"Udah sana aja."senyum Rani, ia meninggalkanku dengan Dira. Berdua beradu tatap di meja makan.
"Ayo."ajakku. Menarik tanganya menuju teras rumah. "Bu aku jalan-jalan dulu."pamitku, sembari berteriak dari balik pintu.
"Heh, ngga sopan sama Ibu gitu."tegur Dira memukul pelan pundakku.
" Aih sakit."eluhku, tanganku tak berhenti mengelus pundak yang ia tepuk.
Dira menghirukan keluhku, melangkahkan kakinya keluar dari halaman rumah. Dalam sekejab tubuhnya sudah berada di dalam mobil, dengan kacamata hitam yang ia pakai saat gelap datang. "Malam gini, pakai kaca hitam?" Tatapku aneh memandang wajahnya, aku hanya memyembunyikan tawa dibalik senyumku.
"Biar keren,"ucapnya, sembari tersenyum kepadaku. Senyuman manis dengan bibir runcing melebar ke arahku.
Laju mobil tak begitu cepat, sehingga aku bisa memandang kota Jogja. Ia masih saja sama saat aku mendatanginya 4 tahun lalu, ketika Dira dan aku masih saling mengerti. Bahkan mungkin saat itu aku masih terlalu berharap kepadanya.
Sesampainya di lapangan dengan gapura putih di ujung. Dan dua pohon tepat di tengah nya. Aku berjalan beriringan dengannya, menatap nya, bahkan aku tak bisa menghindari untuk memalingkan manik mata yang terus menerus melihat wajahnya. Laki-laki itu, ia muncul dengan pesona yang tak bisa ku tolak."Kenapa?" Tanyanya. Ia merasa aneh saat terus ku pandangi wajahnya tanpa berkedip sekalipun. Lalu, aku hanya meninggalkannya begitu saja tanpa menjawab pertanyannya.
Aku berjalan di depannya. Seakan tak ingin beriringan bersama, hanya saja hati masih merasa resah. Laki-laki itu sudah pernah mencintai orang lain, disaat aku di sini. Menutup rapat pintu hati untuk pria lain.
"Apa yang kamu pikirkan?"tanyanya. Ia melihat wajahku yang kesal karena surel yang ku baca tadi sore."Ngga, aku ...."kata-kataku terputus. Karena seseorang memaggilku dari kejauhan.
"Devan."lirikku ke arah laki-laki yang berlari ke tempatku berdiri.
"Kamu nggapain disini? Sama siapa?"pertanyaan yang panjang itu hanya ku jawab dengan senyuman.
"Rinjani, kenapa ngga jawab."cecar Devan sembari mengikuti langkahku kemana pun aku berjalan.
"Hai,"sapa Dira yang datang dengan dua gelas es teh. Melihat Devan yang mengekor dengannku sejak ia datang menyapaku.
"Pak Dira. Kamu lagi kunjungan kerja ya?" Devan menatapku dengan tawa yang tak biasa. Tawa dengan bibir menyeringai di ujungnya.
"Ngga, aku mau ngelamar Rinjani,"ucap Dira. Manik matanya hanya menatap tajam wajah Devan. Sepertinya, tersirat jelas dari tatapan itu. Agar Devan tidak menggangguku.
"Hahaaha, jelas-jelas Rinjani ingin menjauhimu. Masih santai nya ingin melamar?"pelik Devan, membuatku menarik tubuh Devan menjauh dari Dira. Wajah Dira sudah memerah marah, entah karena kata-kata Devan, atau karena dia tau aku ingin menjauhinya.
Aku pergi membawa Devan ke ujung lapangan, menjauh dari Dira.
"Devan, apa yang kamu lakukan disini?"tanyaku, seraya membungkuk mengatur nafas yang terengah-engah."Aku ada sedikit kerjaan, terus melihatmu disini,"ucapnya, ia masih menatap Dira dengan tatapan kesal dari kejauhan.
"Baik, kita bicara besok lagi ya. Saat aku sudah di appartemen,"ucapku. Lalu ku tinggalkan tubuhnya di ujung lapangan.
Langkahku setengah berlari menghampiri Dira yang duduk di warung kopi. Wajahnya terlihat sangat kesal saat aku datang dengan perlahan.
"Maksud Devan apa? Kamu mau menjauhiku?"cecar Dira dengan wajah kesalnya.
"Ayo kita pulang."ajakku. Ku alihkan perhatiannya, agar bisa melupakan ucapan Devan.
"Ada sepedah bercahaya."tunjuk Dira ke arah sepedah tua dengan cahaya lampu kecil warna warni mengelilingi kerangka.
"Baik, satu puteran langsung kita pulang ya."aku menaiki sepedah tua dengan lampu menghiasi sekeliling besi yang sudah terlihat usang.
Tawaku seriang ini. Ketika Dira mengayuh sepedah dengan kencang, sedangkan aku hanya menggenggam erat baju yang ia kenakan dari belakang. Tertawa lagi seperti saat itu. Saat menuruni bukit, setelah hujan. Hingga akhirnya aku terpaku lagi dengan sosoknya, ia cinta pertamaku sebelum Dhani datang. Hanya saja aku tak ingin merusak persahabatan yang sudah ku jaga baik-baik.
"Udah, yuk pulang."ajaknya, setelah lelah menaiki sepedah yang ia kayuh dengan sangat kencang.
"Yuk,"aku hanya mengikuti langkahnya dari belakang. Ia hanya terlihat senang hari itu. Tak berhenti senyum berenang menghiasi bibirnya.
Ia menatap lekat wajahku, saat perjalanan pulang. Dia dan aku saling tatap di dalam mobil, membuatku tak bisa lagi memalingkan pandanganku. Ketika, kelopak mata tak mau tertutup karena asyik menatap setiap raut urat di parasnya yang tampan.
"Kenapa?" Tanyaku."Kamu lucu, saat cemburu."sindir Dira, saat ia tau jika aku memang cemburu dengan gadis itu. Entah berapa lama ia bersama Dira? Apa yang ia lakukan selama menjalin hubungan.
Pikiranku selalu berkelana jauh, membuat hati menjadi resah sendiri.
Hingga akhirnya. Aku menyerah dengan pria yang tersenyum di sampingku. Ia, datang dengan masalalunya. Begitupun aku, dengan masalaluku. Setidaknya ia datang lagi ke bumiku. Untuk mencariku, untuk bersamaku lagi.Haiii.. maaf lama update, tunggu cerita mereka yang mulai berdamai dengan perasaan yang bersemi lagi.
Terimakasih yang masih setia baca
Tetap sehat untuk kalian❤️🌻
![](https://img.wattpad.com/cover/231383225-288-k718515.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita (sequel Dari Tentang Rasa)
RomanceSetelah empat tahun lamanya. tanpa ingin menyapa ketika kamu ingin bertemu, hanya mendengarkan suaramu tanpa berbicara dan melihatmu dari kejauhan saat kamu datang mengujungi rumah saat itu. Ya, walaupun Ibu selalu menyuruh mu duduk di teras. Aku ha...