pertemuan kembali

210 72 92
                                    

Tahun 2015.
Setelah 4 tahun, aku bertemu dengannya lagi.
Di saat waktu berputar sangat cepat ketika ia datang kembali. Tuhan seperti nya punya rencana lain untukku saat itu.

Langkahku menyusuri jalan yang sudah sepi. Pulang dari mall yang sangat jauh dari tempat tinggalku. Untuk apa? Iya, aku mengikuti Dira, dia sudah datang kembali di bumiku. Dia seperti makhluk asing yang terbang mencari bunganya. Hanya untuk aku yang katanya tempat dia pulang.

"Taksi!" Teriakku, melambaikan tangan ke arah mobil biru yang terparkir.

"Maaf mba, sudah ada penumpang" ujar pria didalamnya.

"Bukannya kosong pak?" Tanyaku, sembari menunjuk bangku penumpang.

"Sudah ada mba, mba lihat kebelakang. Ada perempuan duduk bersama anaknya." Ucapan supir taksi yang membuatku merinding.lalu, ku biarkan mobil itu berjalan setelah supir itu memintaku menyingkir dari jendela mobilnya.

Jalananan sudah tak begitu ramai. menyisahkan penyapu jalan di berberapa titik, pandanganku tak lepas dari mobil mewah mercy milik seseorang yang mengikuti ku sejak keluar dari pintu mall. "Jangan jangan mau nyulik! Tubuh krempeng gini organ juga ngga akan laku."ku percepat langkah kaki. Sehingga menyandung pembatas jalan yang terbuat dari bola beton.

Aku, hanya merintih kesakitan dengan manik mata yang tak lepas dari mobil yang ikut berhenti di belakang.

"Sial banget sih hidup gue!" gerutuku.

Mobil itu berhenti, sosok laki-laki tampan turun dari mobil berwarna merah tua. Dengan kemeja hitam dan celana panjang bermerek terkenal. tak lupa kacamata bulat yang tergantung sempurna di atas batang hidung nya yang mancung.

"Dira ...."ku tatap laki-laki itu, tampangnya semakin tampan, putih dan bersih. Berbeda saat dia pergi meninggalkanku 4 tahun lalu. Sepertinya, salju membuatnya lebih bersih saat ia berada di negri sebrang.

"Kebiasaan banget dari dulu, ngga berubah!" Tegasnya, tanpa mau tau kakiku kesakitan karena ulahnya.

Aku mencoba berdiri dengan wajah menahan perih. Tanpa mengucapkan sepatah kata, aku hanya berjalan dengan kaki yang biru membengkak.

"Dari dulu, kamu ceroboh! Apa bisa, kalau kaki, tangan, kepala ngga luka dalam waktu lama?"ucapnya dengan tangan melengkung ke belakang. sedangkan, wajahnya terlihat khawatir menatap ku.

"Apa pedulimu!"ku palingkan wajah yang memerah, berusaha berjalan dengan kaki yang bengkak ." Auuuh " eramku, sedangkan tanganku tak berhenti mengelus mata kaki yang terlihat sebesar biji salak berwarna biru ke abu-abuan.

"Sini, ku antar pulang." Ia menggenggam lenganku. Seketika Ku tepis tangan yang melingkar untuk membantuku berdiri.

"Ngga usah."aku menolak ajakannya, dengan lugas.

"Keras kepala. Baik, ku tinggalkan disini!" Ia pergi begitu saja, masuk ke dalam mobil dengan hentakan pintu yang keras dan terdengar suara besitan ban tergores aspal karena laju mobil yang kencang.

"Dira, sudah berubah," pikirku, melihatnya nya pergi meninggalkan aku yang terduduk di trotoar jalan raya.

Aku berjalan sambil menyeret kaki, sesekali menyeringai menahan rasa perih.

"Sial, ngga ada gojek lagi!" Gerutuku, lalu duduk dibangku besi di pinggiran jalan. Manik mataku tak lepas melihat jalanan yang sepi. Di kota besar, jam 11 malam ada Seorang cewek sepertiku bingung bagaimana harus pulang.

Wajahku hanya menyisakan sesal karena menolak ajakan Dira tadi. Bagaimana bisa aku menolak pertolongan hanya karena sebuah ego yang memuakkan!.

"Harusnya aku ikut dengannya, dia tak kembali untuk mengajakku. Biasanya dia akan datang lagi setelah aku menolakknya."aku lupa sepertinya, dia sudah menjadi makhluk asing untukku. Dia bukan Dira yang ku kenal dulu.

Tentang Kita (sequel Dari Tentang Rasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang