Dira, si manusia asing dari negri sebrang

98 55 53
                                    

"aku Rindu!"kata-kata itu membuka sebagian perasaanku yang tersimpan rapih sejak bertahun-tahun lalu. Sepertinya Dira sudah berhasil membuka kuncinya kembali.

"Dir, kita di indonesia!" Seruku, mencoba menerobos tubuhnya dan melepaskan dekapan tangan yang menahanku.

"Aku tau,-" ucapnya terputus.

"Kita, harus jadi pasangan hallal dulu..- " Kata- kataku terputus, tangannya menarik jemariku untuk bangkit dari sofa menuju pintu appartement.

"Mau kemana?"tanyaku, membuat nya berhenti di ambang pintu yang terbuka.

"Mau ke KUA." tatapnya serius

"KUA? Ngapain malam malam gini."

"Katanya suruh hallalin kamu."tatapnya dengan wajah polosnya.

"Dira, ngga sabaran banget sih, aku masih 21 tahun dan aku ngga akan menikah secepat itu !"cecarku kesal melihat tingkahnya.

"Saat umurmu 16 tahun, kenapa kamu ... "Tatapnya, mengingatkanku kejadian 5 tahun lalu bersama Dira.

"Tapi, kita ngga ngapa-ngapain kan,"ucapku.

"Dir, kita hanya sebatas ini aja, tolong kamu bisa menahan diri!"lanjutku, Berharap Dira lebih berhati-hati dalam memperlakukaknku sebagai teman perempuannya.

"Tapi, kenapa kamu tadi diam aja?" Tatapnya,  Garis dahinya muncul berkerut menatapku dengan tatapan aneh.

"Ini terakhir, aku ngga akan luluh lagi," ucap ku melihat sudut bibirnya mencibir ucapanku.

"Beneran, teraakhirr...." Dira mulai menggodaku lagi, menyudutkan tubuh ku dengan tembok dibelakang. Tangan kanannya membelai lembut belakang telinga hingga pipiku yang memerah.

"Dir!" Teriakku, sehingga tanganku tak sengaja mendorong tubuhnya hingga tersungkur di lantai. Terlihat jelas, matanya meruncing ke arahku.

"Apa kamu sudah ada laki laki lain. Tetangga kamu yang bernama Devano!" Cecar nya.

"Bukan."

"Terus?"

"Maaf Dir, kita ngga akan bisa seperti dulu!" Seruku dengan suara bergetar menyembunyikan Resah di balik wajah yang tersenyum.

"Apa karena kata-kata ayah?"

"Bukan."

"Terus. Karena apa,"ucapnya sedikit membentakku. Nadanya sudah bercampur amarah dengan garis alis mengerut kesal.

"Please Dir, kumohon jangan mebuatku bingung lagi."

"Bingung?" Matanya melirik tajam. Memandang wajahku dengan pupil membesar.

"Aku, ngga mau bingung lagi, aku ngga mau jatuh hati lagi sama kamu. Setelah.... "

"Setelah apa?"pelik Dira semakin kesal dengan ucapanku.

"Setelah kamu pergi, aku bener-benar merasa kehilanganmu, aku marah, aku tak ingin bertemu denganmu!"seruku.

"Oh, itu alasannya kenapa kamu selalu menghindar setiap aku ingin bertemu. "

"Aku .... "kata kataku terputus setelah melihat Dira yang pergi meninggalkanku. pergi dengan raut wajah yang memerah marah.

"Dir."sosoknya sudah pergi, menutup pintu dengan keras. Sedangkan, tubuh mungilku terpaku duduk di sofa dengan mata yang berkaca-kaca. Memandang pintu y

Dira pergi, dengan segala amarah yang ia tinggalkan. Berbekas menyelimuti hati. Ku akui berberapa tahun kemarin aku memang egois, meninggalkan segala kenangan dengannya. Bahkan tak ingin bertemu walau hanya sebentar.

Tentang Kita (sequel Dari Tentang Rasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang