Aku kembali lagi. Bersinggungan dengan laki laki itu. Dira yang dulu ku ceritakan kepada saudara ibu di Jogja. Dia telah berubah menjadi makhluk dingin, mungkin karena usianya sudah di atas 20tahun. Ia dan aku memang saling menjaga jarak selama ini. 4 tahun bukan waktu yang singkat untuk merubahnya menjadi sosok yang ku lihat sekarang ini. Dia adalah bos di tempatku kerja. Aku mencoba berdamai lagi dengan hati, saat aku ingin melupakan sosok itu di masa lampau. Entah, ini yang namanya kebetulan atau memang tuhan mentakdirkanku dengannya.
"Ringg..ringg .. go away ..." suara jam alarm membangunkanku. Dentingan keras merasuk ke dalam gendang telinga. Membuatku terperanjat bangun dengan wajah kesal.
"Jam 7... Sial, bisa telat gini."kakiku bergegas turun dari tempat tidur. Menapaki ubin yang dingin karena semalaman pendingin ruangan tetap ku biarkan menyala .
Jam 8.00
Aku sudah bersiap menuju kantor, menyiapkan hati ketika bertemu dengan Dira. Laki-laki yang sudah tumbuh dewasa, dia bukan lagi anakk SMA dengan cinta monyetnya.Aku berjalan menuju lift apartemen, seraya melihat orang berlalu lalang, ada yang berbeda dari biasanya. Hari itu lebih banyak manusia dengan pakaian hodie dan celana training, berlalu melewatiku dengan tatapan aneh, tepat di depan loby apartemen.
"Hai, Rinjani. Hari libur gini masih aja kerja?" Tegur sesorang tetangga yang ku kenal.
"Hah. Minggu?" Ku tatap layar hp ku. Tulisan minggu tertera jelas di sana. Seketika aku membalikkan badan ke arah lift lagi. Lalu, kembali ke kamarku yang nyaman untuk hibernasi seharian. Namun, sebelum sampai di ambang pintu lift terdengar suara itu memanggilku.
"Rinjani." Suara langkah itu, suara dentuman kaki yang ku ingat saat mengejarku di jalanan pulang sekolah.
"Iya." kubalikkan badanku. Melihat Dira datang menyapaku, bajunya sedikit basah karena keringat. Wajahnya terlihat tampan saat ia hanya memakai hodiie dan celana pendek.
"Kamu. Mau kerja?" Tatapnya, sebenarnya aku tau ia menyembunyikan tawa dibalik bibirnya. Ia pasti akan mengejekku jika tau kalau aku salah mengingat hari.
"Aku mau keluar, ketemu seseorang," ucapku, hanya mencari alasan agar aku tak terlalu terlihat bodoh di hadapanya.
"Mau ketemu seseorang. Laki laki atau perempuan?"tanyanya sembari mengikuti langkahku, mengejar setiap derap kaki dengan wajah penasaran yang tak pernah berubah dari dulu.
"Apa urusan mu Dir."
"Aku?"
"Iya, Apa pedulimu?" Tatapku.
"Jika, ada laki-laki yang mengganggumu. Jangan cari aku,"ucapnya menggerutu.
"Baik. Aku tak akan menjadi Rinjani yang selalu merepotkanmu! Maaf, aku dulu terlalu bergantung kepadamu." Ku tatap matanya. Manik mataku menyiratkan kesal yang benar benar bisa membutnya pergi.
"Sungguh, aku ingin memelukmu di awal pertemuan ini. Aku ingin bilang Rindu." suara hati ku menuntunku kembali ke dalam apartemen, merebahkan badanku di sofa panjang yang empuk. Memikirkan apakah aku keterlaluan dengan sikapku tadi. Memarahinya, saat ia tidak melakukan kesalah apapun.
Seharian aku hanya menatap langit langit berwarna navy, dengan taburan hiasan bintang membuatnya semakin nyata. Nyata jika semua ini kesukaan Dira. Dia yang menemaniku selama 3 tahun di masa SMA, dan dia juga yang meninggalkanku di 4 tahun terakhir.
Lamunanku berhamburan dengan panas yang masuk dari cela cela jendela kaca kotak yang terpasang di apartement. Jendela bening dengan horden putih untuk menutupinya."Laper, tapi males banget mau keluar." ku pandang riuhnya kota dari balik jendela. Dengan teriknya matahari menguasi bumi. bahkan, suara bising klakson kendaraan terdengar hingga kamar.
![](https://img.wattpad.com/cover/231383225-288-k718515.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita (sequel Dari Tentang Rasa)
RomanceSetelah empat tahun lamanya. tanpa ingin menyapa ketika kamu ingin bertemu, hanya mendengarkan suaramu tanpa berbicara dan melihatmu dari kejauhan saat kamu datang mengujungi rumah saat itu. Ya, walaupun Ibu selalu menyuruh mu duduk di teras. Aku ha...