Jogja, aku kembali bersamanya

73 36 48
                                    

"Dira..."wajahku memerah malu karenanya. Ia terbangun dan mendapati aku ada di peluknya.

"Rinjani. Kenapa...?"kata-katanya terputus.

"Kamu yang menarikku."aku berusaha bangkit dari pangkuannya.

"Tapi, kamu suka kan."ejekknya, kelopak matanya berkedip menggoda berkali-kali ke arahku.

"Suka? Hehm, enak aja. Itu pelecehan."pelikku marah. Bibirku mengerucut kesal, sedangkan dia hanya tertawa melihatku sedang merapikan rambut yang berantakan.

"Permisi."tiba-tiba pelayan hotel memasuki kamar. Melihat Dira bertelanjang dada dan aku masih berdiri di depan cermin untuk merapikan rambut yang berantakan. Pelayan itu masuk, ketika aku lupa menutup pintu kamar sebelumnya. "Maaf."ia tertunduk melihatku dengan Dira. Mungkin fikirannya sudah jauh berkelana, ketika melihat dua pasang manusia berbeda jenis kelamin dalam posisi seperti itu.

"Bu, masuk saja. Kami sudah selesai."ucapan Dira membuat bola mataku membesar ke arahnya. Memikirkan maksud kata-kata ' kami sudah selesai,"
Yang ia ucapkan kepada pelayan hotel itu.

"Dir!"seruku. Hingga menarik lengannya, membuat ia keluar dari selimut putih dengan wajah panik.

"Astaga mas, itu celana nya belum di pakai."pelayan hotel itu langsung menutup wajahnya dengan jemari tangannya. Sedangkan aku hanya melihat Dira mengenakan boxer pendek sepaha."Dir!" Lagi-lagi manik mataku hampir keluar kerena ulahnya.

"Ya kamu, main tarik aja. Kan semalam udah, masa kurang."canda Dira menggodaku di depan pelayan hotel yang senyum-senyum sendiri karena ucapan nya.

"Maaf, kalau saya mengganggu. Saya taruh sarapan paginya di meja."pelayan itu pergi dengan tawa yang ia sembunyikan di bibirnya. Pipiku memerah malu atas perbuatan Dira yang seakan-akan aku melakukan hal yang tidak pantas bersamanya semalam.

"Gilla kamu Dir. Ngomong sembarangan!."ucapku dengan nada tinggi, sehingga lupa jika Dira masih memakai boxer pendek dan bertelanjang dada. Persis di adegan film-film bergenre dewasa yang sering ku tonton.

"Kamu main tarik aja."ia berlalu meninggalkanku, masuk ke dalam kamar mandi untuk bersiap-siap.

...
Setengah jam ia di dalam kamar mandi. "Diir, bersemedinya udahan. Buruan nasi gorengnya keburu dingin."teriakku dari balik pintu kamar mandi.

"Iya."tiba-tiba Dira keluar hanya memakai handuk putih yang menutupi bagian pinggang kebawah. Dadanya yang kekar berkotak-kotak seperti pria iklan L-men terbalut air yang menetes dari rambutnya yang basah. "Baju..mu, ma..na?sini ku ambil..kan."ucapku terbata-bata, seakan tak sanggup mengedipkan mata saat melihat keseksian seorang pria di depanku.

"Disitu."ia menunjuk koper yang terletak di samping meja, saat langkahku berjalan ke arah koper itu. Tiba-tiba kakinya sengaja menyandungku. Membuat tubuh mungilku terjatuh di pelukannya, mataku dan matanya beradu lekat. Seaakan ada rindu yang tersamar di balik retinanya, ia hanya tersenyum melihat wajahku yang dekat dengan pandangannya. "Kamu cantik." Hanya kata-kata itu yang terucap. Membuat jantungku berdetak kencang, seperti ada bom atom yang akan menghancurkannya.

"Dir, maaf." Dira dengan cepat melepaskan pelukannya. Tangannya segera mengambil baju yang ada di dalam koper. Baju casual, hem biru tua dengan celana jeans abu-abu. Ia terlihat berkarisma ketika memakai setelan seperti itu. Membuatku semakin jatuh hati lagi kepadanya.

"Kita berangkat setelah sarapan ya. Apa sudah beres-beres?"tanyanya. Aku hanya menggangguk pelan memberi jawaban. Sedangkan mulutku penuh dengan nasi goreng yang di sediakan pihak Hotel.

Dira mengabaikan sarapannya. Ia masih menatap laptop yang ia bawa."sarapan dulu."ku bawa sepiring nasi goreng ke tempat ia duduk.

"Suapin."pintanya. Ia masih saja bergelut dengan pekerjaannya. Dira hanya membuka mulutnya dan mengunyah tanpa berbicara sepatah kata apapun.

Tentang Kita (sequel Dari Tentang Rasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang