Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Emily begitu kesal ketika berada di ruang kerja Aksa. Pasalnya, pria itu mendadak mengabari jika ada file yang tertinggal di sana.
“Dasar pelupa. Sebelum pergi kenapa enggak pernah ngecek dulu, coba? Selalu aja jadi kebiasaan hal kaya begini!” Emily jadi menggerutu sendiri di ruangan seraya mencari file yang dimaksud Aksa. Setelah menemukannya, dia pun bergegas keluar untuk berpamitan pada Nayla dan yang lain.
“Emily? Kamu mau ke mana?” tanya Nayla yang berada di ruang keluarga bersama dua cucunya dan Yasa.
“Ini, Ma. Tadi Aksa telpon, minta aku nganterin file yang ketinggalan. Katanya ini penting buat rapatnya dia. Jadi aku mau ke sana sekarang,” jawab Emily sekaligus menyalami tangan kedua orang tuanya.
“Hati-hati di jalan, Emily.”
“Iya, Pa.” Emily pun hendak berbalik arah, tapi langkahnya terhenti karena Eric sudah berada di depannya.
“Ikut!” ujarnya kemudian.
“Kamu di rumah aja, Ric. Momy cuma sebentar.”
“My ... aku bosen di rumah terus. Aku juga pengen liat kota ini isinya kaya gimana. Pleae ... kasih izin aku ikut Momy.”
“Mau ikut juga—“
“Enggak boleh!” sahut seisi ruangan bersamaan ketika mendengar perkataan Helena, anak gadis itu lantas cemberut dan melipat lengan di dada.
