Secara geografis, iklim di Jerman dipengaruhi oleh iklim laut. Musim dingin selalu diwarnai hujan salju yang lebat dan angin. Namun, dapat dikatakan musim dingin di Jerman tidak seperti musim di Eropa Timur dan Selatan yang bisa saja memakan korban jiwa.
Sudah menjadi catatan khusus bagi yang belum terbiasa menghadapi cuaca dingin di tempat ini. Namun, tidak bagi Emily. Baginya, cuaca sekarang tidak lebih dingin jika dibandingkan dengan sikap Aksa padanya.
Emily masih bisa bertahan saat udara menembus lapisan pakaiannya, tapi sulit sekali bertahan menghadapi sikap dingin Aksa.
Butuh nyali dan keberanian khusus menghadapi orang itu. Jika sifat Aksa bisa diibaratkan ujian, Emily pasti mendapat nilai terbaik.
Emily menarik garis di kedua sudut bibirnya ketika dia melihat Aksa duduk bersebelahan dengan mantan tunangannya.
“Baiklah. Aku hanya akan menganggap ini sebagai gigitan kucing. Semangat, Emily!” seru Emily dari kejauhan tanpa disadari Aksa dan Diva.
Susah payah dia mengikuti Aksa sampai sini. Dugaannya ternyata benar, Diva mengincar Aksa kembali.
Dia pun memberanikan diri masuk restoran. Kemudian duduk di meja yang sama dengan Aksa dan Diva. Jangan tanya bagaimana ekspresi wajah keduanya, kegiatan ini seharusnya sudah familier bagi Aksa.
“Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Aksa. Dia menengok ke sana-kemari mencari teman yang dia kira bersama Emily. Namun, dia tidak menemukannya.
“Aku ada janji sama Rai. Eh, ternyata ada kamu. Jadi sekalian aja nyamperin kamu ke sini,” jawab Emily santai. Dia pun tersenyum ke arah Aksa dan Diva.
Tampak mata Aksa membulat sempurna, dia membalas tatapan Emily cukup sengit.
“Janjian lagi? Emangnya nggak cukup apa janjian sehari sekali?! Jangan kamu pikir bisa seenaknya keluar rumah tanpa izin saya! Bukannya tadi kamu bilang mau pulang ke rumah, hah?”
“Biasa aja kali ngomongnya, ngegas banget! Aku aja biasa aja ngeliat kamu ketemuan sama mantan kesayangan ini.”
Aksa tersenyum sinis. “Siapa yang ketemuan? Saya cuma kebetulan ketemu. Nggak kaya kamu, ketemuan sama pemuda bodoh itu udah kaya minum obat. Wajib banget sehari tiga kali!”
Emily mengulum bibir. Dia kesal, kepalan tangannya otomatis tertahan melihat wajah puas Aksa meledeknya begitu. Padahal, bertemu dengan Raihand hanyalah kebohongan.
Diva berdeham. “Udah, Sa. Biarin aja dia mau ketemu siapa, sekarang udah ada aku. Jadi kamu nggak perlu khawatir soal apa pun lagi.”
Mata Emily menyipit tajam melihat tangan wanita itu melingkar di lengan suaminya dan bersikap manja. Sedangkan Aksa sendiri malah diam menerima sikap Diva padanya.
“Ekhm! Awas tangan mesti dikondisikan. Di depanku kebeneran ada pisau, siapa tau pisaunya kerasukan. Bahaya buat tukang selingkuh,” kata Emily.
Brak!
Emily terperanjat, Aksa menggebrak meja begitu keras sampai pandangan semua orang tertuju ke arah mereka bertiga.
“Apa maksudmu, Emily?” tanya Aksa bernada marah. “Kau boleh menggangguku sesukamu. Tapi sekarang kau keterlaluan!”
Emily berdiri disertai air mata yang telah menumpuk. Mendengar suara keras Aksa padanya, rasa sakit di hatinya tidak bisa terhindarkan.
“Keterlaluan? Jika perkataanku barusan keterlaluan buat kamu. Terus apa bedanya apa yang kulihat sekarang?” Emily menengadah sejenak, kedua matanya mengerjap beberapa kali, setelah itu menarik napas agar tidak menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema Istri Pengganti
RomanceMengandung konten dewasa, konflik, comedy, romance. Anak sultan Aksa Pradipta ketika harus menikah dengan anak adopsi Emily Walther.🌹