Aksa menghirup oksigen lebih banyak saat membuka mata dan menyadarkan mimpinya dari Emily semalaman penuh. Dia melihat langit-langit rumah, seolah ada alarm otomatis di sana.
“Tiga ribu dua ratus delapan puluh lima hari, aku masih bisa hidup tanpamu, Emily.” Aksa bergumam, kemudian beranjak dari tempat tidur.
Sekarang, rumah yang dia tinggali bersama Emily di Jerman benar-benar terlihat sepi. Hanya ada dia seorang diri, ya, bagian terbaiknya ada juga asisten rumah tangga yang datang setiap hari.
Selebihnya, dia seorang diri. Tidak ada lagi wanita-wanita malam yang selalu dicarinya saat bosan, atau alkohol yang menemani setiap malam kelamnya tanpa Emily.
Namun, yang paling terasa dari semua perubahan itu adalah ketika dia sangat sulit memejamkan mata. Membuat waktu seakan berjalan di tumpukan paku dan kerikil tajam. Lambat juga sangat menyakitkan.
Dia sungguh merasakan kehilangan, belahan jiwanya hilang tanpa kabar selama 9 tahun lamanya. Aksa yang sekarang bertahan hidup untuk menghabiskan sisa waktunya mencari Emily.
“Gimana? Udah ada kabar buat hari ini?” tanya Aksa ketika dirinya sudah rapi mengenakan setelan jas abu.
Dia tidak sabar menunggu hasil pengusutan dari Gabriel—orang yang disewanya untuk menemukan Emily. Dia juga adalah orang ke sepuluh yang diganti Aksa, setelah sebelumnya menelan kekecewaan dengan hasil kerja mereka.
“Iya, Tuan.”
Tubuh Aksa sedikit menegang. “Di mana?”
“Saya mendapat kabar kalau Nona Emily berada di Kota Munich. Saya akan mengirim gambarnya kepada Tuan sekarang.”
Aksa mengecek pesan media yang masuk di gawainya. Sebuah foto dikirim Gabriel, dan itu adalah gambar terbaru Emily.
Mata Aksa terpaku melihat penampakan wanita itu di layar miliknya. “Emily ....”
Ini sungguh Emily. Rambut cokelatnya yang panjang masih bertahan dengan indah, tubuh yang dulu kurus tampak lebih berisi di beberapa bagian titik. Juga senyum yang merekah dari bibir ranumnya.
“Tuan?”
Suara Gabriel membuyarkan lamunan Aksa.
“Gambar itu saya dapat saat Nona Emily berada di pusat perbelanjaan. Kemungkinan juga, dia tinggal tidak jauh dari sana. Saya akan terus mencari jejaknya.”
“Hmmh, baiklah. Sekarang di mana posisimu?” tanya Aksa.
“Dalam perjalanan ke Munich, Tuan. Ada—“
“Bagus! Kalau kau udah sampai di sana lebih dulu. Carikan saya hotel, saya akan menyusul.”
Aksa menutup panggilan. Dia segera mengemas barang ke dalam koper membawa pakaian secukupnya. Dia tidak boleh melewatkan informasi ini begitu saja.
Walau terpisah jarak cukup jauh, tapi ternyata Emily masih berada di Jerman. Wanita itu di Jerman lagi! Aksa akui, Emily sangat pandai bersembunyi.
Wanita itu sangat cerdas dan banyak akal, ditambah nekat. Tidak heran Aksa sulit menemukan jejaknya yang mudah menghilang seperti di telan tanah.
***
Hampir 5 jam perjalanan ditempuh Aksa dengan mobil. Dia juga sempat mengabari Yasa dan Nayla di Indonesia tentang kabar ini.
Jelas saja mereka pun menaruh harap agar informasi kali ini benar-benar mengarah ke tempat Emily berada.
Sampai dua hari kemudian saat Gabriel memberikan sebuah alamat padanya, Aksa langsung meluncur ke sana seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema Istri Pengganti
Lãng mạnMengandung konten dewasa, konflik, comedy, romance. Anak sultan Aksa Pradipta ketika harus menikah dengan anak adopsi Emily Walther.🌹