🍨Breakfast🍛

38 9 32
                                    

*Present

Aku terbangun saat sinar matahari dari jendela kamarku menyorot tepat ke wajahku. Perlu waktu bagiku untuk menyesuaikan hingga aku bisa membuka mata dengan benar dan untuk menyadari bahwa tanganku menyentuh sesuatu yang hangat dan bergerak. Perut Yenan. Astaga sejak kapan aku tidur sembari memeluknya seperti guling?!

Perlahan aku sedikit menjauhkan tubuhku tanpa ada keinginan untuk bangun. Kutatap wajahnya yang tampak begitu damai saat tertidur. Manis sekali. Perlahan kuusap pipinya, hingga tiba-tiba ia membuka matanya.

“Ngggh… Hyung sudah bangun? Tidur nyenyak sema… YAAAK!”

Tanganku yang masih di pipinya secara refleks mencubitnya. Aku melepasnya setelah ia teriak. Lalu aku pun terkekeh sambari bangun dari posisi tidurku.

“Maaf, refleks,” kataku.

“Refleksmu mengerikan. Sakit tahu!” gerutunya sembari ikut bangun dan mengusap-usap bekas cubitanku.

“Ngomong-ngomong ini di kamarku, kan? Sejak kapan kau tidur di sini denganku?” tanyaku.

“Bukan, ini kamar hotel tempatku kerja!”

“Heh?”

“Tentu saja ini kamarmu, Hyung! Sejak sore, atau mungkin siang, kau tertidur di ruang kerja lalu Hui Hyung membawamu kemari. Lalu aku pulang dengan Kino untuk makan malam bertiga bersamamu, tapi kau masih saja tidur. Bahkan kau mengigau dan menahanku untuk pergi. Jadi ya aku tidur di sini,” jelasnya.

“Aku mengigau?”

“Iya, kau terus-terusan mengatakan…”

Tok tok tok. Belum sempat Yenan menuntaskan kalimatnya, suara ketukan terdengar dari pintu. Kami berdua pun turun dari ranjang dan melangkah bersama-sama ke arah pintu.

“Kukira kalian masih tidur.”

“Eh? Kino?” kagetku saat pandanganku bertemu dengan gadis bermarga Kang itu yang mengenakan sebuah piyama kebesaran.

“Ayo turun, sarapan sudah siap.”

“Hui Hyung juga?” kagetku lagi saat melihat satu orang lagi berdiri di belakang Kino, dia juga mengenakan piyama kebesaran yang sepertinya milikku.

“Kami menginap untuk memastikan tidak terjadi sesuatu yang gawat padamu, supaya Yenan tidak kerepotan sendirian kalau-kalau itu terjadi.Tapi sepertinya aman-aman saja kan?” kata Kino.

“Gawat? Memangnya aku kenapa?” tanyaku tidak paham, serius!

“Kau masih tanya kenapa?! Kau tidur seperti orang mati kau tahu?! Lalu kau juga mulai bicara melantur. Astaga!” kata Hui Hyung dengan tidak santai.

Hening. Kami hanya saling melempar tatapan. Aku sendiri masih memproses beberapa informasi yang agak sulit kupahami.

“Sudah-sudah, kita bahas nanti. Ayo kita sarapan, memang kalian tidak lapar?”

🍬🍬🍬


Di meja makan, kami berempat hanya fokus pada makanan masing-masing. Hanya suara dentingan piring dan sendok yang mendominasi. Aku masih berusaha memikirkan apa yang sebenarnya terjadi padaku. Tidur seperti orang mati? Mengigau? Yang benar saja!

Ting Tong! Di tengah keheningan yang terjadi, tiba-tiba terdengar suara bel.

“Biar aku saja,” kata Yenan sembari bangkit dari duduknya.

Tak lama Yenan kembali dengan seseorang yang penampilannya tampak rapi dan lebih segar daripada kita semua yang sudah ada di sini sejak awal. Orang itu adalah Yuto.

“Wah ramainya. Tidak biasanya kalian mengundangku juga untuk sarapan bersama. Apakah Yenan akan melamar Kino atau semacamnya?”

Kino terlihat terkejut. Sepertinya makanannya juga menyasar ke tenggorokan hingga gadis itu terbatuk-batuk. Sementara aku dan Hui hanya berusaha menahan tawa saat Yenan panik memberikan minum pada kekasihnya itu.

“Duduk saja dulu dan nikmati makanannya, Dokter Adachi,” kata Hui Hyung dan Yuto pun langsung mengambil tempat kosong.

Yuto tersenyum lalu langsung mengambil piring dan menata nasi goreng kimchi di piringnya. Tanpa mempedulikan tatapan sinis Kino dengan mata merah karena baru saja tersedak barusan.

“Terimakasih. Ngomong-ngomong apakah ini nasi goreng kimchi buatan seorang koki restoran hotel bintang lima? Tampak sangat lezat,” kata laki-laki berdarah jepang itu.

“Bukan, Kino yang memasaknya,” kata Hui Hyung.

“Yah, kukira…”

“Kalau kau tidak suka masakanku tidak usah makan!” kata Kino sinis.

“Kau ini sedang datang bulan atau bagaimana sih? Tadi kau yang menelponku untuk datang, kenapa saat aku datang malah begitu padaku?” kata Yuto sebelum menyendokkan makanan ke mulutnya.

“Sudah sudah. Aku yang ingin kau datang kemari, Yuto,” kata Hui Hyung menengahi.

“Ini soal Yanan…”

🍬🍬🍬

A/n.

Maap semalam aku sengaja nggak update :D

Gatau ya, pikiranku penuh sama hal-hal ga jelas. Ya nethink lah, apalah, padahal sebenernya gapapa.

Efek kelamaan di rumah aja kali ya? Otakku jadi rada geser2 nih :") Sumpah, rasanya duniaku makin ga masuk akal :")

Oke skip… malah curhat jadinya :")

Selamat menikmati cerita ini dan selamat natal untuk yang merayakan 🎄

A Little HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang